Festival Tangga Banggo beri apresiasi kepada para seniman dan budayawan
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 9 September 2023 - 20:37
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Festival Tangga Banggo beri apresiasi kepada para seniman dan budayawan
Para seniman dan budayawan Palu yang menerima penghargaan dalam ajang "Malam Budaya Kaili" di Festival Tangga Banggo 2023 (Foto: Mughny Mayah/Tutura.Id)

Kehadiran para seniman dan budayawan legendaris Kota Palu mewarnai “Malam Budaya Kaili” dalam Festival Tangga Banggo (FTB) edisi keempat yang berlangsung di Kelurahan Siranindi, Palu Barat, Jum'at, (8/9/2023).

Festival yang akan diselenggarakan empat hari beruntun dari 7-10 September ini diinisiasi oleh Forum Masyarakat Siranindi. Keanekaragaman budaya dan tradisi yang lahir di wilayah yang toponiminya berasal tanaman cocor bebek tersebut jadi salah satu alasan diselenggarakannya FTB.

"Siranindi ini kelurahan kultural karena ada banyak suku yang tinggal di sini. Jadi,kita akomodir di Festival Tangga Banggo. Malam ini khusus Suku Kaili. Sebelumnya sudah tampil Barongsai mewakili etnis Cina, ada juga malam Bugis, besok malam nanti ada kesenian Jawa yang tampil," ungkap Muhammad Fahri selaku sekretaris panitia festival.

Laiknya penyelenggaraan pada tahun-tahun sebelumnya, panggung FTB juga dimeriahkan oleh penampilan grup musik yang saat ini sedang populer, seperti Tardigrada, DPR Band, Tuti, Iphi Thopeko, Ayu, Aci the Box, dan Jho.

Namun, tentu saja panitia selalu berusaha memberikan hal baru atau sajian yang berbeda dalam setiap penyelenggaraan.

Untuk tahun ini untuk pertama kalinya diadakan penganugerahan bagi para seniman dan budayawan dari Tana Kaili.

Mereka yang mendapatkan penghargaan dianggap punya dedikasi tinggi terhadap dunia kesenian dan budaya di Kota Palu.

Menurut Fahri, seniman dan budayawan di Kota Palu telah banyak melahirkan karya memukau, sayangnya deretan nama tersebut seolah terlupa dari ingatan, khususnya di kalangan anak muda.

"10 seniman terpilih ini punya karya-karya yang viral pada masanya. Kami menyebut mereka ini legend," tutur Fahri sumringah.

Berikut sosok-sosok penerima penghargaan tersebut.

Abah Tjatjo (duduk sebelah kiri) jadi satu dari 10 penerima seniman dan budayawan yang menerima penghargaan dari penyelenggara Festival Tangga Banggo 2023 (Foto: Mughny Mayah/Tutura.Id)

Tjatjo Tuan Sjaichu Al-Idrus

Orang yang menekuri karya-karyanya mengenal sosok ini dengan nama pena T. S. Atjat. Umurnya kini menginjak 74 tahun. Sapaan akrabnya Abah Tjatjo. Telah menghasilkan ratusan puisi dalam Bahasa Indonesia dan Kaili. Pun naskah drama, cerpen, dan novel.

Saat pembukaan “Malam Budaya Kaili” yang jadi momentum pemberian penghargaan, suara Abah Tjatjo masih sangat lantang membacakan karya puisinya yang berjudul "Gegere "(berperang).

Intje Mawar Lasasi

Jika sekarang Kota Palu terdapat berbagai jenis kreasi tari dari daerah Kaili, tumbuhnya tradisi tersebut tidak lepas dari peran Ince Mawar Lasasi Abdullah. 

Penari era 1960-an ini menciptakan gerakan tarian yang mengambil inspirasi dari kebudayaan Kaili. Misalnya saja tarian Nantanu (Tari Tenun) yang pernah ditampilkan di Kedutaan Belanda di Jakarta tahun 1973. 

Intje Mawar juga ikut menggali dan melestarikan 12 jenis busana tradisional Kaili dan Kabupaten Donggala.

Ida Sikopa

“Parantaika-Parantaika”. Demikian biasa kita mendengar kata pembuka pengumuman yang menggema di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu. Kata dalam Bahasa Kaili yang bersinonim dengan “Perhatian-Perhatian” itu diucapkan oleh Ida Sikopa.

Ida Sikopa telah menciptakan puisi dan puluhan larik lagu berbahasa Kaili yang populer di era 1990-an, di antaranya “Mokolontigi”, “Kaledo”, “Doana”, dan banyak lagi. 

Salim Bachmid 

Ia dulunya sempat menjadi manajer grup musik Sonata. Band ini jadi kebanggaan warga Boyaoge, Palu Barat, lantaran dianggap sebagai salah satu pelopor band di Kota Palu. Mendiang Salim Bachmid menjadi sosok musisi yang karya-karyanya hingga kini masih kerap dinyanyikan.

Istri mendiang Herr Rahman menerima plakat penghargaan yang diberikan oleh musisi dan pencipta lagu Ote Abadi (Foto: Mughny Mayah/Tutura.Id)

Herry Rahman 

Sosok mendiang Heri Rahman dikenal dengan penyanyi dengan bait-bait berbahasa Kaili yang jenaka sehingga kerap mengundang atensi pendengar dan penonton. Karya-karya lagunya populer saat era 2000-an yang masih dinyanyikan sejumlah seniman hingga saat ini, antara lain “Mango, “Nepalaisi”, dan “Guru Karate”.

Agus Suryaningprang

Seorang koreografer tari yang menjadi pimpinan Sanggar Seni Maradika. Sanggar itu berdiri sejak 1983 dan hingga saat ini masih tetap eksis. Melalui arahannnya, sanggar seni yang berada di Kelurahan Siranindi ini telah melahirkan banyak penari dan koreografer di Sulawesi Tengah.

Hasan M. Bahasyuan 

Seorang maestro yang banyak melahirkan musik dan tari tradisional Kaili. Sah belaka jika menyebutnya pencipta lagu, komposer, dan koreografer paling berpengaruh di Tanah Kaili.

Karya-karya besar yang diciptakan Hasan Bahasyuan yang melegenda hingga kini, antara lain Tari Pajoge Maradika, Tari Pomonte, lagu “Toraranga”, “Vose Sakaya”, hingga lagu “Parigi Ri Kareme Nuvula”.

Jojon (tengah) semringah menerima penghargaan atas dedikasinya di bidang musik (Foto: Mughny Mayah/Tutura.Id)

Azis alias Jojon

Salah satu murid Hasan Bahasyuan yang paling cempiang. Bass jadi instrumen andalannya. Dekade-dekade lampau kerap jadi langganan pemain bass terbaik dalam setiap festival band.

Hingga kini Jojon masih produktif menciptakan karya musik dan manggung. bersama grup musik Di bawah Pohon Rindang atau disingkat (DPR) Band. Sepperti mendiang gurunya, pintu rumah Jojon selalu terbuka lebar menyambut para musisi muda yang ingin datang sekadar bertukar pikiran hingga belajar musik.

Ashar Yotomaruangi

Pendiri Lembaga To Kaili Bangkit (LKTB) ini banyak bergerak dalam aktivitas berkesenian terutama dalam seni peran.

Ia menciptakan beberapa naskah teater yang dimainkan oleh Lingkaran Seni Sensasi binaannya. Ia turut menjadi aktor dalam film Kaili (Karena Aku Ingin Kembali) yang rilis 2017 silam. 

Selain itu, ia juga menciptakan puisi. Sebuah puisi ciptaannya yang bertajuk "Matepudu" kerap mengundang gelak tawa penonton karena memuat larik jenaka.

Aksan Intjemakkah

Seorang seniman yang juga produktif menciptakan lirik lagu-lagu berbahasa Kaili, seperti“Palu Maliuntinuvu”, “Kabilasa Randa”, “Nomarue”, “Ada Mpoboti”, dan beberapa lagu lainnya.

Lagu “Palu Maliuntinuvu” dulunya bahkan sering dijadikan lagu pembuka dalam siaran lokal TVRI Sulteng. Selain menjadi seniman, sosok ini juga pernah menggeluti dunia kewartawanan dengan menjadi sekretaris redaksi di Radio Republik Indonesia Palu.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Ikhtiar Simalia, penyair perempuan dari Desa Taripa dalam melestarikan dadendate dari kepunahan
Ikhtiar Simalia, penyair perempuan dari Desa Taripa dalam melestarikan dadendate dari kepunahan
Seiring perkembangan zaman, kesenian dadendate berangsur kehilangan peminat. Tapi Simalia punya tekad besar agar kesenian…
TUTURA.ID - Etgard Kalengke: Mempromosikan budaya Poso di Amerika Serikat
Etgard Kalengke: Mempromosikan budaya Poso di Amerika Serikat
Etgard Kalengke tak sabar menyanyikan lagu-lagu tradisional Poso yang telah diaransemen ulang dalam "East Coast…
TUTURA.ID - Pameran Spotless Future: Ketika kreativitas bertemu aktivisme
Pameran Spotless Future: Ketika kreativitas bertemu aktivisme
Eksploitasi galian tambang yang terjadi di Palu mengusik perhatian Azwar Ahmad dan Eka Wahyuni dalam…
TUTURA.ID - Mengulik audio rekaman dan pertunjukan dalam Ecosystem Music Fair 2022
Mengulik audio rekaman dan pertunjukan dalam Ecosystem Music Fair 2022
Rangkaian penyelenggaraan Ecosystem Music Fair 2022 persembahan PAPPRI Sulteng dimulai dengan menggelar diskusi tentang pengenalan…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng