Gairah para sineas asal Sulawesi Tengah memproduksi film tak pernah surut. Bahkan saat pandemi Covid-19 melanda, ikhtiar memutar roda produksi tetap ada meski dengan ruang gerak dan dukungan dana serba terbatas.
Tak sekadar produktif, karya-karya para sineasnya juga kerap berbalas penghargaan. Membuat nama Sulteng tetap berkibar dalam peta perfilman nasional. Regenerasi insan perfilmannya berjalan lancar.
Kehadiran para filmmaker baru, mulai dari yang belajar autodidak maupun lulusan sekolah perfilman, jalan beriringan dengan mereka yang sudah lebih dahulu hadir. Saling berbagi pengetahuan dan kesempatan untuk ikut terlibat dalam produksi film pendek, dokumenter, hingga film panjang.
Mohammad Ifdhal (25) termasuk salah satu yang namanya mencuat beberapa tahun terakhir. Sebagai sutradara, ia telah menghasilkan tiga film; Tunalogi (2017), Home Sweet Home (2019), dan Kabar dari Amal (2019).
Prestasi ditorehkannya saat film Home Sweet Home terpilih menjadi film terbaik dalam Festival Film Antikorupsi (ACFFest) 2019. Kepada Tutura.Id, Ifdhal membagikan 10 rekomendasi film karya sineas Palu dan Donggala.
“Bagi saya, 10 film ini sebagai representatif dalam dua tahun terakhir kita di Sulteng. Jumlah yang terbilang cukup produktif dalam produksi film pendek,” ujarnya.
Film-film karya anak Palu dan Donggala yang direkomendasikan Ifdhal mayoritas berkaitan dengan isu kebencanaan. Sinopsisnya bisa disimak melalui lis berikut.
1. Pada Suatu Hari (2020)
Bara pada akhirnya terpaksa ikut rombongan geotour karena Eori. Sepanjang perjalanan, Bara tidak tertarik dengan materi mitigasi bencana yang diterangkan. Ketika sampai di area likuefaksi, Bara meninggalkan rombongan tanpa sepengetahuan siapapun kecuali Eori. Belakangan Eori mendapati Bara dan mengajaknya kembali ke rombongan. Namun mereka tersesat dan mendengarkan kisah yang tak terduga.
2. Rotasi (2020)
Karya Taufiqurahman atau akrab disapa Kifu yang berdurasi sekitar sembilan menit. Mengisahkan perjalanan seorang bocah pada suatu siang. Merasa bosan, ia kemudian memasuki lahan kosong di tengah kota dengan bola basketnya. Ternyata di sana ia tak sendirian. "Mereka" adalah pemilik dunia vertikal.
3. Kurir (2020)
Film arahan Nur Amri Firmansyah. Seperti judulnya, juga mengisahkan seorang laki-laki bernama Keni yang berprofesi sebagai kurir.
Kesehariannya dihabiskan dengan mengantar paket dari rumah ke rumah menggunakan sepedanya. Suatu hari, Keni tanpa sengaja mengantar sebuah bola yang berisi obat-obatan terlarang jenis sabu.
Bola tersebut hilang dalam perjalanan. Saat berhasil menemukannya di tangan seorang anak kecil, bola itu sudah penuh coretan. Keni membeli bola baru dan mengantarkannya ke alamat tujuan.
4. Telur (2021)
Film pendek persembahan Vania Qanita Damayanti yang turut berpartisipasi dalam Jakarta Film Week 2022. Sebelumnya memenangkan penghargaan sebagai "Fiksi Pendek Mahasiswa" di Malang Film Festival 2022.
Tentang seorang gadis kecil menceritakan intoleransi yang dia alami melalui cerita telur.
Akses lebih lanjut untuk menyaksikan film bisa menghubungi Vania Damayanti atau Sarah Adilah selaku produser melalui Instagram.
5. Turun ke Atas (2022)
Nene Ratna, seorang lansia berdarah Kaili yang merupakan penyintas bencana gempa dan likuefaksi 28 September 2018.
Situasi tidak pasti di hunian sementara membuatnya bertutur kembali tentang kejadian bencana dan ingatan masa lalu di wilayah Balaroa, salah satu titik likuefaksi paling terdampak di Kota Palu.
6. Saya di Sini, Kau di Sana (2022)
Film kedua karya Kifu yang direkomendasikan Ifdhal dalam lis ini. Bercerita tentang konflik ruang antara manusia dan buaya di zona rawan tsunami.
7. Tanigasi (2022)
Berkisah tentang pasangan suami istri penyintas bencana di Pantai Barat Donggala. Berdua mereka memilih menggarap kebun tiga hari setelah bencana. Pilihan itu diambil lantaran pasangan ini tidak ingin hidup sekadar mengharapkan bantuan.
8. Timbul Tenggelam (2022)
Lewat tokoh Sarifa (10), film arahan Nurcholis Darmawan ini menyajikan wawasan kebencanaan dari perspektif anak kecil.
9. Missing Dog (2022)
Tentang Seorang pria mencari anjing kesayangannya yang hilang. Untuk menonton film ini bisa menghubungi Nur Amri Firmansyah selaku sutradara melalui akun @amrikhr di Instagram.
10. Tanah Emas (2022)
Dokumenter berdurasi sekitar 25 menit karya sutradara Rahmadiyah Tria Gayatri.
Tanah Emas merupakan proyek penelusuran cerita tentang emas dari hulu hingga hilir beberapa kawasan di Sulawesi Tengah, memotret cerita tentang desa yang kehilangan urat nadinya, tentang pemuda yang kehilangan nyawanya, tentang kampung dengan tradisi memandikan emas, tentang orang-orang yang mempertahankan tanahnya dari perusahaan tambang, dan tentang investasi emas yang dihargai setara dengan nyawa.