Black Adam: Aksi penuh spektakel berbalut sarkasme
Penulis: Andi Baso Djaya | Publikasi: 23 Oktober 2022 - 13:12
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Black Adam: Aksi penuh spektakel berbalut sarkasme
Aksi Dwayne Johnson sebagai Black Adam jadi ikon baru dalam waralaba film DCEU (Foto: DC.com)

Kehadiran film solo Black Adam, manusia super yang mengklaim dirinya paling kuat di Bumi, akhirnya rilis. Tayang perdana secara luas di Indonesia sejak 19 Oktober 2022. Dwayne Johnson alias The Rock terpilih memerankan tokoh tersebut.

Tampaknya memang tak ada aktor lain yang lebih pas memerankan Black Adam selain Johnson. Serupa Ryan Reynolds untuk Deadpool di studio sebelah. Kompas moral yang digunakan dua karakter ini juga mirip; bertindak sesuka hati mengikuti kebenaran yang mereka yakini, tak perduli apa pun akibatnya. Sikap tersebut yang membuat mereka kemudian lebih sering masuk dalam kategori antihero.

Pun demikian, bukan berarti Black Adam—juga Deadpool—tidak bisa diajak bekerja sama dalam sebuah misi. Syarat dan ketentuannya; sepanjang untuk menumpas musuh bersama.

Faktor itu juga yang diperlihatkan dalam film perdana sekaligus perkenalan Black Adam dalam DC Extended Universe (DCEU) ini. Meskipun awalnya menolak bekerja sama, tidak suka diatur-atur, dan pede bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, pahlawan bangsa Kahndaq ini luluh.

Alkisah 2600 tahun Sebelum Masehi di sebuah negara fiktif bernama Kahndaq yang terletak di Timur Tengah, memerintah seorang raja keji bernama Anh-Kot yang tergila-gila dengan teluh. Obsesinya menjadi orang tak terkalahkan. Hasrat gila itu hanya bisa terwujud dengan mengenakan Mahkota Sabacc yang terbuat dari batu sihir eternium.

Sosok Teth-Adam kemudian hadir mengobarkan semangat revolusi untuk bangkit melawan kedurjanaan. Berbekal kemampuan yang diberikan oleh Dewan Penyihir yang beranggotakan Shu, Horus, Amon, Zehuti, Aton, dan Mehen, Anh-Kot beserta bala tentaranya berhasil dibinasakan. Oleh generasi penerus Bangsa Kahndaq, Teth-Adam dinobatkan sebagai pahlawan.

Rakyat Kahndaq era kiwari memimpikan kehadiran sosok pahlawan sekali lagi yang bisa membebaskan mereka dari penindasan kelompok Intergang.

Harapan terwujudkan setelah arkeolog Adrianna Tomaz (diperankan Sarah Shahi), dalam situasi kepepet, dengan mulus merapalkan mantra yang akhirnya membangkitkan kembali Teth-Adam dari hibernasi panjang.

Pamer adegan penuh spektakel dengan balutan kecanggihan CGI khas film superhero bermula dari sini. Ada banyak aksi nan memanjakan dalam film berdurasi 124 menit ini. Salah satu sekuens pertarungan paling epik tersaji kala Black Adam harus berjibaku menghadapi Justice Society of America (JSA).

Keputusan menghadirkan JSA alih-alih Justice League of America (JLA) tentu menyisakan tanya. Pasalnya Batman, Wonder Woman, Aquaman, Flash, Cyborg, dan Superman sudah diperkenalkan lewat film terdahulu DCEU.

Alhasil penonton, terutama yang bukan pengikut versi komik, harus dijejalkan lagi dengan tokoh-tokoh pahlawan baru. Perekrutan anggota-anggota JSA melalui titah Amanda Waller (Viola Davis), sosok yang juga membentuk kumpulan antihero Task Force X dalam dua film Suicide Squad. Perekrutan kemudian berhasil mengumpulkan Hawkman (Aldis Hodge), Cyclone (Quintessa Swindell), Atom Smasher (Noah Centineo), dan Doctor Fate (Pierce Brosnan).

Langkah Warner Bros. Pictures ini bisa jadi merupakan upaya untuk merevolusi semesta film pahlawan super yang basisnya dari tokoh-tokoh komik DC.

Pasalnya, berbeda dengan Marvel Studios sebagai kompetitor yang melaju mulus dengan waralaba MCU-nya, Warner justru merilis film-film superheroes DC sebagai proyek lepasan yang tercerabut dari linimasa penceritaan DCEU. Ambil misal Joker (2019) dan The Batman (2022). Belum lagi Suicide Squad yang diproduksi dua kali—rilis 2016 dan 2021—oleh sutradara berbeda.

Jika benar kehadiran Black Adam dimaksudkan untuk merestorasi segala kekacauan tersebut, maka para penggemar bisa memupuk asa tentang betapa epiknya saga DCEU masa mendatang.

Hal yang patut disayangkan adalah sesi perkenalan para tokoh-tokoh pahlawan super yang tergabung dalam JSA berlangsung cepat. Sekadar lalu. Penonton tidak bisa menjalin kedekatan dengan karakter tokoh-tokohnya lantaran kurangnya eksplorasi emosional. Terlalu hitam putih.

Lemahnya penggalian karakter-karakter JSA membuatnya seolah tempelan semata dalam Black Adam. Mereka dihadirkan sebab Warner ingin bikin pengumuman bahwa masa depan semesta DCEU siap memulai babak baru nan penuh kejutan.

Kejutan itu muncul lewat easter eggs. Dalam sebuah adegan yang berlangsung di kamar Amon Tomaz, putera semata wayang Adrianna, tampak poster-poster dan action figure anggota JLA memenuhi dinding. Black Adam bahkan secara tak sengaja menghantam dinding yang ditempeli poster Superman sehingga membuat wajah pahlawan asal Planet Krypton itu koyak.

Apakah dengan demikian, JLA dan JSA akhirnya akan dipersatukan dalam DCEU? Waktu yang akan menjawabnya.

Di luar soal tipisnya penggalian karakter para anggota JSA yang jelas berposisi sebagai superhero dalam film ini, trio penulis Adam Sztykiel, Rory Haines, dan Sohrab Noshirvani, bersama sutradara Jaume Collet-Serra sebenarnya menawarkan tema cerita sangat menarik.

Kemunculan JSA yang sekonyong-konyong ke Kahndaq dengan niat membebaskan rakyat dari belenggu penindasan Intergang seolah sarkasme untuk Amerika Serikat. Negara adidaya yang selalu ingin mencampuri urusan internal sebuah negara dengan dalih sebagai penyelamat.

Adu tukar sarkasme juga menyelinap dalam percakapan Black Adam dan Dr. Fate yang berbalut komedi tipis-tipis. Elemen komedi dalam film memang serupa helai rambut. Hadirnya sesekali mengikuti gerakan cerita. Beda, misalnya, dengan Shazam yang lebih kental unsur komikalnya. Sungguhpun dua tokoh ini sebenarnya satu "perguruan".

Puncak lontaran sarkasme itu meluncur tegas dari mulut Adrianna. Dalam sebuah adegan perdebatan dengan Hawkman selaku pemimpin JSA, Adrianna lantang menyatakan, “Bertahun-tahun kami ditindas oleh Intergang. Ke mana saja kalian? Silakan pergi dari sini! Urusi saja yang lain. Biarkan kami menyelesaikan masalah kami sendiri.”

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - The Flash jadi cawan untuk memuaskan penggemar komik DC
The Flash jadi cawan untuk memuaskan penggemar komik DC
Butuh lebih dari 30 tahun bagi penggemar untuk akhirnya bisa menyaksikan film solo The Flash.…
TUTURA.ID - Black Panther: Wakanda Forever yang sangat sentimentil
Black Panther: Wakanda Forever yang sangat sentimentil
Sekuel film Black Panther tanpa Chadwick Boseman yang meninggal dua tahun silam. Seru sekaligus sentimentil.
TUTURA.ID - Sri Asih ketambahan musuh baru dalam wujud Dewi Api
Sri Asih ketambahan musuh baru dalam wujud Dewi Api
Pertarungan Sri Asih melawan kebatilan dipastikan makin seru dengan kehadiran Dewi Api sebagai antagonis.
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng