Membangun kebiasaan membaca pada anak sejak dini
Penulis: Mughni Mayah | Publikasi: 2 April 2023 - 12:02
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Membangun kebiasaan membaca pada anak sejak dini
Membaca buku sejak usia dini membantu mengembangkan kreativitas anak (Foto: Shutterstock)

“Buku adalah jendela dunia.” Sebuah ungkapan yang mungkin paling sering digunakan untuk membangkitkan kebiasaan membaca banyak orang, termasuk di kalangan anak-anak.

Saking pentingnya menumbuhkan minat baca sejak dini kepada anak, International Board on Books for Young People, sebuah lembaga nonprofit berbasis di Zurich, Swiss, menginisiasi Hari Buku Anak Sedunia alias International Children's Book Day sejak 1967.

Peringatannya berlangsung saban 2 April yang juga merupakan tanggal kelahiran Hans Christian Andersen, penulis buku anak paling cempiang yang dapat julukan “bapak dongeng dunia”.

Tujuan peringatan tersebut untuk mendorong anak-anak menghargai literatur dan mengembangkan kecintaan terhadap buku serta minat membaca. Untuk penyelenggaraan tahun ini, “The small is big in a book” terpilih menjadi tema.

Bagaimana dengan tingkat literasi anak di tanah air? Masih sangat rendah. Rujukannya hasil survei Program for International Student Assessment yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development pada 2019.

Indonesia dalam survei tersebut menempati peringkat ke 62 dari 70 negara alias masuk kategori 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Pegiat literasi anak Anita Thalib memberi tanggapan mengenai pola literasi yang rendah di Indonesia. “Bagaimana kemudian kita mau tetap konsisten dan memberikan upaya terbaik untuk berkontribusi di situ,” ujarnya.

Ia kemudian mendirikan sebuah komunitas literasi yang dinamai "Sapo Literasi" (SALI). Fokus komunitas ini untuk membangun budaya literasi dan memandang bahwa makna literasi sejajar dengan kebutuhan dasar manusia laiknya makanan.

Untuk membentuk kebiasaan berliterasi bisa dimulai dengan hal-hal sederhana. Memulainya juga bisa dilakukan sejak anak masih bayi. Caranya dengan mengenalkan dan membacakan buku dengan volume keras.

Walaupun tentu saja belum bisa membaca pada rentang umur tersebut, kebiasaan membacakan buku kepada bayi punya banyak manfaat, salah satunya turut membangun ikatan antara ibu dan anak.

Manfaat lainnya bisa meningkatkan kemampuan otak bayi karena melatihnya mendengarkan dan mengingat dengan cara menyenangkan. Pun mendukung perkembangan sosial dan emosional bayi.

“Sekarang torang sudah bergerak menumbuhkan minat baca kepada anak-anak. Jika kebiasaan membaca itu sudah tumbuh sejak anak masih bayi, kami optimistis ketika mereka dewasa nanti akan lebih mudah membuat atau membentuk masyarakat yang literat,” ungkap Anita.

Soraya Pinta Rama yang sama bergerak di bidang literasi anak segendang sepenarian dengan Anita. Mengenalkan dunia literasi kepada anak tak perlu menunggu hingga sang buah hati masuk usia sekolah.

“Tujuannya bukan agar anak bisa membaca, walaupun secara ajaib kita dapat momen anak bisa membaca sendiri,” jelasnya saat dihubungi Tutura.Id melalui WhatsApp, Sabtu (1/4/2023).

Manfaatnya agar anak bisa memiliki penguasaan bahasa lisan dengan baik, terutama saat berbicara dan mendengarkan.

"Bahkan saat anak masih dalam kandungan kita bisa kenalkan literasi. Kalau kita mulai sedini mungkin, kita nanti bisa melatih kemampuan dasar anak," lanjutnya.

Tak hanya memperkenalkan dunia literasi kepada anak sendiri, Pinta juga memberi edukasi tentang pentingnya membangun literasi sejak dini kepada orang lain melalui aktivitas laman media sosial @ideketjil yang dikelolanya.

Membaca seharusnya jadi aktivitas menyenangkan bagi anak. Biarkan mereka memilih sendiri buku bacaannya (Foto: Shutterstock)

Tantangan pegiat literasi anak

Dalam upaya mengenalkan aktivitas membaca kepada anak-anak, Pinta menyadari bahwa sekadar niat saja tidak cukup.

Ketersediaan buku anak di toko-toko buku yang masih sangat kurang juga menjadi tantangan.

Tak jarang akses buku-buku untuk anak kebanyakan berasal dari penulis atau penerbit dari luar luar negeri.

Hal lain seperti meluangkan waktu menemani anak saat membaca juga harus dibiasakan oleh para orang tua.

Cara anak berinteraksi dengan buku, seperti merobek, membolak-balik, dan meremas buku jangan dianggap sebagai ketidaksukaan anak terhadap buku. Kebiasaan itu normal terjadi.

Dr. Yona Primadesi, M.Hum., penulis, dosen, dan penggiat literasi anak, dalam wawancaranya bersama Boy Candra di YouTube menyebut problem lain.

Buku-buku anak yang memenuhi pasaran di Indonesia saat ini kebanyakan berasal dari penulis dewasa yang coba memposisikan diri sebagai anak-anak. Sangat minim melibatkan anak-anak secara langsung dalam proses penciptaan buku anak.

Anak semata dilihat sebagai objek. Alhasil unsur politis, mulai dari aspek religiositas, pedagogis, dan psikologis kental dalam buku anak model demikian.

Kontrol terhadap anak sudah bermula melalui buku yang banyak diterbitkan. Belum lagi kendali orang tua yang memilihkan buku kepada anak-anaknya.

Padahal sangat penting untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis anak. “Kenapa, sih, kita harus selalu mengarahkan anak? Critical thinking itu dibutuhkan. Biar anak menganalisa sendiri. Biar anak memahami sendiri mana yang baik, mana yang benar, dan mana yang salah,” kata Yona.

Orang dewasa atau orang tua tentu saja tetap punya fungsi penting dalam membangun kompetensi anak. Akan tetapi juga harus memberi ruang yang cukup bagi anak untuk melakukan instropeksi dan berkreasi sesuai keinginan mereka.

Menurut Yona, ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam praktik literasi anak. Pertama mengetahui latar belakang anak, mulai dari kondisi geografis, ekonomi, budaya, sosial, dan pendidikan. Tiap anak berbeda sehingga tidak boleh disamaratakan.

Unsur kedua terkait orisinalitas yang notabene sifat dasar anak. Jangan memaksakan anak membaca buku yang tidak disukainya. Aktivitas membaca seharusnya menyenangkan bagi anak.

Ketiga soal negosiasi. Yona menyebut aktivitas paling penting dalam praktik literasi anak sesungguhnya bukan ketika anak membaca, tapi sebelum dan sesudah anak menuntaskan sebuah bacaan. Sebab pada fase itu orang tua dan anak terlibat sesi mengobrol dan berdiskusi yang intens.

Unsur terakhir adalah apresiasi. Anak betapa pun pasti ingin diperhatikan dan mendapat apresiasi dari lingkungan di sekitarnya, terutama dari figur orang tua sebagai yang terdekat dalam lingkungan kehidupan anak.

Menyempatkan waktu menemani anak membaca jadi salah satu cara menumbuhkan minat baca sejak dini (Foto: Shutterstock)

Memperkenalkan buku kepada anak

Pinta yang sebelumnya pernah memberikan rekomendasi buku anak, kali ini kembali berbagi tip cara memperkenalkan buku kepada anak.

Ia menyarankan agar orang tua sebisa mungkin menyempatkan waktu membacakan buku kepada anak pada waktu-waktu yang paling disukai oleh anak, misalnya sebelum tidur. Lalu biarkan anak memilih sendiri buku yang disukainya.

Berikutnya peran orang tua adalah memilihkan jenis buku mengikuti usia sang buah hati. Ketika anak berusia setahun, mereka cenderung punya kebiasaan meremas. Maka jenis buku tebal yang terbuat dari kain, biasanya dikenal dengan istilah buku bantal, bisa jadi opsi.

Terakhir bisa dengan menyediakan pojok baca sederhana untuk anak. Isinya cukup 2-3 buku. Ini untuk memberi ruang kepada anak membiasakan melihat dan memegang buku.

Jika kebiasaan membaca sudah ditanamkan kepada anak sejak usia dini, maka kemungkinan besar saat dewasa nanti mereka tak mudah jadi korban hoaks alias informasi palsu yang kesadaran tentangnya juga diperingati saban 2 April sebagai International Fact-Checking Day.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
4
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Film The Little Mermaid yang mengembalikan nostalgia masa kecil
Film The Little Mermaid yang mengembalikan nostalgia masa kecil
Film The Little Mermaid versi live-action produksi Disney menawarkan eksplorasi cerita lebih kompleks dibandingkan versi…
TUTURA.ID - Mempromosikan literasi dini di rumah dengan membaca nyaring
Mempromosikan literasi dini di rumah dengan membaca nyaring
Anak-anak seharusnya diperkenalkan budaya membaca sejak dari dalam rumah. Caranya harus menyenangkan dan penuh kasih…
TUTURA.ID - Tingkat kegemaran membaca warga Sulteng
Tingkat kegemaran membaca warga Sulteng
Menurut survei Perpusnas RI, warga Sulteng rerata mengalokasikan waktu 1 jam, 27,7 menit per hari…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng