
Efek pandemi dua tahun belakangan telah membuat ingar-bingar tata suara musik juga kerumunan pengunjung kontan senyap. Hampir setiap lini industri hiburan lesu, terutama yang berkaitan dengan bisnis pertunjukan musik langsung.
Berbagai siasat untuk mengatasinya, semisal menyelenggarakan konser dengan format daring, tetap saja dirasakan tak cukup. Jiwa perhelatan musik sesungguhnya yang berupa interaksi langsung antara musisi dan penonton jadi tercerabut. Ibarat sayur tanpa garam, ada rasa nikmat yang hilang.
Memasuki pertengahan 2022, angin perubahan akhirnya berembus juga. Seturut makin kondusifnya pagebluk, berbagai acara musik mulai diperkenankan hadir. Panggung-panggung konser musik dengan tata suara menggelegar kembali bergema.
Bak cendawan di musim hujan, berbagai festival musik secara bergantian muncul. Para inisiatornya saling berlomba mengumumkan jadwal penyelenggaraan, mengumbar headliners yang mengisi acara, dan tentu saja bersaing pula menghadirkan konsep-konsep segar sebagai magnet.
“Festival wars alias peperangan antarfestival,” ujar Wendi Putranto, manajer band Seringai dan Program Manager M Bloc Space, mengistilahkan tumpah ruahnya penyelenggaraan festival musik yang terjadi sekarang.
Keramaian yang tercipta oleh maraknya penyelenggaraan acara musik tadi juga menjalar ke berbagai daerah, termasuk di Palu. Bahkan menurut catatan kami, semarak konser di kota ini akan terus berlangsung hingga akhir tahun. Padat.
Fenomena tadi menyadarkan RnR Music Studio untuk turut serta meramaikan gelanggang. Melalui RNR Experience, lini usaha yang fokus mengelola acara melalui komando Andika Pramulia, terbitlah gagasan menyelenggarakan Festival Titik Temu.
Berbekal pengalaman orang-orang di balik RNR Experience yang sudah terbiasa mengadakan berbagai acara, alasan menyelenggarakan festival ini juga sebagai penuntas rasa geregetan.
“Selama ini kami melihat masih jarang atau bahkan belum ada model satu festival di Palu yang bukan diselenggarakan pemerintah awet terselenggara tiap tahun. Melalui Festival Titik Temu kami berniat menghadirkan annual festival yang skalanya medium,” ungkap Andika Pramulia saat berbincang dengan Tutura.id di Sub Plaza, Jl. Dr Jl. Sam Ratulangi, Besusu, Palu Timur (6/9/2022).
Apa yang mereka maknai sebagai festival di sini tentu saja bukan semacam acara sayembara atau perlombaan alias kompetisi.
Festival Titik Temu dijadwalkan berlangsung 11-13 November 2022 di area parkir utara Gelora Bumi Kaktus (GBK), Jalan Yos Sudarso, Palu.
Penjualan tiket prajual fase pertama telah dibuka dengan banderol Rp50 ribu.
Tercermin dari namanya, festival ini diharapkan sebagai wadah yang mempertemukan segenap pelaku kreatif di daerah ini.
Panggung pertunjukan musik sebagai hiburan utama tentu saja tetap berdiri. Beberapa nama yang telah diumumkan ikut ambil bagian adalah Felis, Komunitas Polelea (Sigi), Rakesh, Smile Jamming, The Box, The Mangge, dan Viataritual. Tambahan nama musisi yang terlibat masih akan diumumkan lagi.
Selain musik, suguhan lain yang bisa dinikmati oleh para pengunjung adalah stan-stan kuliner, fesyen, produk UMKM, dan pameran dari para komunitas.
Para pengisi stan alias semua yang terlibat dalam festival ini adalah orang-orang lokal. Harapannya para pelaku kreatif di kota ini jadi punya satu etalase yang mempertemukan karya atau produk mereka dengan khalayak.
Seluruh pengisi yang terlibat akan melalui proses kurasi. Tujuannya untuk menghadirkan sesuatu yang maksimal dan menyenangkan bagi semua pengunjung. Jadi tidak sekadar asal festivalnya ramai dengan stan atau aktivasi, tapi nihil esensi. Dengan demikian diharapakan para pengunjung bisa membawa pulang nilai lebih dari festival ini .
“Kami berharap Festival Titik Temu jadi semacam representasi budaya urban di Sulawesi Tengah. Soalnya kemajuan teknologi sekarang memungkinkan kita di Palu yang notabene kota kecil ini untuk bikin sesuatu seperti di Jakarta sana. Karena referensinya sudah sama,” pungkas Andika.
View this post on Instagram