Sebanyak 17 partai peserta Pemilu 2024, minus Partai Garda Perubahan Indonesia (Garuda), telah mendaftarkan bakal calon legislatif (bacaleg) ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Tengah sepanjang 1-14 Mei 2023.
Lewat proses tersebut, ada 126 bacaleg yang sudah menyatakan niat administratif untuk memperebutkan tujuh kursi DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Sulteng. Selain itu, tercatat pula 22 bakal calon anggota DPD yang tengah mengikuti tahapan Pemilu 2024, dan mengincar empat kursi senator asal Sulteng.
Turun ke level provinsi, ada 935 orang bacaleg dari berbagai parpol di tujuh dapil yang bakal memperebutkan 55 kursi di DPRD Sulteng. Pada level kabupaten dan kota, tersedia 380 kursi di 13 daerah tingkat dua yang akan diperebutkan oleh lebih dari 6.000 bacaleg yang terdaftar.
Bila merujuk angka-angka di atas, maka Pemilu 2024 di Sulteng--di berbagai level--bakal diikuti lebih dari 7.000 kandidat wakil rakyat. Sebagai catatan, angka tersebut bisa berubah, mengingat penetapan daftar calon tetap (DCT) baru akan diumumkan pada 3 November 2023.
Salah satu hal menarik dari daftar bacaleg di Sulteng ialah berembusnya aroma dinasti politik. Adapun dinasti politik merujuk pada pewarisan kekuasaan hingga dominasi politik yang berasal dari lingkaran keluarga.
Tutura.Id mencatat sejumlah bacaleg yang memiliki hubungan kekerabatan atau pertalian darah dengan wakil rakyat, pembesar, atau pejabat eksekutif pada berbagai di level Sulteng--termasuk mereka yang telah purna tugas.
Partai NasDem, pemenang Pemilu 2019 di Sulteng, misalnya, menyembulkan aroma dinasti politik dalam daftar bacalegnya.
Nilam Sari Lawira, Ketua Partai NasDem Sulteng sekaligus Ketua DPRD Sulteng, bakal maju sebagai calon anggota DPR-RI dari dapil Sulteng. Nilam merupakan istri dari Ahmad Ali, Wakil Ketua Umum Partai NasDem dan anggota DPR-RI dari dapil Sulteng. Adapun Ali dikabarkan tetap incar kursi di Senayan, tetapi bakal berkompetisi di daerah pemilihan Jakarta Timur.
Jelang Pemilu 2024 di Sulteng, klan Ali juga pasang kandidat di berbagai tingkatan. Moh. Anugerah Pratama, anak sulung Ahmad Ali dan Nilam, terdaftar sebagai bakal kandidat legislator DPRD Kota Palu dari dapil Palu Timur dan Mantikulore. Sedangkan keponakan Nilam, Mohammad Farid Lawira mengincar kursi di level yang sama, dan akan bertarung di dapil Palu Selatan dan Tatanga.
Arnila M. Ali alias Haji Cica, adik kandung Ahmad Ali, juga tercatat sebagai bacaleg untuk DPRD Sulteng dari daerah pemilihan Morowali dan Morowali Utara.
Aroma dinasti politik juga datang dari klan Djanggola. Mantan Gubernur Sulteng (2010-2020), Longki Djanggola, telah mendaftarkan diri sebagai bacaleg DPR-RI dari Sulteng untuk Partai Gerindra--partai yang dipimpinnya di Sulteng.
Partai Garuda Emas itu juga menerbitkan nama Zalzulmida Djanggola, istri Longki, untuk bertarung di daerah pemilihan Parigi Moutong. Hingga saat ini, Zalzulmida juga masih bertugas sebagai wakil ketua II DPRD Sulteng.
Adik Longki yang juga mantan (PJ) Sekdaprov Sulteng, Derry Djanggola mengincar kursi DPRD Sulteng lewat dapil Palu. Sedangkan anak Longki, Rico Djanggola bakal bertarung untuk kursi DPRD Kota Palu dari dapil Palu Timur dan Mantikulore.
Gurita dinasti lokal
Para pembesar pada level kabupaten di Sulteng juga terpantau mendorong kaderisasi dari kalangan keluarga sendiri.
Seperti yang terjadi di Donggala. Kasman Lassa, Bupati Donggala, memasukkan tiga anggota keluarganya untuk ikut bursa legislatif melalui PAN. Ketiganya ialah Ricky Syeh Alif Syahputra (anak); Udin Lassa (adik kandung) dan Muhlis (adik ipar). Mereka tersebar di dapil berbeda untuk mengincar kursi di DPRD Donggala.
Putri Kasman dan mantan anggota DPRD Donggala, Widya Kastrena Lassa juga tengah gencar dipromosikan sebagai penerus kepemimpinan Sang Ayah lewat Pilkada Donggala 2024.
Dua anggota keluarga langsung dari Bupati Poso, Verna Inkiriwang, juga berencana ikut Pemilu 2024.
Sang Ibu, Ellen Esther Pelealu mencoba naik kelas menuju DPR-RI dari dapil Sulteng via Partai Demokrat. Ellen, selama empat tahun terakhir, sudah bertugas di DPRD Sulteng. Sedangkan suami Verna, Royke Kaloh dikabarkan maju sebagai bacaleg DPRD Sulteng dari dapil Poso dan Tojo Una-una.
Bila bergeser ke Buol, maka tersebutlah klan Batalipu. Srikandi Batalipu, Ketua DPRD Buol, kembali maju menjadi bacaleg dari Partai Golkar untuk periode ketiga. Srikandi merupakan putri Abdullah Batalipu, Wakil Bupati Buol (2017-2022). Ia juga disebu-sebut bakal jadi kandidat bupati Buol pada Pilkada 2024.
Dari Tojo Una-Una, Imam Kurniawan Lahay masih mengincar kursi DPRD Sulteng. Namun, anak dari Bupati Tojo Una-Una (2016-2024), Mohammad Lahay ini sudah berpindah perahu politik ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada periode 2019-2024, Imam merupakan anggota DPRD Sulteng dari Partai NasDem.
Aroma dinasti politik juga berembus di Sigi. Hazizah, anggota DPRD Sigi dan istri Bupati Mohamad Irwan, juga dikabarkan akan ikut dalam kontestasi Pileg 2024. Ia kini berstatus bacaleg DPRD Sigi dari Partai Golkar. Pun demikian dengan Selvie Pongi, adik kandung Wakil Bupati Sigi, Samuel Pongi. Selvie diproyeksikan maju lewat PDI Perjuangan.
Adik kandung Amirudin Tamoreka, Bupati Banggai (2021-2024), Beniyanto Tamoreka juga tercatat sebagai bacaleg Partai Golkar dari dapil Sulteng untuk DPR-RI.
Aroma dinasti dalam perebutan kursi senator
Perebutan kursi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga tak terhindarkan dari dinasti politik. Andika Mayrizal Amir, putra Wakil Gubernur Sulteng, Ma’mun Amir, telah tercatat sebagai bakal calon senator DPD-RI dari Sulteng.
Perjalanan Andika dipastikan bakal mendapat tantangan yang tak ringan. Salah satunya dari Akbar Supratman, yang merupakan anak sulung Supratman Andi Agtas, anggota DPR RI periode 2014-2024 dari Partai Gerindra.
Andika dan Akbar pun berpotensi bersaing, bila mengingat status mereka sebagai Generasi Milenial dan Gen Z. Mereka bisa saling berebut suara pemilih muda.
Ada pula Febriyanti Hongkiriwang, istri Bupati Morowali Utara, Delis Julkarson Hehi. Febriyanti terlihat ingin mengekor jejak Sang Suami yang pernah menjabat sebagai senator DPD-RI dari dapil Sulteng pada periode 2014-2019.
Refleksi kegagalan kaderisasi
Akademisi Untad, Slamet Riadi Cante turut menyoroti fenomena dinasti politik yang mengakar dalam setiap gelaran pesta demokrasi di Sulteng.
Dinasti politik, sebut Slamet, dipengaruhi oleh sistem demokrasi langsung. “Dinasti politik memang agak sulit dihindari dalam sistem demokrasi langsung, karna para calon memiliki hak untuk mencalonkan diri pada setiap proses pileg dan pilkada,” kata Slamet, lewat aplikasi pesan kepada Tutura.Id, Rabu (17/5/2023).
Dalam kacamata Slamet, kecenderungan dinasti politik bisa jadi masalah bila "Yang bersangkutan (anggota klan yang ikut pemilu), tidak memiliki kapasitas apalagi rekam jejak yang baik."
Mantan dekan FISIP Untad itu menyebut bahwa dinasti politik langgeng lantaran elite parpol tak berhasil dalam manajemen kaderisasi. Selain itu, karakter masyarakat (pemilik suara) juga turut memuluskan dinasti politk.
“Kecenderungan semakin mengakarnya dinasti politik merupakan refleksi kegagalan para elite parpol dalam melakukan proses kaderisasi. Selain itu, realita di masyarakat kita, kultur politiknya masih melihat figur, garis keturunan, dan marga,” ujarnya.
Slamet pun menekankan agar masyarakat lebih mengedepankan kapasitas, integritas, dan jejak rekam figur caleg dalam menentukan pilihan politiknya.
“Parpol sebagai kendaraan politik dalam mengusung figur sebaiknya lebih selektif dan memiliki komitmen politik yang kuat. Hal ini penting, agar tidak terkesan bahwa selama ini parpol cenderung pragmatis dan transaksional,” katanya.
dinasti politik keluarga hubungan kerabat Sulteng longki djanggola ahmad ali nilam sari lawira