104 kepala keluarga mengungsi akibat gempa bumi 5,3 magnitudo di Sigi
Penulis: Robert Dwiantoro | Publikasi: 7 Agustus 2023 - 20:25
Bagikan ke:
TUTURA.ID - 104 kepala keluarga mengungsi akibat gempa bumi 5,3 magnitudo di Sigi
Salah satu tenda pengungsian darurat di Desa Kamarora B, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi | Foto: Robert Dwiantoro/Tutura.Id

104 kepala keluarga (KK) harus mengungsi akibat gempa bumi 5,3 magnitudo yang menguncang Kecamatan Palolo dan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, Minggu (7/8/2023).

Ratusan warga yang didominasi kaum perempuan dan anak-anak itu tersebar di dua desa yakni Desa Lembantongoa (Palolo) dan Desa Kamarora B (Nokilalaki).

Sementara Desa Sopu, salah satu desa di Kecamatan Nokilalaki yang turut terdampak tidak melaporkan adanya pengungsi, tetapi hanya melaporkan satu bangunan yang terdampak.

Kepala Desa Lembantongoa Arman dalam laporan sementara, menyebutkan bahwa ada ratusan warganya yang saat ini sedang menempati sejumlah tenda darurat di lapangan desa dan halaman rumah.

“Ada 40 KK saat ini memilih mengungsi di sembilan tenda darurat yang didirikan secara inisiatif dan gotong royong oleh para warga. Tetapi, ada juga yang memilih mendirikan tenda di halaman rumah, ” kata Arman saat ditemui Tutura.Id di Lapangan Desa Lembantongoa, Senin (7/8).

Menurut Arman, tenda pengungsian darurat itu baru didirikan sejak getaran keras yang ketiga kalinya mereka rasakan pada hari itu.

“Pagi hari itu sekitar jam 10 pagi, sebagian masyarakat sedang beribadah di gereja. Meski terjadi gempa, tapi ibadah tetap dilanjutkan. Nanti gempa jelang magrib baru warga mulai memilih tidak berdiam diri di dalam rumah. Kemudian, membuat tempat berlindung seadanya,” jelasnya.

Hampir empat jam pada malam hari itu, para penyintas yang berdiam di tenda darurat harus rela tanpa penerangan dari listrik.

Arman juga melaporkan bahwa sejauh ini ada 28 rumah warga yang mengalami kerusakan. 19 unit dalam kondisi rusak sedang, sementara 9 unit lainnya dalam kondisi rusak berat.

Berjarak 10 kilometer atau lebih dari setengah jam waktu tempuh dari Desa Lembantongoa, Desa Kamarora B yang terletak di kaki Gunung Nokilalaki juga merasakan dampak serupa.

Bahkan, belasan kali getaran yang tercatat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berasal dari arah timur laut Desa Kamarora.

Sama seperti respon tanggap bencana di Desa Lembantongoa, warga Desa Kamarora B juga lebih memilih mendirikan tenda seadanya di ruang terbuka yang jauh dari bangunan.

“Ada 64 KK yang mengungsi di tiga lokasi berbeda. Dari 64 KK ini berjumlah 296 jiwa. Di antaranya terdapat balita sebanyak 19 orang, lanjut usia (lansia) 16 orang, dan ibu hamil dua orang,” kata Kepala Desa Kamarora B, Desak kepada Tutura.Id, Senin (7/8)

Ratusan warga ini telah mendirikan tenda darurat sebanyak 23 di beberapa titik, karena takut untuk berlindung di dalam rumah yang dominan berstruktur permanen dan semi permanen ini.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Tutura.Id (@tutura.id)

Bantuan datang silih berganti

Selang sehari sejak gempa bumi yang berlangsung sebanyak 34 kali itu, tak terhitung bantuan yang datang menjumpai para penyintas di dua desa tersebut.

Bantuan pertama datang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sigi. Hanya berselang dua jam sejak getaran terkuat ketiga, belasan personil tim reaksi cepat (TRC) BPBD Sigi langsung diterjunkan ke lokasi terdampak bencana.

TRC melakukan sejumlah asesmen untuk mengkalkulasi kebutuhan para penyintas dan kerugian materil yang terjadi.

Selain itu, bantuan juga datang dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sigi dan Balai Nipotove binaan Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Kepala Dinsos Sigi, Ariyanto ketika di temui Tutura.Id (7/8), di Desa Lembantongoa menyebutkan jika bantuan yang pihaknya sediakan umumnya untuk kondisi darurat.

“Kami dirikan 1 tenda pengungsian yang besar, dan belasan tenda kecil di Lembantongoa. Kemudian, ada paket selimut dan 12 paket makanan siap saji untuk para penyintas. Semuanya, memang untuk kondisi emergency seperti ini,” terang Ariyanto.

Untuk mengatasi keluhan para penyintas tentang penerangan, BPBD Sigi juga sudah menyiapkan 1 unit genset dan lampu panel untuk menerangi lokasi pengungsian di Lapangan Desa Lembantongoa.  

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Diskominfo Kabupaten Sigi (@diskominfokabupatensigi)

Saat bertolak ke Desa Kamarora B, pihak Dinsos Sigi dan Balai Nipotove juga menyuplai logistik bagi para penyintas di tenda pengungsian.

Bantuan lainnya datang dari pihak Dinsos Provinsi Sulteng, Palang Merah Indonesia (PMI) Sulteng, komunitas peduli korban bencana alam, dan perseorangan.

Ariyanto juga menambahkan bahwa pihaknya sudah menurunkan tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sigi dan Puskesmas Banpres Kecamatan Palolo. Kemudian akan mengaktifkan dapur umum yang dikelola oleh Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinsos Sigi.

Sekalipun terjadi insiden kecelakaan yang menimpa satu tim tenaga kesehatan pada pagi hari tadi, tetapi layanan kesehatan keliling tetap dijalankan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi juga menyampaikan bahwa telah ditetapkan status tanggap darurat untuk bencana alam ini selama 14 hari. 

"Terhitung sejak hari ini, 7 Agustus 2023, Bapak Bupati Sigi Mohamad Irwan telah menetapkan status tanggap darurat sampai dengan 20 Agustus 2023," pungkasnya.  

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Sosialisasi dan perlindungan kepada pekerja migran asal Sigi
Sosialisasi dan perlindungan kepada pekerja migran asal Sigi
Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi menekankan pentingnya aspek legalitas hukum bagi para calon pekerja…
TUTURA.ID - Mengunjungi Balaroa Memorial Wall untuk memulihkan diri
Mengunjungi Balaroa Memorial Wall untuk memulihkan diri
Hampir setahun sejak diresmikan, "Balaroa Memorial Wall" bukan sekadar tugu pengingat bencana, tapi jadi tempat…
TUTURA.ID - Menyikapi kelompok rentan dalam situasi bencana
Menyikapi kelompok rentan dalam situasi bencana
Lingkar Belajar Untuk Perempuan berupaya menghadirkan ruang dan lingkungan yang aman bagi kelompok rentan saat…
TUTURA.ID - Cerita di balik pawai obor Desa Sambo; dulunya tidak tertarik, kini jadi tradisi warga
Cerita di balik pawai obor Desa Sambo; dulunya tidak tertarik, kini jadi tradisi warga
Pawai obor di Desa Sambo untuk menyemarakan Ramadan 1444 H, terhitung sebagai tradisi baru bagi…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng