Akselerasi sang merpati pos di tengah angin perubahan
Penulis: Nasrullah | Publikasi: 1 Maret 2023 - 16:28
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Akselerasi sang merpati pos di tengah angin perubahan
Kantor Pos Pusat Palu di Jalan Moh. Yamin, Birobuli Selatan (Nasrullah/Tutura.Id)

Cikal bakal Pos Indonesia yang selama ini kita kenal dengan simbol burung merpati telah eksis di Nusantara hampir tiga abad.

Sejarah mencatat mula kehadirannya sejak era Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746. Perjalanan panjang yang merentang sejak era kolonial hingga digital bikin Pos Indonesia sebagai BUMN tertua.

Layanan pos yang didirikan Imhoff di Batavia itu bertujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa, dan komunikasi dengan Kerajaan Belanda.

Urusan surat menyurat sebelumnya menggunakan sistem titip ke Stadsherberg alias Gedung Penginapan Kota. Semua surat yang hendak dikirimkan terlebih dahulu dikumpulkan dalam sebuah kotak besar dan dibacakan oleh seorang opperkoopman (pedagang senior).

Sementara surat masuk dicatat oleh juru sita dan dipertontonkan di Stadsherberg. Cara ini menurut Imhoff kurang aman, efisien, dan terjamin sehingga ia berinisiatif melakukan perubahan.

Melakukan perubahan sejatinya telah menjadi urat nadi Pos Indonesia sejak awal kehadirannya berabad silam. Hal yang sama mau tak mau harus dilakukan jika ingin tetap relevan di era digitalisasi internet sekarang.

Ada banyak perusahaan yang juga bergerak dalam jasa pengiriman dan kurir logistik. Sementara urusan berkirim surat telah lama jadi aktivitas usang.

Format berkirim surat elektronik jelas lebih cepat dan efisien. Mungkin hanya tersisa segelintir orang saja yang tetap menyambangi kantor pos guna berkirim kartu pos berisi ucapan saat hari perayaan tertentu.

Melihat kenyataan tersebut tak heran jika suasana kantor pos kiwari perlahan mulai sepi. Ketika Tutura.Id menyambangi Kantor Pos Pusat Palu di Jalan Moh. Yamin, Birobuli Selatan (28/2/2023), dugaan awal tak meleset.

Siang ketika kami datang, suasana di dalam gedung kantor pos tampak lengang. Hanya terlihat tiga orang petugas sedang melayani dua konsumen di loket.

Bagian sebelah kiri pintu masuk yang difungsikan sebagai ruang galeri atau etalase berbagai produk kerajinan dan makanan khas lokal juga sepi.

Kami lantas bertemu Abdi Hariyadi yang bertugas mengurusi Bisnis Jasa Keuangan Kantor Pos Pusat Palu. Perawakaannya tegap dengan rambut klimis. Pria berumur 34 tahun ini mengajak berbincang di sofa.

“Kalau kantor pos pertama di Sulawesi Tengah ini ada di Donggala dulu. Kalau tahunnya itu sekitar 1800-an,” ujar Abdi sambil menerawang. Mencoba mengingat titimangsa kehadiran Pos Indonesia di Sulawesi Tengah.

Seiring waktu hadir pula kantor pos di Palu yang berlokasi awal di Jalan Jenderal Sudirman, Besusu. Kemudian berpindah ke lokasi sekarang yang oleh lidah orang Palu kebanyakan lebih sering menyebutnya Jalur Dua.

Meskipun Pos Indonesia sudah melayani masyarakat Indonesia selama hampir tiga abad lamanya, tak serta merta menjadikan eksistensinya terus stabil di tengah gempuran perusahaan yang bergerak di bidang serupa.

Hal ini dapat dibuktikan dengan masyarakat yang lebih sering menggunakan jasa kurir logistik selain Pos Indonesia. “Jadi namanya persaingan di tengah banyaknya kompetitor pada bisnis kurir logistik tidak dapat dipungkiri,” ungkap Abdi.

Padahal sebagai BUMN tertua, jejaring yang dimilikinya tak tertandingi. Mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau 100 persen kota/kabupaten, hampir 100 persen kecamatan, 42 persen kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia.

Ruang tunggu Kantor Pos Pusat Palu di Jalan Moh. Yamin, yang tampak masih sepi (Nasrullah/Tutura.Id)

Berinovasi dengan tujuh program andalan

Agar dapat bersaing dan mengembalikan lagi era kejayaan perusahaan berlambang merpati itu, sejumlah akselerasi dan pembenahan senantiasa dilakukan agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.

“Perusahaan mempunyai tujuh transformasi. Salah satunya transformasi teknologi dari sisi operasional sehingga bisa real time, lebih lengkap, terus bisa menjaga service level agreement, dan juga bisa menaikkan mutu customer company handling,” jelas Abdi lagi sembari memperbaiki posisi duduknya di sofa.

Selain transformasi dari sisi teknologi, Pos Indonesia juga melakukan peningkatan sumber daya manusia, organisasi, sistem pembayaran terintegrasi menggunakan QR Code, simplifikasi proses operasi melalui digitalisasi, layanan mobile apps, serta menguatkan budaya kerja perusahaan yang berbasis AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif)

Transformasi yang menghasilkan sejumlah inovasi tadi berkat kesadaran mereka membentuk Direktorat Pengembangan Bisnis dan Portofolio Manajemen.

Tak hanya bergerak di bidang jas pos dan giro, Pos Indonesia juga tempat penyaluran bantuan sosial  yang diamanahkan pemerintah. Penyaluran ini yang bikin suasana di kantor pos mendadak luber pengunjung. Warga menyemut antre menanti giliran pencairan bantuan.

Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, disebutkan beberapa tugas Pos Indonesia yang meliputi pengiriman komunikasi/surat tertulis atau elektronik, menjual prangko dan materai, layanan pengiriman paket, logistik, transaksi keuangan, dan keagenan untuk kepentingan umum.

Berbagai layanan bisnis tersebut seharusnya membuat sang merpati pos bisa melesat lebih cepat meninggalkan kompetitornya.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
1
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Bantuan pembangunan sarana air bersih bagi warga Bora
Bantuan pembangunan sarana air bersih bagi warga Bora
Warga di Desa Bora, Kabupaten Sigi, kini tak lagi kepayahan mencari air bersih. Pipa air…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng