Bukit-bukit di Jalan Jabal Nur dulunya sekadar daerah tandus yang ditumbuhi ilalang dan kaktus. Gersang dan panas, barangkali jadi kesan pertama yang muncul bila ada "orang baru" melintasinya.
Itu pemandangan bertahun-tahun lalu. Kini, Jalan Jabal Nur telah menjadi satu ruang terbuka hijau. Hutan Kota Kaombona berada pada sisi utaranya. Pun demikian dengan jejeran kafe mini yang jadi daya tarik bagi para pelintas.
Sedikit ke arah barat, berjejer pula gerai-gerai penjual durian. Pasar Durian ini jadi surga bagi para penikmat "Sang Raja Buah" di Palu.
Di sana, para penikmat durian bisa belah dan makan durian segar. Bila tak mau repot, para pedagang juga sedia daging durian kupas. Ada pula menu frozen berupa pancake durian.
Semula, para pedagang durian ini tersebar pada sejumlah titik penjualan di Palu, misal di Jalan Moh Yamin dan daerah pesisir Pantai Talise. Medio 2019, pemerintah mulai memusatkan area kuliner durian di kawasan Hutan Kota Kaombona.
Pasar Durian ini punya tiga varian andalan, yakni montong, matahari, dan lokal. Harga per kilogram berkisar Rp60 ribu untuk durian montong, Rp80 ribu buat jenis matahari, dan varian lokal yang bisa ditebus seharga Rp20 ribu hingga Rp50 ribu.
Pasokan durian datang dari berbagai daerah di Sulawesi Tengah, terutama dari tiga kabupaten: Parigi Moutong, Donggala, dan Poso. Lalundu, satu desa di Kecamatan Rio Pakava, Donggala sering disebut sebagai pemasok utama durian yang dipasarkan di sana.
Omset pedagang di Pasar Durian berkisar antara Rp1 juta hingga Rp2 juta dalam semalam bila sedang ramai. Namun ada kalanya para pedagang hanya bisa bawa pulang Rp300 ribu, saat hari sedang buntung.
Pengunjungnya Pasar Durian ini bukan hanya dari Palu. Pengunjung dari luar kota atau para pelancong disebut sebagai yang paling royal.
“Banyak rombongan pegawai negeri yang sedang melakukan perjalanan dinas menyempatkan makan di sini,” kata Asdar Aziz (40), salah seorang pedagang durian.
Durian dari Sulawesi Tengah juga mulai dikenal di daerah lain. Di Jakarta, misalnya, label "Durian Montong Palu" mulai dicari orang, meski belum setenar "Durian Medan".
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) juga diproyeksikan bisa mendongkrak pembelian durian montong.
Pemda Penajem Paser Utara, area pembangunan proyek IKN, sedang menjajaki kerjasama pangan (dengan beberapa wilayah di Sulteng) dan durian montong jadi salah satu incarannya.
Potensi ekspor durian montong pun terbuka lebar, tapi masih terkendala dengan ketiadaan sertifikat kesehatan yang diterbitkan Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD).