Disrupsi kecerdasan buatan bikin dilematis
Penulis: Juenita Vanka | Publikasi: 9 Mei 2023 - 23:28
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Disrupsi kecerdasan buatan bikin dilematis
Teknologi kecerdasan buatan yang semula hanya terwujud dalam film, kini hadir di depan mata (Ilustrasi: Shutterstock)

Kecerdasan buatan alias artificial intelligence (ai) mungkin bukan istilah asing lagi untuk sebagian besar orang.

Dalam kultur populer, semisal film bertema futuristik dan fiksi sains, aneka produk ai bahkan tampil mendahului zaman.

Contohnya tersaji dalam film I, Robot (2004) yang dibintangi Will Smith. Judul lainnya Her (2013) dengan Joaquin Phoenix sebagai pemeran utama.

Pengguna ponsel cerdas juga telah menikmati aneka kemudahan berkat hadirnya asisten virtual Google atau Siri yang tertanam dalam iPhone.

Sederhananya, ai adalah rancangan simulasi kecerdasan manusia yang dimodelkan dalam mesin dan diprogram agar bisa menirukan beberapa fungsi otak manusia, mulai dari pengetahuan, pemikiran, penalaran, pengertian bahasa, pemecahan masalah, bahkan hingga pengambilan keputusan.

Pada awalnya semua itu terdengar mengagumkan tentu saja. Toh jika pun terwujud, fungsinya sebatas membantu pekerjaan manusia.

Ternyata pesatnya kemajuan sains membuat bukan hanya teknologi ai terwujud demikian cepat, tapi seolah membalik dugaan semula. Ada beberapa pekerjaan yang semula dikerjakan oleh manusia tergantikan oleh kecerdasan buatan ini.

Sampai di situ, tetap banyak yang belum mengacuhkan karena menganggap bidang pekerjaan yang diambil alih kecerdasan buatan sifatnya massal belaka, semisal pekerjaan di dalam pabrik pengemasan.

Ramai orang baru mulai terhenyak ketika cepat dan pasti teknologi ini dianggap mengancam bidang pekerjaan yang sifatnya privat, semisal bidang desain grafis, fotografi, produksi musik, dan penyuntingan audio video.

Belum lama ini, seorang TikTokers asal indonesia dengan nama akun @ianyxi memamerkan hasil penggunaan ai untuk mengubah suara beberapa penyanyi pop luar negeri, seperti Ariana Grande, Mariah Carey, hingga BTS untuk membawakan lagu-lagu yang sedang populer saat ini.

Bahkan dengan bantuan teknologi yang sama ia bisa mengubah suara-suara artis pop tadi untuk membawakan lagu populer Indonesia.

Ada lagi penyanyi Jelita Clough yang merilis videoklip lagunya berjudul "Gentel Blues" menggunakan ai. Menjadikannya sebagai videoklip musik pertama Indonesia yang menggunakan kecerdasan buatan.

Perusahaan rakasasa IBM pekan lalu juga mengumumkan telah memecat sekira 7.800 karyawan, terutama yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, dan segera menggantinya dengan teknologi ai.

Kecanggihan ai memungkinkan produksi berupa komposisi lagu, foto, desain ilustrasi, hingga videoklip musik bisa tercipta dengan segera. Hanya perlu kecakapan orang yang memberikan perintah dengan spesifik, eureka semua perintah itu bisa terwujudkan tanpa harus merogoh kocek.

Era kecerdasan buatan ini tak ayal mendatangkan dilema; membantu atau menyandung? Tutura.Id, Senin (8/5/2023), coba meminta tanggapan dua pekerja kreatif di Palu terkait disrupsi teknologi ini dalam bidang pekerjaan mereka.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by creAIverse (@creaiverse)

Halid Ilham, sound designer dan audio engineer

Sosok yang lebih akrab dengan sapaan Haris ini menganggap kehadiran ai cukup membantu dari beberapa segi, misalnya dalam hal efisiensi waktu.

“Tetap kita (manusia, red.) yang peran utama sebagai pembuat gagasan kreatif, entah itu audio, visual, atau apa pun,” tuturnya.

Haris yang biasa fokus bekerja di Halaman Belakang Films dan B 90 Studio juga tak risau apalagi merasa lahan pekerjaannya terancam dengan kehadiran ai.

“Selama dia masih butuh sumber listrik, mati lampu selesai itu. Ha-ha-ha. Yang jelas teknologi ini pasti akan berkembang terus. Mungkin sekarang belum sempurna 100%, tapi potensi itu ada. Bisa jadi nanti sudah otomatis. Belum kita suruh, dia sudah inisiatif duluan. Ha-ha-ha,” pungkasnya.

Ira Taliki, desainer grafis

Sebagai seorang desainer grafis, Ira menilai kehadiran ai ibarat dua sisi mata uang. Bisa membantu pekerjaan, tapi juga merugikan. Pasalnya nanti bisa jadi kebanyakan orang lebih suka memanfaatkan teknologi ini karena alasan waktu dan harga yang lebih murah.

“Contoh yang sudah ada jauh sebelum ai populer adalah Canva. Orang-orang menggunakannya karena lebih efisien daripada menyewa desainer grafis. Tetapi, di sisi lain Canva dapat membantu saya mengerjakan pekerjaan yang menuntut efisiensi waktu dan harga yang lebih murah,” ungkap Ira.

Walaupun awalnya sempat khawatir, setahun belakangan Ira mulai bisa berdamai dengan kehadiran teknologi ini. “They’re no longer enemies, but as partners to help me to get money,” sambungnya.

Bagaimanapun kehadiran teknologi sejenis dianggapnya alat penunjang. Tetap harus ada manusia di belakangnya dengan pengetahuan dan skill yang memadai.

Seorang desainer grafis profesional, lanjut Ira, bekerja menggunakan banyak pertimbangan, mulai dari penggunaan warna, huruf, komposisi foto atau gambar, hirarki desain, dan berbagai elemen grafis lainnya.

Hal-hal selain teknis, seperti demografi dan sosiografi, juga mereka perhatikan demi menghasilkan desain yang tepat sasaran. Sementara desain buatan ai yang bekerja berdasarkan perintah sang pengguna, terutama jika penggunanya awam, tentu hanya menghasilkan desain biasa atau terlalu umum.

Terpenting bagi Ira, juga pesannya kepada sesama desainer grafis, dalam menghadapi gempuran ai saat ini adalah terus meningkatkan kemampuan.

“Pelajari teknik dasar desain grafis mulai dari basic sampai advance. Pelajari juga mengenai problem solving, pricing techniques, client communication, dan lain-lain. Selanjutnya kita berteman dengan ai tersebut,” ujar Ira mantap.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - SKP-HAM Sulteng mengkritisi progres penyediaan huntap Pasigala
SKP-HAM Sulteng mengkritisi progres penyediaan huntap Pasigala
Proyek pembangunan huntap untuk warga terdampak bencana di Pasigala akan berakhir Juni 2024. Beberapa hal…
TUTURA.ID - Qonita Kurnia Anjani mengajak kaum perempuan memaksimalkan potensi diri
Qonita Kurnia Anjani mengajak kaum perempuan memaksimalkan potensi diri
Tidak ada penelitian yang menulis bahwa kemampuan intelektual perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
TUTURA.ID - Menikmati tiga dekade salah satu lagu balada patah hati paling masyhur
Menikmati tiga dekade salah satu lagu balada patah hati paling masyhur
Lewat "November Rain" yang perih mengiris, kelompok Guns N' Roses membuktikan bahwa rocker juga manusia.
TUTURA.ID - Fahreza Nurhidayat kian mantap menekuni bidang kebumian
Fahreza Nurhidayat kian mantap menekuni bidang kebumian
Fahreza Nurhidayat berharap dengan pengetahuan dan keterampilannya kelak bisa turut memajukan Kota Palu.
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng