Upaya Sinekoci merefleksikan dampak bencana 2018
Penulis: Grefi Marchella | Publikasi: 29 September 2022 - 14:07
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Upaya Sinekoci merefleksikan dampak bencana 2018
Tangkapan layar cuplikan film Timbul Tenggelam karya Sikola Pomore

Bencana gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami yang melanda Kota Palu, Sigi, dan Donggala pada 2018 memberikan banyak sekali pelajaran kepada warga. Meninggalkan sebuah memori kolektif yang sulit tergerus oleh waktu. Pun membawa perubahan bagi para penyintas dalam menjalani kehidupannya usai bencana dahsyat itu terjadi.

Memori tersebut yang coba digali dan didokumentasikan melalui medium film oleh Sinekoci bekerja sama dengan komunitas Nemu Buku, Sikola Pomore, Institut Tana Sanggamu, dan Forum Sudutpandang dalam acara bertajuk rilis kampanye dampak “Hidup Dengan Bencana”.

Acara gratis ini berlangsung di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah, Jalan Setiabudi, Palu.

Harapannya agar memberikan penyadaran, pelajaran, dan dampak bagi penonton lewat medium film.

“Proyek ‘Hidup Dengan Bencana’ sebenarnya bukan proyek yang direncanakan, Sinekoci sejak 2018 menjadi wadah bagi teman-teman komunitas sineas yang butuh pendanaan maupun pendampingan untuk filmnya. Dan film-film tersebut ditayangkan pada acara ini,” ujar Sarah Adilah (24), Direktur Sinekoci, ketika diwawancarai Tutura.Id (28/9/2022).

Dengan mengangkat tema “Hidup Dengan Bencana”, Sinekoci lewat penayangan beberapa film mencoba memberikan pengalaman yang lebih dari sekadar menonton film biasa, tapi juga memberikan ruang bagi penonton untuk berinteraksi dengan kru di balik layar dan narasumber yang merupakan praktisi yang telah lama berkecimpung di bidang hak asasi manusia.

“Kami berharap bukan sekadar dapat tontonan alternatif, tapi penonton juga merasa dilibatkan dalam tontonan yang kami sajikan. Berbeda dengan tontonan di bioskop yang hanya sekadar hiburan tanpa ada diskusi setelahnya. Karena tematiknya tentang kebencanaan dan itu sesuatu yang penting di Sulawesi Tengah, kami berharap film-film pendek yang ditayangkan dapat menjadi pemantik untuk membuka wawasan-wawasan baru tentang kebencanaan,” tambah Sarah.

Dalam kegiatan yang berlangsung 28-30 September 2022 ini diharapkan terjadi pertukaran wawasan antara para penonton, sineas, dan narasumber yang hadir. Empat judul film yang menjadi menu utama adalah Saya di Sini, Kau di Sana (produksi Forum Sudutpandang), Turun ke Atas (Nemu Buku), Timbul Tenggelam (Sikola Pomore), dan Tanigasi (Institut Tana Sanggamu).

Selain penayangan film pendek, kegiatan juga diramaikan oleh penampilan sejumlah aksi kesenian dari berbagai pelaku seni di Kota Palu. Tercatat kelompok musik Culture Project, Sejuk Sendu, dan The Hauler Rawk juga tampil meramaikan panggung acara. Pun aksi dari Sanggar Seni Mutia Ntana, Mutuals, Komunitas Polelea, serta hiburan stand-up comedy dari duo Tedy dan Lukman.

Informasi lengkap mengenai detal acara dan sinopsis film yang akan ditayangkan bisa diakses melalui akun Instagram Sinekoci.  

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Melihat ekosistem film di Palu sebagai kota film, animasi, dan video
Melihat ekosistem film di Palu sebagai kota film, animasi, dan video
Ada banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan seturut penobatan Palu sebagai Kota Film, Animasi,…
TUTURA.ID - Aneka rupa wujud pasar lentora kekinian menjelang Idulfitri
Aneka rupa wujud pasar lentora kekinian menjelang Idulfitri
Melongok kemeriahan suasana pasar lentora era kekinian yang telah bertransformasi mengikuti perkembangan zaman dan selera…
TUTURA.ID - Festival Film Pelajar Sulteng bangkit lagi
Festival Film Pelajar Sulteng bangkit lagi
Festival Film Pelajar Sulteng akhirnya dibangunkan lagi dari tidur panjangnya. Karya siswa SMKN 1 Sigi…
TUTURA.ID - Sineas berlomba ikut festival dan kompetisi film
Sineas berlomba ikut festival dan kompetisi film
Beberapa tahun belakangan iklim perfilman di tanah air makin marak. Berbagai festival dan kompetisi atau…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng