Senin, 31 Juli 2023, Kota Palu sedang panas-panasnya. Pada satu restoran bonafide di bilangan Bundaran Nasional sebuah ruangan khusus telah dipesan. Dalam ruangan berpendingin udara itu satu meja panjang menghamparkan aneka makanan. Ikan bakar, cumi hitam, sajian sayur mayur, dan macam-macam sambal.
Anwar Hafid duduk di tengah meja. Ia dikelilingi oleh beberapa orang dekatnya, antara lain Bendahara Partai Demokrat Sulteng, Andi Jumriani Hamka, dan kader Partai Demokrat Sulteng, Mohamad Taufan. “Makan dulu, baru wawancara,” ujar Anwar saat menyapa kami.
Siang itu, Anwar baru saja merampungkan kunjungan dinas sebagai anggota DPR-RI dari Partai Demokrat (Dapil Sulawesi Tengah). Hal itu dipertegas dengan pelat nomor khusus wakil rakyat yang terpasang di mobilnya. Pada baju putih yang dikenakannya terpampang bordiran “Komisi V DPR-RI.”
Meski demikian, wawancara antara Tutura.Id dan Anwar tak banyak menyinggung statusnya sebagai wakil rakyat. Kami lebih banyak menyoal bursa Pilkada Sulteng 2024. Politisi Partai Demokrat ini bisa disebut sebagai tokoh yang paling siap untuk bertarung di pilkada tersebut.
Mesin politik Anwar sudah berjalan lama. Namanya telah masuk bursa kandidat Sulteng-1 sejak Pilkada Sulteng 2020. Kala itu, Anwar mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur; didampingi oleh Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu. Namun duet Anwar-Sigit gagal bertanding lantaran tak memenuhi syarat minimal dukungan partai politik.
“Itu kesahalan strategi. Kami sudah mengevaluasinya,” kenangnya. Kali ini, Anwar tak ingin mengulang kesalahan. Demi memudahkan jalan menuju kontestasi, Partai Demokrat Sulteng memasang target sembilan kursi di DPRD Sulteng.
Anwar juga tak segan menunjukkan kedekatannya dengan Reny Lamadjido, politisi Partai Kebangkitan Bangsa dan Wakil Wali Kota Palu. Reny disebut bakal jadi calon wakil gubernur mendampingi Anwar. “Saya merasa pas dengan Ibu Reny,” ujarnya.
Selepas makan siang, lebih dari satu jam, Anwar bertukar cerita dengan Robert Dwiantoro, Anggra Yusuf, dan Muammar Fikrie dari Tutura.Id.
View this post on Instagram
Foto Anda dengan Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali viral di media sosial. Dalam rangka apa pertemuan itu?
Saya dan Haji Mat (sapaan karib Ahmad Ali) bersahabat sekaligus bersaudara. Kami kawan sepermainan sejak masa kecil (keduanya berasal dari Desa Wosu, Morowali). Saya menemui beliau untuk memohon doa restu teruntuk pernikahan anak saya. Sekaligus meminta beliau menjadi saksi pernikahan.
Tapi sulit membayangkan dua politisi level nasional bertemu tanpa bicara politik…
Ha-Ha-Ha. Tentu saja ada. Beliau berada di ring satu Partai NasDem, dan calon presiden Anies Baswedan; saya sebagai politisi Partai Demokrat juga ingin mengkonfirmasi beberapa peristiwa di balik layar dari Koalisi Perubahan (Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS).
Selanjutnya, karena sekarang menuju Pilkada Sulteng 2024, saya juga memohon restu beliau. Karena sejak Pilkada Morowali 2007, sampai dengan Pilkada Sulteng 2020, kepada beliaulah saya selalu pertama kali berpamitan.
Apa tanggapan Ahmad Ali atas niat Anda maju sebagai kandidat Sulteng I dalam Pilkada 2024?
Sebagai seorang kakak, beliau memberikan dukungan. Bahkan beliau yang berinisiatif bertanya lebih dahulu (soal topik ini). Menanggapi keinginan saya, beliau menyampaikan, “Bismillah, lanjutkan.”
Adakah kemungkinan Koalisi Perubahan di level nasional diadopsi ke lokal jelang pilkada?
Harapannya begitu. Jika Koalisi Perubahan bisa diamankan. Mudah-mudahan bisa berlanjut sampai ke Pilkada Sulteng 2024.
Selain Ahmad Ali, apakah ada sinyal dukungan untuk Anda dari politisi senior lainnya? Atau mungkin Anda sudah mengunjungi beberapa tokoh tertetu?
Saya tipikal orang yang tidak menunggu persetujuan. Tapi saya selalu menjunjung tinggi kearifan lokal, dan penghormatan kepada senior. Di daerah Lembah Palu ini ada istilahnya “Pandawa Lima.” Sejak Pilkada Sulteng 2020, saya selalu roadshow bertemu tuaka-tuaka ini. Ha-ha-ha
Beberapa di antaranya sering bertemu, seperti Pak Longki (Ketua Partai Gerindra Sulteng), dan Pak Arus (Ketua Partai Golkar Sulteng). Sekitar dua pekan lalu, saya juga menemui Kak Cudy (Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura) di Jakarta. Saya tidak lebaran di kampung karena menemani beliau.
Bagaimana respons para tokoh tersebut?
Kalimat (dukungan) itu keluar dari Kak Cudy langsung. Disaksikan banyak orang. Bukan hanya sekali, dalam beberapa kali pertemuan beliau mengatakan, “Kamu (Anwar) maju pilkada. Nanti berpasangan dengan Dokter Nona (sapaan Reny Lamadjido).”
Sedangkan Pak Longky menitipkan pesan kepada saya, “Kalau Pak Gubernur Cudy sehat, mendingan Adek (Anwar) mendampingi beliau.”
Anda terlihat mantap berpasangan dengan Reny Lamadjido. Kenapa memilih Reny sebagai kandidat wakil gubernur Sulteng?
Kalau takdir saya menjadi gubernur. Insya Allah, saya akan fokus pada dua hal yaitu pendidikan dan kesehatan. Saya punya keinginan untuk mengangkat sumber daya manusia (SDM) lewat dua sektor ini.
Bidang pendidikan relatif ringan; berdasarkan pengalaman saya jadi bupati Morowali. Agak berat justru di sektor kesehatan, karena butuh pengetahun teknis. Makanya saya pilih Ibu Reny, karena latar belakang beliau sebagai seorang dokter, pernah menjabat direktur rumah sakit, dan kepala dinas kesehatan.
Anda dan Reny sama-sama berlatar belakang birokrat. Bukankah Anda lebih butuh sosok politisi sebagai wakil?
Saya dan Ibu Reny pernah birokrat, sekarang malah jadi politisi. Kombinasi inilah yang susah didapatkan. Ha-ha-ha.
Masih ada sosok lain yang politisi sekaligus birokrat, seperti Hidayat Lamakarate dan Mohamad Irwan Lapatta?
Ilmu mereka ilmu saya juga. Pak Iwan bukan dokter. Apalagi saya dan Pak Hidayat sama-sama di APDN (sekarang IPDN). Ibaratnya, kalau mau main silat; jangan cari yang satu ilmu, dan satu jurus. Harus cari jurus lain. Ha-Ha-Ha
Anda juga memilih Reny untuk menambal suara di Lembah Palu…
Saya sangat menghargai budaya di Sulteng, terutama Suku Kaili yang mendiami Lembah Palu. Selama ini pasangan gubernur dan wagub selalu berasal dari Lembah Palu dan Sulteng bagian timur. Saya dari Sulteng bagian timur. Sedangkan ibu Reny dari Lembah Palu.
Nama besar (keluarga) Lamadjido bisa jadi pertimbangan. Selain itu, dari pengalaman saya berkontestasi, suara kalangan perempuan sangat signifikan bagi kemenangan. Efek gender ini juga diharapkan menjadi kekuatan kami.
View this post on Instagram
Ada yang bilang Anda "sengaja dikerjain" pada Pilkada Sulteng 2020, sehingga tak mampu meraih syarat dukungan parpol. Padahal waktu itu hanya butuh dua kursi lagi untuk bertarung…
Kalau dikerjain sepertinya tidak. Itu kesahalan strategi. Kami sudah mengevaluasinya. Waktu itu kami cenderung fokus kampanye di akar rumput. Padahal harusnya saya mengamankan dukungan kursi DPRD Sulteng dan rekomendasi partai politik (parpol).
Andaikan saat itu saya berpasangan dengan kader PKB, lima kursi Partai Demokrat dan empat kursi PKB, sudah pasti bisa bertanding. Ha-Ha-Ha.
Kegagalan dalam Pilkada Sulteng 2020 sangat membekas dalam karier politik Anda?
Yang terjadi di Pilkada Sulteng 2020, pernah saya alami di Pilkada Morowali 2007 (kesulitan dapat dukungan partai politik). Bedanya, waktu Pilkada Morowali 2007 ada saja jalan keluarnya. Ini takdir politik. Belum saatnya ditakdirkan memimpin Sulteng.
Saat itu, kami menunggu dukungan hingga detik-detik terakhir. Saya sempat bilang ke Pasha, “Kalau sampai jam 11 malam tidak ada SK rekomendasi, maka kita putuskan untuk tidak ikut.” Akhirnya Anwar-Pasha bersama Partai Demokrat dan PAN kemudian mengalihkan dukungan ke Rusdy Mastura-Ma’mun Amir.
Dukungan Anda ke Rusdy-Ma’mun itu siasat jangka panjang untuk Pilkada Sulteng 2024?
Kira-kira begitulah siasatnya. Ha-Ha-Ha. Coba lihat perbedaan suara antara Kak Cudy dan Hidayat hanya terpaut 9-10 persen. Itu juga efek dari dukungan grassroot yang saya dan Pasha punya.
Saat makan siang, kami dengar Anda menyebut primordialisme dalam pilkada. Apakah Anda mencium bau primordialisme di Pilkada Sulteng 2024? Dan apakah itu merugikan Anda?
Saya mendengar isu dan kabar ini. Selama sosialisasi keliling Sulteng, ada tiga hal yang saya sampaikan harus diwaspadai oleh masyarakat yaitu politik identitas (primordialisme bisa menyerempat hal ini), politik uang, dan politik fitnah atau hoax. Selama mengikuti kontestasi, saya selalu menghindari ketiganya.
Di Sulteng ini banyak figur muda selepas periode Gubernur Cudy. Ada saya, Hidayat, Iwan Lapatta, dan Hadianto serta beberapa anggota legislatif. Rival dalam kontestasi bukanlah musuh. Mari singkirkan primordialisme yang membahayakan demokrasi. Siapa pun yang menang, tidak masalah, asalkan niatnya mau berkontribusi untuk masyarakat dan pembangunan di Sulteng.
Isu pemekaran provinsi selalu muncul di tahun politik demi menggaet suara, apakah Anda akan menggunakan isu itu sebagai salah satu narasi kampanye?
Saya kira perdebatan soal pemekaran Sulteng-Sultim sudah selesai. Kunci pemekaran provinsi, terletak pada kemampuan fiskal daerah dan pemekaran wilayah tingkat dua.
Saya sering mendapati isu bahwa jika saya terpilih menjadi gubernur, maka dipastikan Sulteng bisa mekar. Tetapi, justru sebaliknya. Ketika terpilih, saya justru akan mempertahankan Sulteng bagian timur, karena ini basis konstituen saya.
Kalau saya tidak jadi gubernur, justru mekar itu. Ha-ha-ha
Ide memulai dari pemekaran wilayah tingkat II itu terdengar seperti gagasan Gubernur Cudy…
Saya tidak mau kasih gula-gula ke soal pemekaran Sultim. Ide ini memang sejalan denggan Gubernur Cudy. Sebelum memekarkan provinsi; mekarkan dulu daerah tingkat dua.
Misalnya seperti Kabupaten Banggai dimekarkan menjadi Kabupaten Tompotika Raya dan Kotamadya Luwuk, melengkapi dua kabupaten lainnya yaitu Banggai Kepulauan dan Banggai Laut. Kabupaten Poso punya potensi dimekarkan juga. Sama seperti Kabupaten Parigi Moutong yang sejatinya layak dimekarkan lagi.
Balik ke pertemuan dengan Ahmad Ali. Anda memilih Reny karena berharap efek gender dan sokongan dari Lembah Palu. Apakah Anda mempertimbangkan Nilam Sari Lawira (Ketua DPRD Sulteng)? Apakah ada komunikasi dengan Ahmad Ali (suami Nilam)?
Pertemuan kami tidak atau belum mengarah ke sana. Beliau (Ahmad Ali) mau mengusahakan Ibu Nilam menjadi anggota DPR-RI. Biar bisa sama-sama di Jakarta. Saya bilang, “Asal yang betul.” Ha-Ha-Ha.
Sebagai saudara, saya selalu menghargai Haji Mat. Beliau kakak saya. Tapi, sebagai politisi, saya tidak gampang percaya pada beliau. Ha-Ha-Ha.
Anwar Hafid partai demokrat pilkada sulteng 2024 pilkada sulteng ahmad ali rusdy mastura calon gubernur sulteng wawancara pilgub sulteng