Menjelang perayaan Natal 2022—juga malam tahun baru 2023—di Kota Palu, Kapolresta Palu Kombes Pol. Barliansyah, S.I.K., M.H. mengatakan akan melibatkan 848 personel berisi gabungan dari Polri, TNI, Sat Pol PP, dan Perhubungan untuk melakukan pengamanan.
Demi memberikan rasa aman dan nyaman kepada umat Kristen saat beribadah, aparat keamanaan akan banyak mengisi pos-pos terpadu di sekitar 110 gereja (data 2021) yang tersebar di seluruh Palu.
Cikal bakal hadirnya seratusan gereja di Kota Palu saat ini, tak lepas dari peran para perintis gereja pada awal abad ke-20. Para perintis ini dikenal dengan nama zending atau misionaris kristen.
Kala itu, baik Palu maupun Sulawesi Tengah masih dalam yuridiksi pemerintahan Hindia Belanda dan menjadi satu kesatuan dengan sejumlah daerah lain dengan nama Celebes.
Dalam buku berjudul Bertumbuh, Bersaksi dan Melayani: Refleksi 46 Tahun Jemaat GKST Imanuel Palu yang ditulis oleh tim beranggotakan lima orang, disebutkan bahwa pada tahun 1965 sebelum Gereja Imanuel Palu diresmikan, sudah ada sekitar 4-5 gereja yang berdiri di Palu.
“Gereja Protestan Maesa, Gereja Masehi Advent, Gereja Katolik dan Rumah Kebaktian Bala Keselamatan. Semuanya berada di Maesa, lalu satu lagi Gereja Pantekosta di Jalan Gajah Mada.” Demikian tertera dalam buku terbitan 25 April 2011 ini.
Sementara GKST Imanuel yang kini berlokasi di Jalan Mesjid Raya Palu ditahbiskan pada 10 April 1966. Meski begitu, menurut Masbait Lesnusa, salah satu tim penulis buku di atas, jauh sebelumnya pekabaran injil di Palu sudah berkembang pesat.
“Berdasarkan penuturan narasumber kami, Gereja Imanuel Palu tidak lepas dari keberadaan gereja protestan di Maesa, sekarang bernama GPID Getsemani yang berlokasi di Jalan Pattimura,” ujarnya kepada Tutura.Id (20/12).
Melansir laman sinodegpid.org, sebelum pelayanan dilakukan oleh Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) sejak tahun 1934, pelayanan jemaat Kristen di Palu sudah dilakukan oleh pendeta pribumi dari Minahasa yang ditugaskan oleh De Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie, salah satu organisasi pekabaran injil kala itu. Sekarang dikenal dengan Gereja Protestan di Indonesia (GPI).
Saat Badan Pekerja Sinode GMIM menggelar rapat 28-31 Oktober 1964, diputuskan GPID menjadi sinode mandiri. Selanjutnya diresmikan dalam sebuah ibadah pada 4 April 1965 di Gereja GPID Pniel.
GPID Pniel (Gereja Protestan Maesa) inilah cikal bakal GPID Getsemani Maesa sekarang, Sementara GPID Pniel lalu berpindah menempati sebidang tanah di Jalan Cik Ditiro.
Alberth Sango, opsir pemimpin Gereja Bala Keselamatan Korps II dibilangan Jalan Kancil Palu, turut menimpali ihwal lahirnya gereja-gereja di tanah Kaili ini.
“Gereja BK di Palu paling pertama sekali itu adalah BK Korps I, beralamat di Jalan Pattimura (samping lampu merah), tahun ini merayakan HUT ke-97. Uniknya, dulu gereja ini sempat disebut sebagai gereja orang Kaili,” ungkapnya.
Sekadar pengingat, Bala Keselamatan resmi berdiri pada 15 Juli 1865 di East End London oleh William Booth bersama dengan istrinya Catherine Mumford, seorang mantan pendeta di Gereja Metodis. Pun demikian, secara resmi nama Bala Keselamatan baru digunakan pada tahun 1878.
Masuknya BK di tanah air tercatat seiring kedatangan dua opsir perintis dari negara Belanda, yaitu Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf van Emmerik pada 24 November 1894.
Sementara pelayanan Bala Keselamatan di Palu, dilanjutkan Alberth, bermula di daerah Sigi oleh sejumlah opsir perintis termasuk Leonard Hevegral Woodward, sosok yang namanya diabadikan menjadi nama jalan dan rumah sakit di Kota Palu.
“Sebagai orang Palu, tentu kita akrab dengan cerita tentang kebaikan Idrus bin Salim Al-Jufri yang memberi tumpangan kepada Woodward ketika dalam perjalanan. Lalu, hibah tanah untuk rumah kebaktian Bala Keselamatan dari Raja Parampasi,” lanjut Alberth.
Buku 60 Tahun Bala Keselamatan di Sulawesi Tengah tulisan Melatie Brouwer menjelaskan lebih detail perihal aktivitas opsir Bala Keselamatan kala merintis pekabaran injil di Sulawesi Tengah.
Dalam buku tersebut disebutkan pada 15 September 1913 jadi penanda awal misi pekabaran injil Bala Keselamatan di Pulau Sulawesi.
Awal pelayanan Bala Keselamatan di Sulawesi Tengah dirintis oleh dua orang opsir, yakni Ensign Charles Jensen dan Hendrik Loois.
Jensen yang kemudian bertemu dengan Raja Parampasi di Palu mendapatkan hibah sebidang tanah di bawah sebuah pohon beringin besar tempat mereka membangun rumah pendeta dan gereja. Kini daerah itu dikenal sebagai bagian dari Desa Sibedi yang berbatasan dengan Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi.
Penduduk setempat mengenal Kapten Jensen dengan panggilan Tua Jelawo’o atau Tuan Rambut Merah, merujuk warna rambutnya yang pirang.
Hingga artikel ini diturunkan, melansir statistik Kota Palu Dalam Angka (2022), tempat peribadatan/rumah ibadah Agama Kristen paling banyak tersebar di mintakat Palu Selatan yang jumlahnya mencapai 54 bangunan.
Menyusul kemudian daerah Palu Timur (42), Mantikulore (6), Palu Utara (2), Tawaeli (2), Palu Barat (1), dan Ulujadi (1). Sementara itu, ada dua rumah ibadah untuk umat Katolik yang berada di Palu Timur dan Palu Selatan.
Gereja umat Kristen injil Protestan Katolik rumah ibadah Natal tahun baru Nataru Celebes pendeta pastor Bala Keselamatan celebes GKST Imanuel pengabaran injil misionaris Belanda GMIM GPI Advent Sis Aljufri Raja Parampasi Woodward