Kamis (14/9), pada siang yang panas dan berangin, Iqbaal Ramadhan (22) menyapa Tim Tutura.id di Patio Terrace Cafe, Swiss-Belhotel Silae, Palu. Kami telah buat janji untuk mengobrol sejak beberapa hari sebelumya.
Siang itu, Iqbaal tampil kasual. Ia pakai kaos band New Order warna hitam, bercelana kargo, plus sepatu kets. Kacamata Rayban hitam turut tercantel di kupingnya.
Ia tampak rileks jelang penampilannya memandu karaoke massal. Iqbaal mampir ke Palu bersama dengan Oomleo Berkaraoke dalam acara Romantisasi X Authenticity yang berlangsung di halaman Sriti Convention Hall, Kamis malam (14/9).
Pemeran Piko dalam film Mencuri Raden Saleh tersebut baru saja mendarat di pagi hari. Ia perlu istirahat sebentar dan menyantap makan siang sebelum melayani pertanyaan-pertanyaan kami.
Iqbaal bilang bahwa lidahnya akrab dengan menu khas Sulawesi. “Aku sempat tiga tahun di Makassar. Lidahku ini sebenarnya selera Makassar banget. Gue suka mie titi, coto, pallubasa. Beberapa dialek Makassar juga masih ada yang kerekam," katanya.
Calon sarjana dari Monash University, Melbourne, Australia itu berbagi banyak kisah pada Tutura.id.
Ia menuturkan kegemarannya belanja pakaian bekas alias seken. Hobi yang konon butuh keluar duit tak sedikit. Anak-anak zaman sekarang mengenalnya dengan istilah thrifting. Dari masa lalu, istilah tersebut lekat dalam memori kolektif orang Palu sebagai "cakar". Muncul pula ungkapan macam “bahambur baju cakar".
Iqbaal juga mengisahkan keinginannya untuk berbakti pada orang tua; serta pengalamannya merasakan titik terendah dalam hidup saat bersemuka pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya. Berikut obrolan kami.
Apa yang masih membekas dari kunjungan pertamamu di Palu satu dekade silam saat tampil di Space Bar?
Waktu itu, masih 12 tahun. Manggung di club dugem yang isinya kebanyakan anak-anak kecil. Satu lagi yang saya ingat dari Palu, Comate (Coboy Junior mate—sebutan untuk penggemar mereka) di sini, tuh: Sadis.
Sadisnya bagaimana tuh...
Ada satu kejadian yang gue ingat banget: Waktu itu Coboy Junior ada di dalam mobil, kemudian ada seorang ibu naik motor yang membonceng dua anak perempuan. Kami buka kaca dan melambaikan tangan. Enggak lama kemudian mereka kecelakaan. Motornya nyungsep.
Tapi begitu kami tiba di tujuan, mereka udah nyampe duluan. Kami heran mereka naik apa. Ternyata motornya diurusin sama ibunya sementara mereka tetap lanjut mengejar kami. Segitunya.
Berarti Iqbaal sudah terbiasa dengan jadwal padat sejak kecil?
Kami tur keliling hampir seluruh wilayah di Indonesia, mungkin kecuali Maluku dan Papua yang belum kami singgahi.
Waktu itu, Coboy Junior adalah grup vokal pertama yang bisa tur keliling 30 kota saat usia personelnya masih 11-12 tahun.
Waktu kecil sudah sibuk, sekarang juga masih tetap sibuk. Apa yang membedakannya?
Perubahannya mungkin dari sisi mental. Pas masih kecil menjalaninya seperti bermain. Naik pesawat mengunjungi berbagai kota. Mental yang waktu itu terbentuk adalah datang untuk memuaskan fans. Ibaratnya datang, main, pulang.
Seiring waktu, makin berkurang juga gue menjadi people pleaser. Maksudnya, sekarang gue juga lebih mengeksplorasi kuliner; mengupayakan berkeliling; biar punya memori spesial dari setiap tempat yang didatangi.
Bagaimana ceritanya bisa ikutan rombongan Oomleo Berkaraoke?
Awalnya karena diminta ikut jadi bintang tamu misteri memandu karaokenya Oomleo bareng Podkesmas di acara Digiland, Istora Senayan, Jakarta (31/7).
Pas tampil memegang mikrofon dan bertemu ribuan penonton jadi pengalaman yang membangkitkan sesuatu dalam diri. Pulang dari acara itu sampai enggak bisa tidur. Belum pernah lagi merasakan energi sebesar itu.
Setelah kejadian di Digiland, gue sampaikan ke Ibu Dinda Kamil (manajer, red.), kalau gue mau ambil tawaran musik lagi. Khusus tawaran main di luar Pulau Jawa. Soalnya jarang banget dapat kesempatan bertemu penggemar di luar Jawa.
Menyanyikan lagu-lagu orang lain dan memandu karaoke massal membuatmu bersemangat?
Saya anggap ini latihan sebelum merilis album solo. Saya sempat tergabung dalam band, Svmmerdose, tapi per November 2021 memutuskan hengkang. Tapi saya tetap bikin lagu. Mencicil materi demo album. Insya Allah rilis 2023.
Apakah materi album solo digarap sendiri?
Sejauh ini, semua saya sendiri. Enggak tahu nanti ke depan. Siapa tahu ketemu produser atau kolaborator, yang mengharuskan saya merekam ulang materi.
Materinya dipersiapkan sejak kapan?
Ini koleksi lagu-laguku dari 2017. Lalu tahun 2021, saya merasa berada di titik terendah dalam hidupku. Akhirnya muncul perasaan menggebu untuk menceritakan kisah hidupku lewat album solo.
Berarti nanti akan menjadi album berisi curahan hati seorang Iqbaal?
Iya. Semacam refleksi apa yang sudah saya lakukan sedari kecil. Sebenarnya banyak kisah yang sudah terekam di kepala, tapi niat untuk merilisnya dalam bentuk karya baru datang tahun lalu.
Titik terendah dalam hidup yang kamu alami itu seperti apa?
Waktu itu putus cinta karena dikhianati. Intinya 2021 itu buatku adalah tahun pengkhianatan. Dikhianati mantan, sahabat, dan teman. Aku kehilangan banyak sekali orang-orang yang tadinya dekat. Memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan mereka saking kecewanya.
Untuk pertama kalinya dalam hidup gue ke terapis. Karena gue merasa ada sesuatu yang enggak bener terjadi. Faktor ini juga yang jadi salah satu pemicu gue akhirnya memutuskan cuti kuliah.
Bagaimana Iqbaal bernegosiasi dengan masalah itu?
Saat itu, saya butuh teman mengobrol yang bisa kupercaya. Tapi gue punya trust issue yang sangat besar sama orang lain.
Perlahan setelah isi kepala mulai jernih, gue tuangkan dalam jurnal, ngobrol sama diri sendiri, dan menulis lagu sendiri. Momen itu yang menjadi titik balik gue memutuskan bikin album solo.
Iqbaal saat umur 17 dengan sekarang apa bedanya?
Gue dulu masih menggebu-gebu. Sok tahu. Egonya lebih besar. Kalau sekarang bisa lebih santai dan kalem. Sekarang kacamatanya lebih luas. Lebih holistik.
Pengalaman kuliah di luar negeri yang membuat gue jadi sosok manusia biasa, karena bukan siapa-siapa di sana, juga sangat aku syukuri. Membuatku bisa tetap menjejak tanah.
Sudah menyangka sebelumnya film Mencuri Raden Saleh bisa box office seperti sekarang?
Sejujurnya meragukan. Gue merasa genre heist movie yang diusung film ini kurang populer bagi penonton film Indonesia. Durasinya juga panjang, 2,5 jam. Tapi begitu tahu jumlah penontonnya pas sejak pertama tayang di bioskop, keraguan tadi pelan-pelan sirna.
Dari kacamata penonton, hal apa dari sebuah film yang membuatmu tertarik untuk menonton?
Kalau aku tipenya orang yang suka menonton trailer lebih dahulu. Poster juga berpengaruh. Salah satu poster yang bikin saya tertarik untuk menonton itu film Yuni arahan Kamila Andini.
Makin ke sini setelah kuliah di bidang media komunikasi, khususnya public relations, saya juga melihat film dari segi promosi.
Apakah tertarik bikin perusahaan publisis film di Indonesia?
Tertarik banget. Pemainnya masih sedikit. Kebetulan juga dapat materi pembelajaran di bangku kuliah. Itu tujuan selanjutnya yang mungkin gue wujudkan setelah lulus kuliah.
Berarti dapat mata kuliah tentang ilmu jurnalistik juga?
Pas semester awal. Makanya gue sebel kalau ada media yang mengundang gue, kemudian menulis namaku huruf “a”-nya cuma satu. Aku merasa tidak dihargai. Menurutku penulisan nama narasumber itu penting banget.
Siapa tokoh yang pernah kamu perankan dan menjadi favoritmu?
Minke kali ya. Karena bebannya berat banget. Persiapannya lama. Terlepas banyak pro dan kontra terkait pemilihanku sebagai Minke, gue tetap maju karena merasa punya kewajiban menjembatani karya-karya Eyang Pram dengan remaja.
Kenapa cuma ambil satu proyek film dalam setahun?
Karena memang setahun itu cuma bisa main untuk satu film. Sisanya untuk kuliah. Soalnya aku tipe orang yang susah multitask.
Hal ini juga bikin gue sangat hati-hati dalam memilih tawaran main film. Gue harus baca skenarionya; tahu desain produksinya; siapa sutradaranya; dan lain -lain. Kalau ada yang bilang gue ribet, ya memang harus begitu. Karena gue tidak punya banyak waktu.
Aku sadar betul, tugasku sekarang adalah berbakti kepada orang dan menyelesaikan S1-ku. Main film dan musik merupakan hobi yang dibayar. Karena aku bukan aktor penuh waktu.
Film dan musik merupakan hobi yang mendatangkan uang, ceritakan tentang hobimu yang menghabiskan uang?
Gue suka berburu pakaian bekas. Bahkan beberapa ada yang mengecam gue karena dianggap merusak harga pasar. Gue minta maaf. Ha-ha-ha. Tapi gue kadung cinta, gimana dong?
Dari mana titik mulanya suka berburu pakaian bekas?
Waktu gue sekolah di Armand Hammer United World College of the American West, New Mexico, Amerika Serikat (2016—2018). Di sana aku enggak punya banyak uang. Akhirnya cari akal, belanja pakaian di thrift market karena harganya murah meriah.
Di dekat sekolahku ada tokonya. Namanya Samaritan House Thrift Store. Kebiasaan itu terbawa hingga aku pulang ke Indonesia. Mulai berburu baju cakar di Pasar Baru, meskipun dengan mode penyamaran biar tidak ketahuan banyak orang. Lalu berkenalan dengan para penjual kaos vintage online.
Apa yang membuatmu tertarik memburu baju cakar?
Gue suka warnanya. Enggak bisa bohong kalo usianya udah tua. Begitu juga desainnya yang menurutku unik; bahkan langka.
Sebagai figur publik ada tuntutan untuk tampil beda dalam setiap kesempatan. Kalau bajunya baru dan branded, semua public figure bisa beli, tapi kalau kaos vintage sekalipun punya uang belum tentu dapat. Aku juga senang nilai historis kaos band vintage.
Setelah itu beralih mengoleksi mobil-mobil tua?
Selama ini aku tidak pernah punya kendaraan pribadi. Uangnya belum terkumpul. Sekitar 2019 akhir atau awal 2020 ketertarikan muncul ketika menonton film Catatan Si Boy.
Mobil pertama yang aku beli Honda Civic Nouva 1989. Harganya 50 juta. Terinspirasi dari film Catatan Si Boy 2 (1988). Dapatnya hasil berburu akhirnya ketemu mobilnya di Bandung.
Lalu mobil keduaku Toyota MR2 AW11 tahun 1987 warna merah. Belinya dari kolektor di Jakarta. Dia enggak mau jual. Tapi aku rayu hingga jam dua pagi.
Iqbaal sepertinya mengidolai Si Boy?
Aku, tuh, suka banget sama Si Boy. Bahkan dulu mobilku ada tasbih dan sajadah di dalamnya, seperti kebiasaan Boy dalam film. Cuma sekarang udah enggak ada karena merasa gue terlalu terobsesi dengan Boy.
Ada incaran mobil tua apalagi?
Cita-citaku beli Porsche 911, karena suka banget dengan bentuknya. Soalnya Porsche sekarang udah enggak jual mobil dengan desain seperti 911.