Kawasan tetangga ramah di tengah budaya urban
Penulis: Grefi Marchella | Publikasi: 4 November 2022 - 16:59
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Kawasan tetangga ramah di tengah budaya urban
Gerbang Lorong Pataba di Jl. Banteng, Palu (Foto: Grefi Marchella/Tutura.Id)

Hidup di tengah perkotaan dengan segala aktivitas yang menyita waktu terkadang mengubah watak seseorang. Individualis. Sedikit ruang yang tersisa pun jarang digunakan untuk bercengkerama dengan tetangga sekitar. Kalau pun sempat bertegur sapa, semata basa-basi belaka tanpa makna. Bahkan ada juga yang tidak mengenal siapa tetangga di kiri dan kanan.

Anak-anak yang tumbuh di zaman teknologi saat ini juga menjadikan gawai sebagai karib. Asyik sendiri tanpa perlu teman-teman bermain di halaman atau taman sekitar kompleks. Jangan heran bila aneka permainan tradisional yang menuntut partisipasi beberapa anak kini tergerus. Tak ada lagi yang memainkannya.

Budaya gotong-royong tak memikat hati generasi kekinian. Sosialisasi bagi mereka berlangsung secara maya di media sosial. Nilai-nilai rukun tetangga dan warga yang dulu kental dengan suasana guyub makin terkikis. Kehidupan modern pelan-pelan telah mengambilnya.

Demi tetap menjaga relasi sosial antarwarga sembari membentengi diri dari pengaruh buruk kehidupan modern tadi, para warga yang menghuni Lorong Pataba di Jalan Banteng, Kel. Birobuli Selatan, Palu, mencetuskan penjenamaan “Tetangga Ramah” untuk lingkungan kompleks perumahan mereka.

Menurut penuturan Jack (42), salah seorang warga yang tinggal di Lorong Pataba, saat ditemui Tutura.id (3/11/2022), ide menjadikan kompleks tinggal mereka “Tetangga Ramah” tercetus secara tidak sengaja. Kala itu para warga sedang berkumpul membicarakan persiapan agustusan.

“Ide awalnya kita hanya ingin buat gerbang, tapi kalau tulisannya ‘selamat datang’ sepertinya terlalu biasa. Maka dari itu kami buatlah branding ‘tetangga ramah’. Setidaknya ini menjadi doa kami supaya kompleks ini menjadi ramah terus hingga generasi-generasi berikutnya. Mudah-mudahan hubungan kekeluargaan ini terus terjaga,” ungkap Jack sambil tersenyum.

Dengan mantap sesama warga bergotong royong membuat pintu gerbang yang dimaksudkan. Dana berasal dari baku tambah alias patungan masyarakat yang tinggal di lorong tersebut.

Para warga di Lorong Pataba hingga sekarang tetap mempertahankan nilai-nilai lama dalam kehidupan bermasyarakat.

Saat petang menjelang, anak-anak kompleks asyik bermain lego bersama sambil menonton televisi. Ibu-ibu yang menyiram bunga semringah bersapaan dengan tetangga sekitar. Sementara beberapa warga lainnya sedang mengerumuni tukang rujak yang lewat.

Terlihat juga warga sedang duduk santai di teras rumah sambil mendengarkan musik. Sebuah pemandangan yang mungkin sudah jarang kita temui di daerah kompleks perkotaan lainnya.

Lorong Pataba termasuk dalam kawasan BTN Bumi Anggur. Salah satu kompleks perumahan tertua kedua di Kota Palu setelah Perumnas Balaroa yang dibangun sejak tahun 1982.

Penamaan Pataba sebagai nama lorong ditetapkan oleh pihak Kelurahan Birobuli Selatan pada 2019. Artinya bukan singkatan Pramoedya Ananta Toer Anak Blora Asli, tapi dari Bahasa Kaili yang bermakna andalan atau unggulan.

Kebiasaan-kebiasaan antarwarganya masih dilestarikan dari generasi ke generasi, semisal para penghuni rumah di sepanjang lorong tersebut saling akrab satu sama lain. Anak-anak mereka sering bermain bersama di sore hari.

Warga di lorong tersebut juga beberapa kali menggelar acara silaturahmi yang mengharuskan setiap orang membawa makanan untuk dimakan bersama. Saat Natal atau Idulfitri tiba, mereka juga kerap saling berbagi kue ke tetangga-tetangga.

“Saya melihat di lorong ini layak disebut tetangga ramah, karena yang pertama dari ujung ke ujung kita masih saling mengenal. Hubungan silaturahmi dan kekeluargaan sangat baik,” tambah Jack yang juga pemilik usaha Kaos Pataba Palu.

Potret keramahan lain dari warga lorong ini terjadi saat seorang pencuri tertangkap basah. Alih-alih main hakim sendiri, para warga langsung menggelandang si pencuri ke kantor polisi.

Para kurir juga tiada akan menemukan kesulitan jika mengantarkan pesanan di lorong ini. Sebab warga dengan senang hati mengarahkan kurir menuju rumah empunya pesanan.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Festival Titik Temu: Ikhtiar merintis perayaan akbar budaya urban di Palu
Festival Titik Temu: Ikhtiar merintis perayaan akbar budaya urban di Palu
Tutura.Id berbincang dengan Andika Pramulia, Co-Founder RnR Experience, penyelenggara Festival Titik Temu. 
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng