Festival Lestari 5 di Sigi: Potensi cuan lestari lewat investasi berbasis alam
Penulis: Inforial | Publikasi: 22 Juni 2023 - 10:49
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Festival Lestari 5 di Sigi: Potensi cuan lestari lewat investasi berbasis alam
Wakil Gubernur Sulteng, Ma'mun Amir, dan Bupati Sigi, Mohamad Irwan dalam acara konferensi pers jelang Festival Lestari 5 di Villa Bukit Indah Doda, Kinovaro, Sigi, Rabu (21/6/23). | Foto: Istimewa

Investasi berbasis alam barangkali masih asing di benak banyak orang. Lebih-lebih di Sulawesi Tengah, satu daerah yang banyak bersandar pada investasi berbasis industri ekstraktif--seperti pertambangan dan pemurnian.

Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi, 23-25 Juni 2023, hadir untuk memperkuat narasi, serta mewujudkan praktik investasi berbasis alam.

Hal itu disampaikan oleh Bupati Sigi Mohamad Irwan, saat berbicara dalam acara temu media jelang Festival Lestari 5 di Vila Bukit Indah Doda, Kinovaro, Sigi, Rabu (21/6/23). Investasi berbasis alam, kata Bupati Irwan, merupakan bagian dari konsep pembangunan lestari yang berlandaskan pada perlindungan lingkungan dan pemajuan ekonomi rakyat.

Kabupaten Sigi terdiri atas 74 persen konservasi lindung, 26 persen lokasi budidaya. Besarnya area konservasi ini tentu menjadi kebanggan tersendiri bagi kami. Potensi alam inilah yang akhirnya mendorong kami untuk mengedepankan penguatan daerah berbasis alam,” kata Bupati Irwan.

Sigi memang punya area konservasi nan luas. Hampir 81 persen desa di Sigi berada di dalam kawasan hutan. Potensi inilah yang coba dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi.

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 tentang Sigi Hijau menjadi salah satu contoh implementasinya. Perda Sigi Hijau, misalnya, mengatur penanaman pohon pelindung, produktif, dan khas lokal. 

Kini, Pemkab Sigi mendorong penanaman hingga 10.000 pohon per tahun di setiap desa. Pohon yang ditanam pun bermacam-macam. Mulai dari jenis pohon seperti gaharu hingga tanaman produktif seperti kopi dan vanili. Kini tanaman-tanaman itu mulai tumbuh menjadi komoditas andalan Sigi.

Kabupaten Sigi juga melirik pemanfaatan keindahan alamnya sebagai potensi wisata. “Kawasan Taman Nasional Lore Lindu ini salah satunya. Kemudian ada kawasan pariwisata seperti lokasi paralayang Matantimali di Desa Wayu,” ujar Bupati Irwan. 

Ada pula usaha untuk menjaga kawasan hutan seperti yang dilakukan di Hutan Purba Ranjuri, Desa Beka, Marawola. Tempat ini menjadi satu lokasi program adopsi pohon yang terselenggara berkat kolaborasi bersama Jejak.in dan Gojek.

Apa-apa yang dijelaskan oleh Bupati Irwan, secara umum bisa disebut sebagai jasa ekosistem. Istilah itu merujuk pada barang atau jasa yang disediakan oleh ekosistem untuk manusia. Jasa ekosistem ini setidaknya terbagi menjadi tiga: jasa penyediaan/produksi; jasa regulasi/peraturan; dan jasa budaya.

Praktik-praktik terbaik atas investasi berbasis alam inilah yang hendak dikampanyekan lebih luas dalam Festival Lestari 5 di Kabupaten Sigi.

Festival ini juga akan menghadirkan “Forum Bisnis dan Investasi Berbasis Alam” pertama di Indonesia. Ringkasnya, forum ini berupaya merealisasikan potensi cuan lestari lewat investasi berbasis alam yang ramah lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Ma’mun Amir juga turut hadir dalam temu media jelang Festival Lestari 5. Pemerintah Provinsi Sulteng ikut menyambut baik Festival Lestari 5, ditunjukan dengan kesediannya menjadi co-host.

Wagub Ma’mun pun menyebut bahwa pihaknya berkewajiban untuk melindungi kawasan lindung. Pemprov Sulteng menginginkan pengembangan ekonomi dengan pemanfaatan kawasan perkebunan rakyat,” ujar Wagub Ma’mun.

Sebagai catatan, investasi di Sulteng lebih banyak bersandar pada industri pemurnian dan pertambangan–terutama di daerah macam Morowali dan Morowali Utara. Hal itu terlihat dengan realisasi penanaman modal asing di Sulteng pada kuartal pertama 2023, yang mencapai Rp29,82 triliun--tertinggi di Indonesia.

Pemprov Sulteng, kata Ma’mun, berharap pula agar investasi bisa terealisasi di sektor lainnya. Termasuk investasi berbasis alam yang berbasis pada konsep besar pembangunan lestari.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Lingkar Temu Kabupaten Lestari (@kabupatenlestari)

Menggerakan ekonomi rakyat dan melindungi alam 

Dalam jumpa media jelang Festival Lestari 5, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu juga menyampaikan terima kasih atas komitmen Pemkab Sigi dalam menjaga kawasan cagar biosfer tersebut.

“Balai Besar TNLL telah membina sekitar 72 desa; 56 diantaranya di Sigi. Mereka berkomitmen melindungi hutan dari penebangan liar, misalnya. Ada juga Lembaga Pengelola Konservasi Desa (LPKD) yang memberdayakan komunitas; serta sejumlah titik yang sengaja dijaga kearifan lokal,” kata Arma Janti dari Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu. 

Praktik investasi berbasis alam ini pula yang didorong oleh Gampiri Interaksi, sebuah komunitas anak muda yang berfokus pada usaha pengembangan produk unggulan di Sigi. 

“Kami memilih untuk mengembangkan sejumlah produk antara lain: kopi, kakao, vanili, dan palmarosa alias serai,” kata Nedya Sinintha Maulaning, perwakilan Gampiri Interaksi, yang juga turut hadir dalam temu media jelang Festival Lestari 5.

Gampiri Interaksi, kata Nadya, berusaha untuk mendampingi para pelaku bisnis kecil dan menengah di Sigi. Mereka menjadi semacam inkubator bisnis yang mendorong pengembangan dan peningkatan daya saing. 

Harri Ramdhani, pemilik dan pendiri Pipikoro Coffee, menyebut bahwa peningkatan daya saing ini memang perlu dilakukan. Ia menyampaikan harapannya agar kopi Sigi bisa punya pamor selevel dengan kopi Toraja, Kintamani, atau Aceh yang sudah lebih dulu dikenal publik. 

“Sebelum 2017, kopi biji dari Sigi belumlah terkenal seperti sekarang. Apalagi mendapat ruang di pasaran. Tapi sekarang pelan-pelan kopi kami lebih bisa diterima. Itu Setelah mendampingi sejumlah pemasok lokal, kini Sigi bisa punya kopi arabika dan robusta sendiri,” kata Harri.

Ia juga mengapresiasi usaha Pemkab Sigi dalam memberikan kemudahan kepada pelaku bisnis. “Pemkab Sigi banyak membantu, misalnya dengan menyediakan layanan sertifikasi halal secara gratis,” ujar Harri.

*) Kabupaten Sigi tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), sebuah kelompok kerja yang beranggotakan sembilan daerah tingkat dua di Indonesia yang mengusung gagasan pembangunan lestari. Festival Lestari merupakan aganda rutin Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Kali ini, Kabupaten Sigi menjadi tuan rumah pada penyelenggaraan kelima (23-25 Juni 2023).

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Saat bisnis gelap narkoba menyeret PNS di Sulteng
Saat bisnis gelap narkoba menyeret PNS di Sulteng
Setahun terakhir telah terjadi pelbagai kasus jual beli narkoba yang melibatkan PNS di Sulteng.…
TUTURA.ID - Mengurangi sampah produksi fesyen melalui clothing swap
Mengurangi sampah produksi fesyen melalui clothing swap
Organisasi nonprofit Youth That Care berbasis di Palu menggagas usaha kecil untuk meredam geliat industri…
TUTURA.ID - Kadis Pariwisata Sulteng, Diah Entoh: 'Negeri Seribu Megalit' itu cara kami membangun citra
Kadis Pariwisata Sulteng, Diah Entoh: 'Negeri Seribu Megalit' itu cara kami membangun citra
Kadis Pariwisata Sulteng, Diah Entoh berbagi cerita tagline "Negeri Seribu Megalit." Ia pun sebut bahwa…
TUTURA.ID - Ribut-ribut proyek mangkrak Mall Tatura
Ribut-ribut proyek mangkrak Mall Tatura
Proyek Mall Tatura mangkrak. Wali Kota Hadi menolak kucurkan dana. Padahal pembangunan sudah sempat berjalan.…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng