“Saya tidak heran kalau semua orang menyebut dia punya jejaring yang luas di mana pun. Karena dia memang berupaya memahami siapa pun, dan sangat mengutamakan komunikasi yang baik dan santun.”
Nani Loulembah sedang memungut ingatan terbaik atas Muhammad Ichsan Loulembah, kakaknya yang berpulang pada Minggu (30/7/2023) di Bintaro, Jakarta. Tutura.Id bertemu dengan Nani pada Selasa (1/8/2023) di Gedung Sekretariat Ikatan Alumni Universitas Tadulako (IKA Untad).
Sang Kakak memang dikenang dan dirayakan kehidupannya oleh banyak orang. Seolah tak putus-putus, para kenalan, kolega, dan sahabatnya memberikan ungkapan duka. Secara luring maupun daring. Lewat lisan atau tulisan.
Kehidupan Ichan memang sedang dikenang dengan cara-cara terbaik oleh orang-orang yang mengenalnya.
Kepergiannya menjadi obituari penuh hormat tentang seorang "konektor" bagi banyak orang. Obituari yang sama terasa pilu, sebab ditulis oleh Hamid Basyaib, wartawan senior (sering disebut spesialis penulisan obituari), dan salah seorang kawan terbaik almarhum.
Bentuk penghormatan lain hadir pada Sabtu, 5 Agustus 2023, di Auditorium Universitas Paramadina, Jakarta. Di antara deretan tokoh yang memberikan testimoni kepada Ichan, tersebutlah nama Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia.
Di Palu, kota yang membesarkan Ichan, penghormatan kepada sosok aktivis dan jurnalis senior itu juga dilakukan. Sabtu malam, 4 Agustus 2023, acara penghormatan bertajuk “In Memoriam Ichsan Loulembah 1966-2023” diadakan di Kantor Radio Nebula, Jalan Rajawali, Palu Timur.
Acara itu diinisiasi oleh Celebes Bergerak, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu, dan Radio Nebula.
Ketiga lembaga itu pernah berinteraksi dekat dengan Ichan semasa hidup. Lebih-lebih yang disebut terakhir, radio frekuensi FM pertama di Palu yang turut didirikan mendiang. Adapun Celebes Bergerak merupakan kelompok relawan yang dibentuk semasa bencana September 2018--Ichan banyak ikut sumbang pikiran.
Sederet tokoh juga turut hadir, misalnya Andi Mulhanan Tombolotutu (mantan wakil wali kota Palu), dan Ridha Saleh (tenaga ahli Gubernur Sulteng). Acara penghormatan itu dipandu pula oleh salah seorang sahabat almarhum, Tasrief Siara.
Semasa hidup, Ichan dikenal sebagai sosok dengan jejaring pertemanan luas.
Jejak aktivismenya dimulai saat bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) semasa berkuliah di Universitas Tadulako. Alumnus Sosiologi Untad angkatan 1984 itu sudah merintis kariernya di bidang media saat mendirikan Radio Nebula pada 1982, ketika masih berusia belasan tahun.
Pada medio 1990-an, Ichan mulai melanglang buana ke ibu kota. Di Jakarta, meskipun basis ilmunya ialah sosiologi, Ichan malah kian serius dengan dunia media dan komunikasi.
Ia sempat pegang posisi sebagai direktur siaran Trijaya FM, salah satu jejaring radio terbesar di Indonesia pada masa senjalaka Orde Baru.
Selepas reformasi, yang turut diperjuangkannya, Ichan menceburkan diri ke dunia politik praktis. Ia pernah menjadi senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Sulawesi Tengah pada periode 2004-2009. Ia mundur dari politik praktis, setelah menyadari bahwa DPD hanya gula-gula reformasi untuk mengakomodir semangat desentralisasi (otonomi).
Sebagai profesional, Ichan juga pernah menjadi konsultan komunikasi. Pun hampir satu dekade lamanya, Ichan mengampu Perspektif Indonesia, sebuah talkshow yang dipancarkan di berbagai radio seluruh Indonesia. Ia aktif pula di kancah pemikiran Indonesia lewat kelompok think tank seperti Institut Peradaban dan Institut Harkat Negeri.
Hingga berpulang, Ichan masih megasuh dua media: Good Radio Jakarta, dan Koridor.co.id.
Ichan di mata para sahabat
Pada acara “In Memoriam Ichsan Loulembah 1966-2023,” Andi Mulhanan Tombolotutu terlihat jadi salah seorang yang paling terpukul dengan kepergian Ichan. Mantan wakil wali kota Palu itu konon masih bertukar pesan WhatsApp hanya beberapa jam sebelum alamarhum berpulang.
Mulhanan mengenang Ichan sebagai sosok berani dan cerdas. Sebagai senior di HMI, Mulhanan mengingat keputusan Ichan untuk membawa korps hijau-hitam cabang Palu keluar dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Itu keputusan berani di jaman Orde Baru, saat semua organisasi pemuda dikontrol lewat payung KNPI.
"Keputusan-keputusan seperti ini memang hanya dilakukan oleh orang yang bernyali," kenang Mulhanan.
Seorang kawan seperjuangan almarhum saat merantau di Jakarta awal 1990-an, Aslamuddin Lasawedi memberi kesaksian tentang sebuah diskusi serius antara Ichan dan Didik Rachbini, Rektor Universitas Paramadina.
Saat itu, Didik baru saja kembali dari studi doktoral di Central Luzon State University, Filipina. Tatkala diskusi, konon Didik tampak terpukau dengan pemikiran Ichan. Lebih heran lagi lantaran Ichan berasal dari kampus yang kurang terkenal semasa itu.
“Meski hanya S-1 Fisip Untad, dia (punya niat) akan dihitung di peta dunia intelektual Indonesia. Dan itu terbukti saat beliau wafat,” ujar Aslamuddin, merujuk pada banyaknya ucapan duka dari komunitas intelektual, aktivis, dan politik di Indonesia.
Ridha Saleh, tenaga ahli Gubernur Sulteng, mengenang Ichan sebagai sosok saudara seperantauan yang banyak memberikan motivasi padanya semasa menjadi Komisioner Komnas HAM (2007-2012).
"Kak Ichan itu orang yang sangat menjaga menjaga marwah dan identitas kelompoknya. Beliau juga jadi mentor yang baik, apalagi waktu beliau jadi anggota DPD dan saya di Komnas HAM," ujarnya.
Sepanjang acara “In Memoriam Ichsan Loulembah 1966-2023,” orang-orang bergantian memberikan testimoni. Baik saat diminta, atau sekadar obrolan sederhana dalam lingkaran atau kelompok kecil. Cerita-cerita tentang kebaikan Ichan pun tersebar.
Tak heran bila pada pengujung acara Tasrief Siara meminjam kutipan dari tulisan obituari Hamid Basyaib, “Kematian memang bisa mengakhiri hidup seseorang, tapi tak akan mampu menghapus nama dan kebaikannya. Ichan Loulembah adalah seorang dari jenis ini. Ia telah pergi. Tapi ia semakin hidup dengan kepergiannya.”