Setiap bulan, pada 2021, rerata keluarga di Sulawesi Tengah mengeluarkan uang sebesar Rp83.273 untuk beli rokok. Nilai pengeluaran itu naik dari Rp77.566 pada 2020.
Demikian termaktub dalam “Provinsi Sulawesi Tengah dalam Angka 2022” yang dirilis Badan Pusat Statistik. Bagi keluarga di Sulteng, rokok memang jadi mata pengeluaran paling dominan di kategori konsumsi makanan.
Bandingkanlah dengan pengeluaran untuk “padi-padian” (contoh: beras dan tepung) hanya Rp79.305; atau konsumsi lauk pauk dari laut yang cuma Rp55.277.
Secara keseluruhan pengeluaran untuk kategori konsumsi makanan per keluarga di Sulteng mencapai Rp512.309. Bila ditambahkan dengan hal-hal nonkonsumsi (pajak, pesta, perumahan dan lainnya) angkanya jadi Rp1.051.736.
Catatan lain, persentase perokok di Sulteng sebenarnya sudah menurun. Pada 2018, ada 35,57 persen warga Sulteng yang suka isap sigaret. Nilai itu tergerus hampir 6 persen, tersisa 29,77 persen pada 2021.
Namun persentase yang disebut terakhir tak bisa dibilang kecil. Musababnya, bila dibuat dalam perbandingan, tiga dari sepuluh orang di Sulteng masih berstatus perokok aktif.
Persentase itu menempatkan Sulteng berada di nomor 10 dalam klasemen perokok aktif secara nasional–juaranya Lampung (34,07 persen).
Adapun kelompok umur 35-44 di Sulteng jadi yang paling suka merokok. Persentasenya mencapai mencapai 37,03 persen. Lalu disusul oleh usia 45-54 (35,21 persen) dan 25-34 (34,05 persen).
Tentang persentase perokok, yang dihitung melingkupi konsumsi yang berasal dari pembelian ataupun pemberian--dihitung nilai ekonomisnya. Jadi penghitungan ini sudah menyertakan teman baikmu yang suka minta rokok alias Sumitro, tanpa pernah mau beli. :)