
Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Provinsi Sulawesi Tengah bersiap menggelar hajatan perdana yang dinamai Ecosystem Music Fair 2022.
Diskusi alot untuk menggodok program-program yang nantinya mengisi acara tersebut berlangsung di Bandshaw Fishing and Resto, Jalan Towua, Palu Selatan, Senin (5/9/2022) malam.
Umariyadi Tangkilisan sebagai ketua DPD PAPPRI Sulteng dalam mukadimahnya menyampaikan bahwa Ecosystem Music Fair (EMF) bisa diartikan sebagai ekosistem, ekshibisi, dan edukasi.
EMF perdana ini dijadwalkan berlangsung sebulan penuh mulai pekan kedua Oktober hingga pekan pertama November 2022.
Penyelenggaraan acara nantinya tidak hanya berpusat pada satu tempat, melainkan menyebar di beberapa titik yang ada di Kota Palu.
Harapannya untuk mendorong hadirnya perputaran ekonomi di masing-masing tempat lantaran adanya rangkaian kegiatan ini.
Sejumlah program acara telah dirumuskan dengan fokus utama menggelar lomba mencari talenta musisi, edukasi terkait industri musik dalam bentuk lokakarya, pameran pengarsipan, dan panggung pertunjukan musik.
Saat diwawancarai Tutura.id, Selasa (6/9), Adi—sapaan akrab Umariyadi—mengaku bahwa wacana menyelenggarakan acara ini bahkan sudah mengemuka jauh sebelum pelantikan para pengurus PAPPRI Sulteng yang berlangsung di Gedung Pogombo Kantor Gubernur Sulteng, Juli 2022.
Artinya para seniman yang sekarang menghimpun diri dalam PAPPRI Sulteng sudah sejak lama punya kegelisahan serupa. Ingin membangkitkan roda perputaran industri musik yang ada di daerah ini.
Tujuan tersebut hanya dapat tercapai jika semua mata rantai terbentuk dengan solid, bukannya malah berai tak beraturan.
Menurut Adi, sejatinya para penggerak mata rantai ekosistem musik yang ada di Sulawesi Tengah, khususnya di Palu, sudah tumbuh makin berkembang.
Hanya saja diperlukan solidaritas antarsesama penggerak mata rantai tadi agar perputaran roda ekosistem musik di daerah ini bisa makin laju. Tidak macet dan tertinggal jauh dengan daerah-daerah lain.
“Apa yang kita lihat selama ini pola kerja teman-teman masih bergerak sendiri-sendiri. Jadi ketika mereka berhenti, tidak ada penerus yang menyambunghidupkan. Banyak yang masih sporadis," tambahnya.
Penyelenggaraan EMF diharapkan bisa mengguggah sesama pekerja di industri musik lokal dapat bergerak beriringan.
"Ketika ada satu yang lemah bisa saling menguatkan, bertahan, dan bergerak bersama,” pungkas pria yang juga tercatat sebagai gitaris kelompok Culture Project ini.