Genre horor kembali jadi andalan untuk menarik langkah masyarakat berbondong mengisi kursi bioskop dalam momen libur Lebaran tahun ini. Menu utamanya; Badarawuhi di Desa Penari (produksi MD Pictures) dan Siksa Kubur (Come and See Pictures). Tayang serentak mulai 11 April 2024.
Seperti judulnya, Badarawuhi di Desa Penari masih satu semesta dengan film horor laris KKN di Desa Penari yang tayang mengisi prei Lebaran 2022. Kendali sutradara kini diserahkan kepada Kimo Stamboel, menggantikan Awi Suryadi.
Adapun Siksa Kubur garapan Joko Anwar, meskipun tidak berangkat dari waralaba laris, bukanlah tema asing. Bagi umat muslim, penggambaran tentang siksa kubur termaktub dalam Al-Qur'an dan hadis.
Perihal alasan memilih waktu tayang memanfaatkan prei Lebaran, Joko menyebut karena momen tersebut pas dengan tema yang diusung film ini. Menjadi pengingat untuk senantiasa berbuat kebajikan sekalipun para iblis penggoda sudah dilepaskan dari belenggunya selama bulan Ramadan.
Lebih dari itu, film ini diharapkan jadi pemantik diskusi di antara para penonton usai pulang dari bioskop. Slogan “Anda akan percaya” yang menempel dalam materi poster saja bisa menjadi salah satu topik obrolan yang menarik, bahkan dalam.
Manoj Punjabi, pemilik MD Pictures, menyebut pencapaian KKN di Desa Penari yang meraup lebih dari 10 juta penonton jadi alasan mengapa ekshibitor mengabulkan permintaannya menayangkan Badarawuhi di Desa Penari saat libur Lebaran tahun ini.
Selain itu, Manoj juga menggaransi adanya peningkatan dari berbagai aspek dibandingkan film sebelumnya, mulai dari visual, suara, hingga set. Sosok Badarawuhi yang tetap diperankan oleh Aulia Sarah juga ditampilkan lebih seram.
Menarik untuk menantikan film mana yang akan mendapatkan jatah “kue Lebaran” paling banyak tahun ini. Apakah akhirnya Badarawuhi di Desa Penari dan Siksa Kubur berbagi jumlah penonton sama rata akan ditentukan oleh preferensi masing-masing penonton.
Hal yang menggembirakan bagi industri perfilman tanah air, saat hari perdana tayang dua judul film ini sudah nangkring dalam lis topik tren Twitter di Indonesia.
Warganet berlomba menuliskan kesan mereka usai menonton. Banyak sanjung puji tersampaikan, tapi ada juga yang mengaku kurang puas karena tak memenuhi ekspektasi.
Masing-masing rumah produksi tak mau kalah gercep dengan netizen memenuhi ruang digital untuk melakukan aktivitas promosi. Salah satunya membagikan informasi berupa kursi-kursi bioskop terisi penuh oleh orang-orang yang datang menyaksikan film mereka.
Momen libur Lebaran di Indonesia jadi salah satu waktu utama alias prime time bagi produser film dan pengusaha bioskop. Ibarat musim panas di Amerika Serikat. Sama-sama jadi periode libur panjang. Bioskop sering jadi salah satu tempat untuk mengisi waktu liburan.
Wajar jika banyak produser yang mengajukan kepada ekshibitor alias pemilik jaringan bioskop agar film produksi mereka dapat jatah mengisi waktu prime time liburan Idulfitri.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebuah film untuk bisa mengisi slot tayang saat libur Lebaran. Hal pertama yang jadi penilaian ekshibitor adalah rekam jejak rumah produksi di tangga box office.
Penilaian berikutnya tentu saja melihat materi film bersangkutan, siapa saja pemain dan orang-orang di balik pembuatannya, semisal produser, sutradara, dan penulis skenario, juga tak kalah penting kesiapan rumah produksi untuk mempromosikan filmnya.
Tahun lalu, momen libur Idulfitri menampilkan empat film sekaligus; Buya Hamka Vol. 1 (produksi Falcon Pictures), Jin & Jun (MVP Pictures), Sewu Dino (MD Pictures), dan Khanzab (Dee Company). Banyak pilihan sekaligus ketat persaingannya.
Jumlah layar yang masih terbatas, belum lagi masih harus bersaing dengan film-film impor, keempat film Lebaran tadi suka tidak suka harus mengikuti “hukum rimba”.
Melansir antaranews.com (10/2/2024), jumlah layar bioskop di Indonesia berdasarkan data Badan Perfilman Indonesia sebanyak 2.145 di 517 bioskop.
Jumlah tersebut dianggap belum cukup dengan penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 280 juta jiwa, per 2023. Idealnya minimal ada 5000 layar bioskop yang tersebar merata dari Sabang hingga Merauke. Tak hanya menumpuk di Pulau Jawa, atau bahkan Jabodetabek semata.
Tentu akan lebih meyakinkan jika bisa mengulangi catatan selama dekade 80-an saat Indonesia memiliki sekitar 6.600 layar. Masa ketika jumlah penduduk belum sebanyak sekarang.
Hukum rimba yang sementara berlaku untuk menggambarkan ketatnya kompetisi berebut jatah layar di bioskop terjadi saban pekan. Performa tiga hari perdana penayangan sebuah film, khusus film-film Indonesia bermula dari Kamis, Jumat, dan Sabtu, jadi sangat menentukan kelanjutan nasib sebuah film bisa tetap ditayangkan ekshibitor.
Saat libur Lebaran tahun lalu, Sewu Dino yang bergenre horor mistik menjadi raja. Jumlah penontonnya mencapai 4,8 juta. Kemudian menyusul Buya Hamka (1,2 juta penonton) dan Khanzab (1,1 juta penonton). Sedangkan layar Jin & Jun yang diadaptasi dari sinetron populer era 90-an itu tergulung lebih awal karena hanya meraup 76.558 ribu penonton.
Prei Lebaran 2023 sebenarnya bukan yang terbanyak menyuguhkan film. Setahun sebelum pandemi melanda dunia, lima judul sekaligus berkompetisi menarik perhatian penonton untuk datang ke bioskop.
Ada film Single Part. 2 (Soraya Intercine Films), Si Doel the Movie 2 (Falcon Pictures), Ghost Writer (Starvision), Hit & Run (Screenplay Films), dan Kuntilanak 2 (MVP Pictures).
Tebak film genre apa yang meraup jumlah penonton terbanyak? Yup, horor lagi. Film Kuntilanak 2 arahan Rizal Mantovani jadi pemimpin klasemen dengan raihan 1,7 juta penonton. Berikutnya diikuti Ghost Writer, horor berbalut komedi kental, yang mendapatkan 1,1 juta penonton.
Untuk libur Lebaran tahun ini, ekshibitor mereduksi jumlah tersebut menjadi hanya dua judul saja. Harapannya tentu saja agar tidak tercipta semacam kanibalisme layar dan jam pemutaran di antara sesama film Indonesia.
Khusus di jaringan Cinema XXI seluruh Indonesia, kuota layar untuk Badarawuhi di Desa Penari dan Siksa Kubur relatif berimbang. Cinema XXI di Palu Grand Mall, misalnya, masing-masing film mendapatkan jatah dua layar saat hari pertama tayang. Jam pemutaran alias show time sama sembilan kali per hari.
Saat kami menyambangi jaringan Cinema XXI di Palu Grand Mall, Kamis (11/4) siang, area lobi sudah dipadati warga yang antre di depan meja pembelian tiket. Tampak banyak yang datang membawa anggota keluarganya, ada juga remaja belia bersama teman-temannya, dan tak sedikit pula yang memutuskan datang sendirian.
Jaringan bioskop Cinema XXI di Palu memiliki tujuh studio, termasuk The Premiere. Selain memutar Badarawuhi di Desa Penari dan Siksa Kubur, juga masih menyediakan layar untuk Godzilla x Kong: The New Empire, Exhuma, dan The First Omen. Dua judul yang dituliskan terakhir juga bergenre seram.
Zee, 14 tahun, kepada Juenita Vanka dari Tutura.Id mengaku baru tahun ini memutuskan ke bioskop saat Lebaran. Tahun lalu ia mengaku hanya menghabiskan waktu di rumah.
“Bosan juga di rumah. Karena ada film baru, saya dengan tiga temanku datang ke sini. Saya lihat di TikTok rame, jadi penasaran,” ujar Zee.
Film Siksa Kubur yang dibintangi Faradina Mufti dan Reza Rahadian jadi tujuan Zee dkk. datang menonton.
Uje, 27 tahun, juga menyebut ingin menonton film Siksa Kubur. “Diajak temanku, jadi penasaran. Mumpung libur dan filmnya juga masih baru. Saya ajak juga keluargaku menonton, cuma mereka tadi sudah pulang duluan,” tutur Uje.
Lain lagi dengan Ika, 25 tahun, yang datang menghabiskan hari kedua Idulfitri menyaksikan Exhuma, film horor produksi Korea Selatan. Ia datang berdua dengan sepupunya.
“Tadi kami berdua pasiar ke rumah keluarga di Donggala. Terus bosan dan tidak tahu mau ke mana. Mumpung satu jalur pulang, kami singgah di sini,” pungkas Ika.
Juenita Vanka turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
film bioskop ekshibitor Cinema XXI Lebaran 2024 Idulfitri liburan horor Badarawuhi di Desa Penari Siksa Kubur Joko Anwar Kimo Stamboel MD Pictures Come and See Pictures