Sudah delapan bulan lamanya, anak-anak di Desa Maibua, Kecamatan Lampasio, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, harus menyeberangi sungai pakai rakit untuk pulang pergi sekolah. Pasalnya, jembatan sepanjang 67 meter hanyut terbawa arus banjir sejak Januari 2022.
Aksi anak-anak ini terbilang nekat, sebab rakit yang mereka pakai pun seadanya, dan sungai yang harus diseberangi punya kedalaman empat meter.
Namun bagi anak-anak dan warga itu hal yang biasa, sebab mereka tak punya pilihan lain. Bila hujan berintensitas tinggi tiba, arus sungai pun bertambah deras. Jika sudah begitu para siswa akan kesulitan menyeberangi sungai.
“Kalau arus deras, kita sampaikan ke sekolah bahwa tidak bisa menyeberang. Maka kegiatan belajar mengajar dialihkan ke Balai Desa. Kebetulan di sini juga ada beberapa guru yang tinggal,” kata Risal Yunus, Kepala Desa Maibua.
Warga sebenarnya sudah beberapa kali membuat jembatan darurat tapi tak bertahan lama. “Hanya dua sampai tiga hari bertahan lalu hanyut lagi,” ujar Risal. Daerah Maibua memang jadi satu langganan banjir di Tolitoli.
Adapun permohonan perbaikan jembatan ke pemerintah daerah sudah berulang kali dilakukan. Padahal jembatan ini terbilang penting, sebab menjadi satu-satunya akses penghubung bagi Desa Maibua. Pun berada di poros yang berstatus jalan provinsi–tembus ke arah Kabupaten Buol.
"Jalan Maibua merupakan akses jalan provinsi, sehingga secara penganggaran berada di tingkat provinsi. Berdasarkan informasi, tahun depan akan ada pembangunan jembatan, "kata Bupati Tolitoli, Amran Yahya, dalam siaran pers.
Minggu (7/8), Bupati Amran berkunjung ke Maibua. Dalam kunjungannya, Bupati Amran membawa bantuan berupa 50 karung beras dan 50 kardus mi instan untuk warga.