Antrean panjang mengular terlihat di depan pintu auditorium Korem 132 di Jalan Jendral Sudirman, Sabtu (19/8/2023) malam. Jumlahnya bisa mencapa ratusan.
Meski berdiri saling berhimpitan, mereka berusaha tertib dan terlihat sabar menunggu giliran masuk. Target mereka bisa masuk ruangan dan menyaksikan pementasan teater “Gebyar Spontan” yang diselenggarakan Teater Spontan SMAN 1 Palu.
Sesuai jadwal, pementasan akan dimulai pukul 20.00 WITA. Pantauan Tutura.Id, para penonton ini tidak hanya didominasi oleh siswa berseragam abu-abu. Beberapa penonton juga berasal dari kalangan lebih dewasa, semisal para orang tua siswa, masyarakat umum, hingga beberapa seniman.
Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Palu Budiono menerangkan, hajatan "Gebyar Spontan" adalah program kerja tahunan Teater Spontan di bawah naungan OSIS. Eksistensi pementasan ini sengaja dirawat setiap tahun karena memiliki arti penting.
Menurutnya, "Gebyar Spontan" merupakan ikhtiar mempertahankan eksistensi berkenian di generasi muda, terutama kalangan pelajar di lingkungan SMAN 1 Palu.
Rangkaian acara
Sesi pertama "Gebyar Spontan" diisi oleh penampilan Keisya Nurfadila siswa kelas 10. Dia membawakan lagu “Creep” milik Radiohead dan “Bertaut” dari Nadim Amizah. Timbre suaranya yang lembut sukses membikin penonton baper alias terbawa perasaan kala menikmatinya. Tambah lagi cuaca di luar sedang gerimis. Romantis
Penampilan kedua diisi dengan dramatisasi puisi berjudul "Meditasi" yang menyadur karya Nasrullah. Ada tiga siswa anggota Tetare Spontan membawakan puisi ini lengkap dengan kostum jubah hitam.
Selanjutnya, penampilan monolog yang penuh eskpresif dari Salman Asari. Siswa SMAN 1 ini membawa naskah monolog berjudul "Hanya Ingin Terbang" karya Rinaldi Zulfikarnain. Di tengah penampilannya sesekali terdengar gelak tawa pelan dari penonton.
Kelompok musik Kota Palu, Tardigrada, turut mengisi panggung. Mereka menyumbang tiga lagu karya sendiri dan sukses memancing riuh suara tepukan tangan dari penonton.
Usai menghabiskan penampilan tersebut, tiba saatnya menyaksikan acara pamungkas berupa pementasan teater berjudul "Pakaian dan Kepalsuan".
Bagi para penikmat teater, judul tersebut mungkin sudah terdengar familier. Pertunjukan drama realis itu aslinya karya Arkady Averchenko, penulis dan dramawan asal Rusia.
Naskah yang aslinya berjudul "The Man With the Green Necktie" itu merupakan karya yang lahir dari hasil perenungan Averchenko setelah meletusnya Revolusi Bolshevik.
Achdiat Karta Mihardja (1911-2010) kemudian mengadaptasi naskah tersebut secara bebas dengan judul "Pakaian dan Kepalsuan".
Nebukad Nezar (28) selaku sutradara mengaku sengaja menampilkan naskah teater itu karena belum pernah mereka pentaskan sebelumnya.
"Sudah jarang ada sekolah-sekolah lain menampilkan teater seperti ini di Palu. Teater Spontan ini kami tiap tahun tetap eksis," ungkap Nezar, yang juga merupakan alumni siswa SMAN 1 Palu.
Sekitar satu jam lebih teater "Pakaian dan Kepalsuan" dimainkan oleh para aktor yang masih berstatus pelajar. Barisan dialog yang panjang membawa kesan membosankan bagi sebagian penonton.
Terlihat beberapa di antara penonton akhirnya lebih memilih rebahan di lantai beralaskan karpet menuruti rasa kantuk. Barisan yang sebelumnya padat jadi merenggang lantaran satu per satu penonton beringsut meninggalkan ruangan.
Berprestasi, tapi masih perlu dukungan
Teater Spontan sebuah komunitas seni siswa menengah atas yang termasuk aktif dalam kerja-kerja berkesenian di Kota Palu. Meski terhitung sebagai kegiatan ekstrakulikuler sekolah, namun kerja-keja seni mereka membawa deretan prestasi yang patut diacungi jempol.
Kelompok ini pada tahun 2023 membawa tiga piala sebagai aktor terbaik, penata panggung terbaik, serta tiga penyaji terbaik dalam ajang Apresiasi Seni dan Sastra (APSETRA) di Samarinda.
Mereka juga mendapatkan empat nomine dalam kegiatan yang sama, masing-masing untuk kategori penata rias, penata bunyi, penata cahaya, dan sutradara terbaik berkat mementaskan naskah "Pinangan" karya Anton P. Chekov saduran Jim Lim Suyatna Anirun.
Anggota Teater Spontan, Nabila Hidayani, juga sukses menjuarai Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 20223 tingkat Kota Palu dan Provinsi Sulteng. Dia membawakan puisi "Sajak Rajawali" karya WS. Rendra dan puisi karya Goenawan Mohamad berjudul "Tentang Seorang yang Terbunuh di Sekitar Hari Pemilihan Umum".
Menyoal proses di balik “Gebyar Spontan”, Nebukad Nezar mengakui selama empat bulan persiapan pihaknya tak mendapatkan kendala yang berarti. Kecuali, mencari tempat pementasan yang dirasakan representatif secara kapasitas untuk penonton umum.
Nezar pun mengapresiasi sikap para aktor yang masih dipenuhi rasa semangat berproses selama masa persiapan. Hal itu membawa angin segar. Sebab dia mengaku tak mengelak jika geliat teater di Kota Palu cenderung menurun.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika teater masih banyak menggelar pertunjukan teater yang berlangsung, kini hampir tidak ada komunitas teater yang aktif melakukan pementasan.
Olehnya, Nezar berhadap proses berkesenian di sekolah bisa tetap terus mendapatkan dukungan agar tetap eksis. Termasuk apa yang dilakukan Teater Spontan di SMAN 1 Palu.
Budiono yang menjabat Wakasek Kesiswaan punya pemikiran serupa. Hanya saja ia menambahkan bahwa dalam kerja-kerja berkesenian dengan skala besar, tetap butuh dukungan dari pihak luar sekolah. Misalnya, dalam pelaksanaan “Gebyar Spontan” yang memerlukan sarana prasarana berupa gedung pertunjukan yang layak.
"Kalau mau buat pementasan skala besar melibatkan penonton dari luar butuh ruangan lebih besar. Biasanya di museum, tapi gedungnya sedang dipakai. Sekolah tidak bisa memberi biaya operasional penuh, tiket bagi penonton paling tidak bisa membayar sewa gedung," tutup Budiono.