“Banyak betul konser musik di Palu,” bunyi sebuah pesan WhatsApp kiriman seorang teman. Ikut bersama pesan itu sebuah gambar berisi pengumuman nama artis yang menjadi penampil utama.
Tanda-tanda kembali menggeliatnya industri pertunjukan musik langsung sebenarnya mulai terlihat sejak Mei 2022. Penurunan level PPKM yang bercermin dari makin menyusutnya angka pasien Covid-19 jadi alasan utama.
Izin menyelenggarakan acara yang mengundang keramaian akhirnya bisa kembali dikantongi para promotor musik.
Jakarta yang kerap jadi baromenter mengawalinya dengan ajang Java Jazz Festival (27-29 Mei). Setelahnya beruntun muncul pengumuman acara pertunjukan konser-konser musik besar lainnya di seantero negeri, tak terkecuali di Kota Palu.
Tercatat sejumlah penyelenggara acara telah menghadirkan beberapa penyanyi populer untuk menggelar konser di kota ini. Menuntaskan dahaga para pencinta konser musik langsung yang selama dua tahun belakangan sepi akibat korona.
Bingkai Pro memanggungkan Mahalini dalam konser bertajuk “Kisah Sempurna” di Sriti Convention Hall (10/8).
Berselang tiga hari giliran Sembilan Enam Organizer memboyong Andika Mahesa, mantan vokalis Kangen Band, bersama DJ Ucupop dan grup duo Okay di Gelora Bumi Kaktus dalam konser “Bernyanyi Bersama”.
Seolah tak mau ketinggalan, panitia acara pentas seni Tujuh Belas Agustus Smansa atau yang lebih terkenal dengan nama TAS SMANSA menghadirkan Tiara Andini (28/8).
Daftar nama niscaya akan makin panjang jika ingin dituliskan semua. Sebab ada banyak panggung musik, mulai dari konser hingga festival, yang akan hadir hingga akhir tahun 2022.
Beberapa penyelenggara konser sudah mengumumkan nama penampil utama, pula telah menjual tiket prajual alias presale.
Salah satunya yang menamakan diri Escape. Berbekal sokongan Clas Mild melalui Authenticity, kolektif ini akan menggelar konser yang mengusung konsep romantisasi.
Namanya jadi “Romantisasi x Authenticity”. Menghadirkan Sejuk Sendu, Oomleo berkaraoke dengan pemandu Iqbaal Ramadhan, dan Ardhito Pramono sebagai penampil utama.
Konser dijadwalkan berlangsung di area outdoor Sriti Convention Hall, Jalan Durian No. 88, pada 14 September 2022. Harga tiket dibanderol Rp195 ribu (untuk prajual 2). Sebelumnya dalam sesi prajual 1 yang masa penjualannya berakhir 31 Agustus, penonton cukup merogoh Rp155 ribu untuk selembar tiket.
View this post on Instagram
Saat Tutura.id mengunjungi kantor sementara Escape—sekaligus juga salah satu titik penjualan tiket prajual—yang berada di lingkungan Sub Plaza, Jalan Sam Ratulangi, Palu Timur (6/8), tampak beberapa orang remaja datang dan pergi silih berganti membeli tiket.
“Alhamdulillah, penjualan tiket berjalan lancar. Hanya tetap harus dibarengi lagi dengan strategi penjualan yang lebih,” ujar Muhammad Aris, salah satu pendiri Escape.
Aris, demikian sapaan akrabnya, mengaku bahwa sebenarnya ide untuk menggelar konser musik sudah muncul sejak 2019. Konsep romantisasi juga tercetus saat itu.
Hanya saja berbagai kendala, mulai dari penolakan dan ketidakcocokan dengan sejumlah sponsor hingga pandemi, membuat niat mereka baru bisa diwujudkan tahun ini.
“Jadi sebenarnya kami juga tidak FOMO (Fear Of Missing Out) alias ikut-ikutan hanya karena sekarang lagi banyak orang bikin konser di Palu,” tegasnya.
Kehadiran banyak panggung konser musik sebenarnya merupakan sinyalemen bagus. Pemasukan ekonomi bukan hanya dinikmati oleh musisi, tapi juga penyedia tempat pertunjukan, pemilik alat konser, hingga para pelaku UMKM yang kerap dilibatkan mengisi area konser.
Panggung konser musik yang mengusung slogan “It's a music concert with a whole experience” jadi debut Escape menyelenggarakan konser musik.
Keberanian mengadakannya datang berbekal pengalaman pernah mengundang The Overtunes jadi penampil utama dalam Pagelaran Seni Smansa edisi 2018. Kala itu para pendiri Escape jadi panitia yang mengurusi segala keperluan acara tersebut.
Perihal alasan mengusung romantisme sebagai konsep acara, Aris menyebut karena banyak orang yang suka meromantisasi waktu.
“Bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya kurang baik. Semisal jika ingin mengerjakan sesuatu harus menunggu waktu mood bagus. Akhirnya kami terpikir bikin sebuah acara yang memang khusus untuk meromantisasi waktu,” ungkapnya.
Untuk menebalkan konsep tadi, Nadin Amizah dan Dian Piesesha jadi dua nama yang awalnya sangat ingin mereka jadikan penampil. Nama solis perempuan yang dituliskan terakhir mungkin sudah tidak terlalu familiar di kuping remaja sekarang.
Dian beken lewat lagu “Tak Ingin Sendiri” yang sangat populer medio dekade 80-an. Aslinya terlahir dengan nama Diah Daniar pada 9 Maret 1961.
Laiknya kebiasaan para produser musik kala itu yang kerap mengganti nama asli artis garapannya, nama Diah juga ikut berubah. Dian berarti lampu atau pelita, sementara Piesesha berupa hasil adaptasi dari zodiak Pisces.
Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan pada nama-nama yang awalnya ditargetkan sebagai penampil dalam konser “Romantisasi”. Satu hal yang tak pernah berubah sejak awal adalah perkara konsep acara.
Bahkan ketika sejumlah sponsor yang sebelumnya mereka dekati menyarankan ganti konsep, mereka tegas menolak. Aris dkk. tidak ingin menggelar sebuah konser musik yang sama dengan kebanyakan. Harus memberikan suguhan berbeda.
Artinya mereka berupaya tak sekadar menyajikan semata acara pertunjukan musik, tapi juga memberikan pengalaman musik kepada para penonton. Salah satunya dengan menghadirkan Museum Arsip Memori Manis di lokasi konser.
“Kami akan bikin satu koridor yang memajang aneka barang dengan latar cerita atau kenangan manis yang menyertainya. Kami juga akan menyediakan satu stan untuk Kota Rame agar bisa memajang album-album musik versi kaset pita yang mereka jual,” pungkas Aris.
Setelah konser “Romantisasi x Authenticity”, penikmat musik harap bersiap merogoh kocek lagi. Pasalnya rombongan musisi asal ibu kota, mulai dari solis hingga grup musik, telah mengantre datang.
Beberapa nama yang telah diumumkan hadir, antara lain Vierratale, Yura Yunita, Rizky Febian, Basboi, Nadine Amizah, Kunto Aji, dan Hivi!.