Subvarian COVID-19 XBB menyebar; situasi vaksinasi Sulteng mengkhawatirkan
Penulis: Muammar Fikrie | Publikasi: 11 November 2022 - 10:52
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Subvarian COVID-19 XBB menyebar; situasi vaksinasi Sulteng mengkhawatirkan
Vaksinasi booster diharapkan bisa membendung subvarian COVID-19 Omnicron XBB yang mulai menyebar. Masalahnya, di daerah terpencil bahkan vaksin dosis pertama dan kedua belum terealisasi. (Foto: Agung Bayu/ Shutterstock)

Kasus COVID-19 kembali melonjak. Subvarian Omnicron XBB mulai menyebar.

Anak Twitter menyebutnya sebagai varian "Xory Baru Balas." Kedatangannya memang bak pesan yang lama tak berbalas. Lama nyaris tak terdengar, COVID-19 seolah-olah sedang berbagi kabar, “Kami ada dan bisa berlipat ganda (lagi).”

Per 10 November 2022, Kementerian Kesehatan mencatat kenaikan kasus COVID-19. “Dalam seminggu terakhir, kasus konfirmasi memang mengalami peningkatan sebanyak 47,24 persen. Dari 5.000 kasus harian naik ke 6.186 kasus,” kata Mohammad Syahril, Juru Bicara Kemenkes, dalam konferensi pers, Kamis (10/11).

Kenaikan juga tercatat pada rerata angka kematian. Pekan sebelumnya hanya 37 dan kini naik menjadi 47 per hari. Adapun positivity rate telah mencapai 19,91 persen. Positivity rate menunjukkan proporsi kasus positif dari jumlah orang yang dites. Sekadar ilustrasi, saat ini bila 100 warga Indonesia dites, maka hampir 20 di antaranya positif.

Hasil deteksi Kemenkes menemukan 48 kasus subvarian Omnicron XBB di Indonesia. Berkaca pada Singapura, varian ini banyak menyerang kaum muda pada rentang usia 20-39. Subvarian ini bahkan disebut bisa dengan lekas menjangkiti orang yang sudah beroleh vaksin.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin pun terus mendorong warga untuk melakukan memperketat protokol kesehatan dan vaksinasi booster alias penguat.

Merujuk data sepanjang Oktober, jumlah orang dirawat lantaran COVID-19 mencapai lebih kurang 24.000, kondisi berat sekitar 10.000, dan yang meninggal 1.300 orang.

"Itu untuk yang berat saya kaget, 40 persen belum vaksin atau 70 persen belum booster. Yang meninggal dari 1.300 itu 50 persen belum vaksin dan 80 persen belum booster," kata Menteri Budi, seperti dilansir Antaranews, Rabu (9/11).

Kekhawatiran itu cukup beralasan. Pasalnya, hingga 10 November 2022, capaian vaksinasi penguat secara nasional baru mencapai 27,96 persen.

Dengan pertimbangan yang sama, Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Vaksinasi bagi Masyarakat Adat dan Kelompok Rentan mengingatkan pentingnya menggenjot vaksin dosis pertama dan kedua di wilayah terpencil. Terutama untuk kelompok rentan dan Masyarakat Adat. 

“Mereka tentu tidak bisa mendapatkan vaksin booster kalau belum dapat vaksin dosis pertama dan kedua,”  kata Hamid Abidin, Koordinator Koalisi, dalam rilis pers (10/11).

Menurut Hamid, kelompok rentan dan Masyarakat Adat yang hidup di wilayah terpencil belum banyak beroleh vaksinasi. “Jika mereka kena subvarian baru, Indonesia akan makin lama bebas dari COVID-19," katanya.

Situasi vaksinasi di Sulawesi Tengah per 10 November 2022, tangkapan layar via Kementerian Kesehatan.

Situasi COVID-19 dan vaksinasi di Sulteng

Secara umum, situasi COVID-19 di Sulteng juga mengalami peningkatan. Angkanya belum siginifikan, tetapi cukup untuk menyalakan alarm antisipasi. 

Pada 16 Oktober 2022, kasus konfirmasi positif COVID-19 di Sulteng hanya 3,67 per 100 ribu penduduk. Angka itu naik menjadi 4,62 per 100 ribu penduduk pada 8 November 2022.

Sebelumnya, pada 5 November 2022, kasus konfirmasi positif COVID-19 di Sulteng sempat menyentuh 5,57 per 100.000 penduduk. Patut diingat bahwa angka konfirmasi positif itu juga beriringan dengan kapasitas testing dan tracing Sulteng yang terbatas.

Situasi vaksinasi di Sulteng pun serba mengkhawatirkan. Per 10 November 2022, dari target penerima vaksin sekitar 2,45 juta, yang sudah mendapatkan dosis pertama baru 77,83 persen. Angkanya kian jeblok pada vaksinasi dosis kedua yang hanya 53,01 persen. Adapun vaksinasi booster cuma terealisasi 13,44 persen.

Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), salah satu organisasi yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Vaksinasi bagi Masyarakat Adat dan Kelompok Rentan, menyebut adanya tantangan untuk mendorong cakupan vaksinasi di daerah terpencil. Salah satunya karena minimnya edukasi soal pandemi.

“Mereka takut karena terpengaruh hoaks yang kadung tersebar,” ujar Gita. LTKL pun mengajak agar berbagai pihak berperan aktif mengatasi perkara ini. Peran tokoh masyarakat, guru, tetua adat, pemuka agama, serta dinas terkait menjadi lebih penting.

Adapun LTKL selama lebih dari setahun terakhir bekerja mendorong vaksinasi di sejumlah daerah terpencil. Di Sulteng, mereka melakukan kerja-kerja seputar vaksinasi di Kabupaten Sigi.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
1
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Mohamad Irwan Lapatta: Insya Allah, saya dapat restu Partai Golkar untuk Pilkada Sulteng
Mohamad Irwan Lapatta: Insya Allah, saya dapat restu Partai Golkar untuk Pilkada Sulteng
Politisi Partai Golkar, Mohamad Irwan mengomentari bursa Pilkada Sulteng 2024. Ia juga bercerita ihwal pelbagai…
TUTURA.ID - Pertempuran Balumpewa; perang gerilya lawan Belanda di rimba Vayolipe
Pertempuran Balumpewa; perang gerilya lawan Belanda di rimba Vayolipe
Salah satu perang gerilya masyarakat adat Kaili Inde dialek Sa'a melawan Belanda. Simbol keberanian pejuangnya…
TUTURA.ID - Mengenali praktik climate entrepreneurship di Sulawesi Tengah
Mengenali praktik climate entrepreneurship di Sulawesi Tengah
Dalam membangun bisnis, climate entrepreneurship tidak hanya fokus pada pertumbuhan usaha, tapi juga ekosistem yang…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng