Sulteng posisi pertama gangguan mental emosional se-Indonesia
Penulis: Rizki Syafaat Urip | Publikasi: 31 Agustus 2022 - 14:17
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Sulteng posisi pertama gangguan mental emosional se-Indonesia
Ilustrasi: masalah mental - Foto: Pixabay

Sulawesi Tengah perlu berpikir lebih serius ihwal kesehatan mental. Pasalnya, dalam Riset Kesehatan Dasar (2018), Sulteng berada di peringkat pertama se-Indonesia dalam soal gangguan mental emosional untuk penduduk di atas usia 15 tahun. 

Dalam riset lima tahunan tersebut nilai prevalensi Sulteng mencapai 19,8 persen. Prevalensi itu menggambarkan proporsi dari total populasi--penduduk Sulteng di atas usia 15 tahun--yang memiliki problem atau berisiko terkena masalah mental emosional.

Nilai prevalensi Sulteng lebih buruk dari rata-rata nasional (9,8 persen). Pada posisi tiga besar ada pula nama Nusa Tenggara Timur (15,7 persen) dan Sumatera Barat (13,0 persen). Adapun yang paling rendah prevalensinya ialah Jambi (3,6 persen).

Prevalensi Sulteng yang tinggi agaknya berkait pula dengan penyelesaian masalah mental yang kurang menjadi prioritas. Perihal tersebut tergambar dalam jebloknysa statistik Sulteng pada soal pengobatan gangguan jiwa.

Jumlah rumah tangga yang anggotanya punya gangguan kejiwaan dan pernah berobat ke fasilitas kesehatan hanya 86,4 persen. Angka tersebut tertinggal dari Jambi yang mencapai 88,8 persen.

Dengan kata lain, perhatian Jambi lebih tinggi ketimbang Sulteng dalam penanganan gangguan mental dan kejiwaan. Padahal, sebagaimana telah disebut sebelumnya, prevalensi masalah mental di Jambi jauh lebih rendah daripada Sulteng. 

Demikian halnya dengan cakupan pengobatan penderita depresi. Di Sulteng, penderita depresi yang minum obat atau menjalani pengobatan medis masih rendah, yakni 7,3 persen. Angka tersebut berada di bawah rerata nasional (9,0 persen).

I Putu Ardika Yana, seorang psikolog klinis yang berbasis di Palu, menyebut bahwa masalah mental memang belum jadi perhatian serius di Sulawesi Tengah.

"Mindset pembangunan ala pemerintah masih fokus pada sesuatu yang bisa dilihat mata dan bersifat instan. Masalah mental tidak masuk di dalamnya," kata pria yang karib disapa Ardi itu. "Padahal ada banyak masalah yang juga perlu diselesaikan dengan pendekatan psikologi. Mulai dari kriminal, kemiskinan, dan lain sebagainya."

Memahami persoalan mental, menurut Putu, sama seperti mempelajari motif lain di balik perkara yang terlihat di permukaan. 

"Penanganan yang tidak mempelajari asal muasal kenapa masalah itu terjadi, hanya berpusat pada masalah itu sendiri. Bukan pada upaya membentuk kesadaran dan menghilangkan masalahnya," kata pendiri Sejenak Hening itu--komunitas pemuda yang fokus pada isu kesehatan mental di Palu.

Kata kunci terkait
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Strategi Hidayat meningkatkan PAD Kota Palu tanpa membebani warga
Strategi Hidayat meningkatkan PAD Kota Palu tanpa membebani warga
Calon Wali Kota Palu, Hidayat, menyebut bahwa meningkatkan pendapatan asli daerah tidak melulu dengan membani…
TUTURA.ID - Pameran Spotless Future: Ketika kreativitas bertemu aktivisme
Pameran Spotless Future: Ketika kreativitas bertemu aktivisme
Eksploitasi galian tambang yang terjadi di Palu mengusik perhatian Azwar Ahmad dan Eka Wahyuni dalam…
TUTURA.ID - Mempertegas arah perjuangan pada deklarasi akbar Rizal-Samuel Pongi
Mempertegas arah perjuangan pada deklarasi akbar Rizal-Samuel Pongi
Pasangan Rizal Intjenae dan Samuel Pongi yang maju dalam Pibup Sigi periode 2024—2029 berkomitmen melanjutkan…
TUTURA.ID - Mempromosikan literasi dini di rumah dengan membaca nyaring
Mempromosikan literasi dini di rumah dengan membaca nyaring
Anak-anak seharusnya diperkenalkan budaya membaca sejak dari dalam rumah. Caranya harus menyenangkan dan penuh kasih…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng