Ikhtiar menghapus kesan kuno dan serius dari perpustakaan
Penulis: Rizki Syafaat Urip | Publikasi: 16 Agustus 2022 - 14:01
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Ikhtiar menghapus kesan kuno dan serius dari perpustakaan
Ilustrasi perpustakaan (Shutterstock).

Bila dengar kata “perpustakaan”, barangkali kita langsung terbayang rak buku dan ruang baca nan hening. Tak salah bila perpustakaan, bagi sebagian orang, terkesan kuno atau bahkan angker. Tempatnya orang-orang serius. Seperti Rangga dalam "Ada Apa Dengan Cinta".

Barangkali citra itulah yang hendak dihapus Perpustakaan Nasional lewat program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Lewat program ini perpustakaan diharapkan tak lagi sekadar ruang baca-tulis, tapi jadi pusat aktivitas masyarakat.

Ada tiga strategi yang dilakukan untuk mendukung TPBIS, yakni meningkatkan kualitas layanan informasi, memfasilitasi kegiatan masyarakat, dan menjalin kolaborasi dengan pihak lain.

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, menyebut TPIBS juga menitikberatkan pada peningkatan kapasitas pengelola perpustakaan. “Agar menghadirkan layanan yang mampu memahami kebutuhan masyarakat,” katanya, dilansir Radar Sulteng (13/4).

Sejak bertahun-tahun lalu, model pengelolaan macam ini sudah dipraktikan oleh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dikelola perorangan atau kelompok.

Adapun Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah telah melaksanakan program TPIBS. Sejak 2019, ada 11 daerah tingkat II di Sulteng yang sudah terima manfaatnya.

Kegiatannya berbasis di Perpustakaan Desa. Bentuk kegiatan masyarakat yang diakomodir misalnya latihan menari, baca Al-Qur’an, pembibitan tanaman, hingga pembuatan produk UMKM. Perpustaakaan Desa terima manfaat berupa buku, komputer, televisi, dan rak buku.

Perpusnas juga beri bantuan renovasi gedung kepada tiga Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah di Sulteng, yakni Kota Palu, Tolitoli, dan Tojo Una-una. 

Di level provinsi, lewat TPBIS, kini gedung Perpusda punya kantin literasi dan gazebo. Ada pula rencana bangun gedung baru di kawasan STQ.

Ruang kolaborasi pun dibuka lebar. Yuniarti Yunus, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Sulteng, mengklaim pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan berbagai pihak.

“Kami juga ajak Bank Indonesia dan Bank Sulteng  untuk mengembangkan aktivitas perpustakaan," katanya.

Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Mosivinti: Permainan pecah betis ala Suku Kaili
Mosivinti: Permainan pecah betis ala Suku Kaili
Adu ketangkasan untuk "memecahkan" betis lawan alias mosivinti. Permainan tradisional yang hadir di Festival Literasi.
TUTURA.ID - Kaleidoskop 2022: Seni Budaya
Kaleidoskop 2022: Seni Budaya
Ramai penyelenggaraan konser dan festival musik setelah dua tahun absen jadi peristiwa paling menyita perhatian…
TUTURA.ID - Pentingnya literasi digital di tengah kemajuan teknologi
Pentingnya literasi digital di tengah kemajuan teknologi
Dengan literasi digital, kelak pengguna tak sekadar fokus pada penggunaan teknologi tetapi juga dapat memahami…
TUTURA.ID - Membangun kebiasaan membaca pada anak sejak dini
Membangun kebiasaan membaca pada anak sejak dini
Setiap 2 April diperingati sebagai Hari Buku Anak Sedunia. Tujuannya untuk mendorong anak-anak menghargai literatur…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng