Hip-hop adalah sebuah aliran musik yang lahir dan dikembangkan oleh masyarakat Afro-Amerika sekitar dekade 70-an. Genre ini kemudian berkembang menjadi sebuah kultur populer.
Ciri khasnya gampang dikenali berkat adanya perpaduan antara vokal yang merepet alias rap diiringi musik dari seorang disk jockey.
Di Indonesia, musik hip-hop mulai terkenal saat Iwa K muncul dengan lagu "Bebas" dari album Topeng produksi Musica Studios pada 1994.
Lagu tersebut berhasil membetot perhatian penikmat musik kala itu. Tidak hanya musik, hip-hop juga kemudian membawa tren fesyen baru, semisal penggunaan oversize t-shirt, topi snapback, bandana, hoop earrings, dan lain-lain.
Skena musik ini pun semakin bertambah dan meluas ke seluruh penjuru Indonesia. Banyak kolektif yang terbentuk guna menampung semua pencinta hip-hop, termasuk Blurum.
Kolektif ini mencoba merangkul dan mempertemukan orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap hip-hop di Palu.
Jika tampil lengkap, kelompok ini akan diperkuat oleh Renaldy Lomo (drum pad, vokal), Aslan (vokal), Ary (vokal), Sakty (vokal), Habibie (vokal), Putra (vokal), dan Kims (DJ) di atas panggung.
Blurum sebenarnya akronim dari “Blow Your Unmute Mindset”. Artinya mereka ingin menawarkan suatu hal yang baru mengenai musik hip-hop. Pasalnya kebanyakan orang kerap memaknai hip-hop melulu soal pemberontakan, dunia malam, musik gampangan, kasar, dan lain-lain. Padahal apa pun itu semua genre harus tetap disebut musik asalkan bisa didengarkan dan dipahami.
Saat dihubungi lewat pesan elektronik WhatsApp (29/10/2023), Lomo menulis bahwa Blurum ia dirikan bersama temannya pada awal tahun 2020. Tujuannya untuk memicu para fans, bahkan musisi, untuk ikut nyemplung dalam aliran musik ini.
“Besar keyakinanku bahwa penikmat musik rap ini tidak sedikit. Makanya mungkin mereka butuh wadah untuk menyalurkan hobi mereka. Apalagi masih banyak penulis lagu rap yang masih pisah-pisah dan seringkali masih abu-abu. Jadi tinggal kita yang hubungi biar mereka bisa muncul ke permukaan satu-satu,” jelas Lomo.
Blurum tak hanya berisi para rapper, ada juga yang ahli beatmaker/produser, disc jockey, visual artist, dan visual director. Tahun lalu mereka sempat mengadakan gigs kecil-kecilan di Koji. Biasanya mereka juga membuat showcase saat merilis lagu.
Salah satu lagu yang pernah mereka produksi berjudul “Tentena Pride” yang dibawakan oleh Yoz alias Mandake, salah satu anggota Blurum. Beberapa rima liriknya menggunakan bahasa daerah Pamona.
Tak hanya itu, Blurum juga berusaha untuk memperkenalkan Blurum dengan menjalin hubungan dengan beberapa komunitas dan sesama pelaku hip-hop di luar kota Palu, seperti Krazy Brazy dan beberapa kolektif dari Indonesia Timur.
Berbicara mengenai skena hip-hop di Palu, Lomo menyebut genre ini sebenarnya sudah mendapatkan ruang dan spotlight. Walau demikian, tetap saja mereka masih terus berjuang untuk beradaptasi dengan arus industri musik di Kota Palu.
“Pelan-pelan kami mencoba menguraikan sudah sejauh mana massa di skena Palu mengapresiasi pergolakan seni hip-hop. Namun, saya berharap kita tetap bisa menikmati momentumnya sampai pada saatnya nanti kita bisa melihat apresiasi terhadap seni kultur ini bisa lebih masif seperti di kota lain,” tambahnya.
Menurut Lomo, hip-hop adalah genre musik yang bisa jadi media semua orang untuk berekspresi dengan leluasa. Apa yang mereka rasakan bisa mereka tuangkan ke dalam produksi seni.
“Kalau kita bicara rap things itu dia lebih ke struktur katanya, kan, daripada musiknya. Lebih kayak bercerita dengan kata-kata yang disusun unik, tapi diiringi sama background musik yang catchy. Jadi dia lebih ekspresif,” katanya menerangkan.
Pelaku hip-hop sekarang menurutnya sudah mencoba untuk lebih beradaptasi dengan genre musik lainnya. Tak lagi melulu old school. “Genre hip-hop hari ini sudah tidak lagi kaku. Seringkali element hip-hop kita temui beradaptasi dan mengevaluasi bentuk dari genre musik yang lain. Jadi sekarang itu hip-hop terus berkembang,” imbuhnya.
Saat ini Blurum sedang mengerjakan proyek album mixtape alias kompilasi berisi lagu-lagu dari para anggotanya. Mereka juga sedang mempersiapkan album yang rencananya rilis tahun depan.
“Bocoran sedikit, kami punya satu lagu judulnya 'Cancel Culture' yang bercerita tentang upaya kami beradaptasi dengan musik yang mendominasi di Kota Palu,” pungkas Lomo.