Gema bunyi latto-latto yang mengisi berbagai ruang
Penulis: Robert Dwiantoro | Publikasi: 9 Desember 2022 - 11:08
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Gema bunyi latto-latto yang mengisi berbagai ruang
Anak-anak di Palu keranjingan main latto-latto

Perjalanan dari Kota Palu menuju Makale, Kabupaten Tana Toraja, yang saya lakukan pekan lalu meninggalkan pengalaman bunyi lebih menyita perhatian dibandingkan hamparan pemandangan di depan mata.

Ramai terdengar bunyi “tok, tok, tok” dengan birama konstan di mana-mana. Gemanya mengisi hampir setiap daerah yang bus kami lintasi. Awalnya berayun pelan, kemudian terdengar makin cepat, lalu kembali melemah, hingga sesaat berselang hilang dari pendengaran.

Ketika berada di dalam bus yang saya tumpangi, bunyi yang sama kembali mampir ke kuping. Sontak saya terbangun dari tidur karena terusik bebunyian tadi. Lumayan bikin pekak. Terlebih karena terdengar repetitif. Berulang-ulang.

Ternyata sumbernya berasal dari mainan yang dipegang oleh seorang bocah di dalam bus. Satu tangannya sedang memegang sebuah mainan yang terdiri dari dua bola berukuran tak lebih besar dari bola pingpong. Warnanya merah.

Masing-masing bola—biasanya terbuat dari plastik padat atau damar—digantung menggunakan seutas tali nilon berukuran sama panjang. Ujung-ujung tali kemudian dililitkan pada sebuah lingkaran kecil di tengahnya. Mirip cincin yang terbuat dari plastik. Fungsinya sebagai pegangan agar bisa mengayunkan bola ke atas dan ke bawah.

Pada setiap momen saling bertemu, atau lebih tepat menyebutnya benturan, kedua bola tadi menciptakan bunyi.

Latto-latto jadi nama populer untuk menyebut mainan itu di kalangan warga Suku Bugis dan Makassar. Biasa juga dikenal dengan sebutan katto-katto.

Orang-orang di Sulawesi Utara lebih suka menamainya toki-toki. Knok-knok lebih familiar untuk menyebut mainan ini di Luwuk dan Poso. Sementara lidah masyarakat di Pulau Jawa akrab dengan istilah etek-etek atau tek-tek.

Meski ada banyak istilah untuk menyebutkannya, namun di lokapasar alias marketplace nama latto-latto tetap jadi pilihan utama para pelapak online. Harga jualnya di Tokopedia, misalnya, bervariasi mengikuti ukuran, mulai Rp5.500 hingga Rp50.000.

Sebenarnya mainan ini sudah populer di Indonesia setidaknya sejak dekade 90-an. Masa ketika ponsel cerdas belum menggempur dan menyita banyak waktu lapisan masyarakat di berbagai pelosok tanah air.

Tren penggunaannya kala itu muncul bergantian sezaman dengan mainan, semisal kelereng, wayang kertas, gasing, dan permainan sejenis lainnya.

Memainkan latto-latto tak hanya bikin ketagihan anak kecil, tapi juga kalangan dewasa. Pasalnya butuh keterampilan khusus saat memainkannya agar pergelangan tangan tidak memar kena benturan bola. Ada semacam tantangan untuk “menaklukkan” mainan ini.

Sebelum menjamur di Indonesia, latto-latto sejatinya sudah lebih dahulu populer di Amerika Serikat sejak akhir era 1960-an. Publik di negeri Paman Sam menyebutnya clackers ball toys.

Awalnya bola terbuat dari bahan kaca tempered yang memiliki ketahanan lima kali lebih kuat dibandingkan kaca biasa. Pun demikian, pada kenyataannya bola-bola itu tetap saja rentan pecah kala beradu. Korban pun berjatuhan.

Arsip pemberitaan The New York Times, koran ternama di Amerika Serikat, edisi 11 Februari 1971, menuliskan sedikitnya empat orang mengalami luka di dekat mata akibat terkena pecahan clackers ball toys yang beterbangan.

Untuk menghindari celaka serupa terulang, maka pabrik mengganti bahan kaca tempered dengan plastik dan damar. Kali ini risikonya berpindah ke pergelangan tangan pengguna.

Melansir Tribun Makassar (24/11/2022), Kepolisian Resor Kota Besar Makassar melalui Ajun Komisaris Polisi Lando Sambolangi menginstruksikan bintara-bintara babinkantibmas untuk meingatkan anak-anak, orang tua, dan guru di sekolah tentang potensi bahaya latto-latto.

Belum lagi bunyi berisik yang dihasilkannya juga mengusik ketenangan orang lain. Seperti yang saya rasakan ketika di dalam bus.

"Prinsipnya kita tak melarang, tapi mohon orang tua dan pendidik mengingatkan anak-anaknya untuk tahu waktu bermain. Jangan di sekolah, di rumah ibadah, atau saat warga sedang beristirahat," tambah AKP Lando Sambolangi.

Meski ada potensi bahaya dan gesekan sosial yang mengintai, tidak serta-merta bikin mainan ini jadi surut penggemarnya. Bebunyian khas latto-latto bahkan telah mengisi ruang-ruang bermain anak-anak di Kota Palu.

Usai bel pulang sekolah berdentang, bocah-bocah murid sekolah dasar yang berhamburan keluar langsung menyambungnya dengan bunyi latto-latto. Sebagian bahkan asyik lanjut mengayunkannya dalam perjalanan pulang saat dibonceng di atas motor.

Keterampilan bermain latto-latto bahkan telah diperlombakan, salah satunya oleh sejumlah anak di Kelurahan Nunu, Tatanga, Kota Palu. Penilaian lomba berdasarkan durasi paling lama mengayun latto-latto tanpa jeda. Alhasil bunyi “tok, tok, tok” makin gaduh kedengaran.

Salah satu perlombaan main latto-latto di Palu
Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
1
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Baca juga
TUTURA.ID - Strategi Hidayat meningkatkan PAD Kota Palu tanpa membebani warga
Strategi Hidayat meningkatkan PAD Kota Palu tanpa membebani warga
Calon Wali Kota Palu, Hidayat, menyebut bahwa meningkatkan pendapatan asli daerah tidak melulu dengan membani…
TUTURA.ID - Hidayat: Jika kembali menjadi wali kota, saya akan bangun New Tatura Mall
Hidayat: Jika kembali menjadi wali kota, saya akan bangun New Tatura Mall
Pembangunan New Tatura Mall yang mangkrak akan dilanjutkan oleh Hidayat jika terpilih jadi Wali Kota…
TUTURA.ID - Mempertegas arah perjuangan pada deklarasi akbar Rizal-Samuel Pongi
Mempertegas arah perjuangan pada deklarasi akbar Rizal-Samuel Pongi
Pasangan Rizal Intjenae dan Samuel Pongi yang maju dalam Pibup Sigi periode 2024—2029 berkomitmen melanjutkan…
TUTURA.ID - Mempromosikan literasi dini di rumah dengan membaca nyaring
Mempromosikan literasi dini di rumah dengan membaca nyaring
Anak-anak seharusnya diperkenalkan budaya membaca sejak dari dalam rumah. Caranya harus menyenangkan dan penuh kasih…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng