Masuknya Islam di Sulawesi Tengah memiliki kisah yang berbeda. Dimulai dalam periode waktu yang berbeda dan para pembawanya juga berbeda.
Bila di Lembah Palu dan sekitarnya, syiar pertama Islam dibawa oleh para mubalig dari Minangkabau (Melayu) pada abad ke-17, maka lain halnya dengan wilayah di kawasan Buol-Tolitoli, kawasan Teluk Tomini, dan kawasan Banggai Bersaudara.
Tulisan kali ini akan berfokus pada tiga kawasan besar tersebut, yang terbagi melalui letak geografis. Mencoba melihat penyebaran Islam melalui kawasan geografis yang serumpun.
Kawasan Buol-Tolitoli
Penyebaran Islam di Buol-Tolitoli sudah lebih dulu terjadi sebelum di Lembah Palu. Yakni sekitar abad ke-16 yang dibawa oleh pengaruh mubalig dari Ternate melalui perdagangan.
Sebelum Islam masuk ke kawasan ini, masyarakatnya mengenal kepercayaan tradisi. Namun Islam bisa diterima dengan baik karena adanya pedekatan niaga, relasi politik hingga melalui perkawinan.
Pengaruh Islam dari mubalig Ternate di kawasan ini, bisa dilihat dari struktur dan gelar pemerintah kerjaaan Buol-Tolitoli. Arkeolog Sulteng, Drs. Iksam Djorimi, M.Hum, menerangkan adanya perbedaan pengaruh budaya Islam Melayu dan Islam Ternate.
“Budaya yang masuk berbeda budaya Ternate dan Melayu, jadi ciri yang ada misalnya gelar, nama-nama gelar dari pemerintah, sehingga dapat dilihat Tolitoli sudah banyak dipengaruhi oleh Ternate, misalnya istilah Jogugu (Djogugu, red),” katanya saat ditemui Tutura.id pada Rabu (22/03/2023).
Iksam mengatakan masuknya Islam pertama di Kabupaten Buol dan Tolitoli dapat dibuktikan dengan naskah kuno atau yang biasa dikenal dengan manuskrip. Naskah ini berisi tentang awal kedatangan Islam.
“Kalau di sana (Kabupaten Buol dan Tolitoli) masih banyak naskah-naskah kuno, Manuskrip namanya, naskah kuno tentang awal masuknya Islam misalnya, alqurab tua, ajaran-ajaran agama yang ditulis dengan bahasa Arab Melayu misalnya,” sambungnya lagi.
Dalam catatan sejarah, sejak tahun 1540, di wilayah Buol telah terbentuk kesultanan dan dipimpin oleh seorang sultan bernama Eato Mohammad Tahir. Islam kemudian tumbuh kuat dan berkembang menjadi agama mayoritas penduduk asli di kawasan ini.
Mengutip penelitian Oriza Vilosa, mahasiswa Universitas Sebelas Maret, menyebutkan organisasi Islam pertama yang mendirikan cabang di Sulawesi Tengah adalah Sarekat Islam (SI). Organisasi ini dididirikan di Buol-Tolitoli pada Tahun 1916, yang dipimpin oleh Raja Binol dan pengeran Mangkona.
Kawasan Banggai Bersaudara
Kerajaan Banggai merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. hal itu ditandai dengan situs makam seorang bangsawan Kerajaan Banggai, yang terdapat makam seorang guru besar Imam Sya’ban. Di batu nisannya tertulis dalam bahasa Arab-Melayu yakni 168 H.
Agama Islam di kawasan Banggai Bersaudara (Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, dan Banggai Laut), dibawa oleh Adi Cokro atau Mumbu Doi Jawa pada abad ke-8, yang mendapatkan pangaruh dari Kerajaan Ternate.
Adi Cokro merupakan tokoh sentral di balik terbentuknya Kerajaan Banggai. Sebelum kedatangannya, Kerajaan Banggai merupakan kerajaan yang kecil-kecil dan belum bernama Kerajaan Banggai.
Pada awal abad ke 16 Kerajaan Ternate membentuk Kerajaan Banggai yang terdiri dari empat distrik yaitu Babolau, Singgolok, Kookini, dan Katapean. Nama pemimpin dari setiap distrik disebut Basalo Sangkap yang terdiri dari Basalo Dodung (Raja babolu), Basalo Gong-gong (raja Singgolok), Basalo Bonunungan (Raja Kookini) dan Basalo Monsongan (Raja Katapean).
Dengan adanya pembagian ini menjadikan Kerajaan Banggai merupakan salah satu kerajaan yang sudah menerapkan sistem demokrasi, d imana pemimpin kerajaan dipilih bukan berdasarkan dari satu garis keturunan melainkan dari golongan bangsawan atau bahkan rakyat biasa. Siapa pun asalkan memiliki kemapuan memimpin kerajaan.
Sebelum Islam masuk, masyarakat di kawasan ini masih memegang kepercayaan tradisi. Arkeolog Sulteng, Drs.Iksam Djorimi, M.Hum mengatakan Adi Saka menyebarkan agama Islam melalui pendekatan syariat dan hakikat.
“Di sana itu semua disesuaikan ajaran setempat ya melalui pendekatan budaya, syariat dan hakikah, kalau bicara kita hakikah berarti budayanya masuk jadi hal-hal yang baik, dalam masalah adat ya dipertahankan,” jelasnya.
Adi Saka juga menyebarkan ajaran Islam juga melalui pernikahan. Hal itu dapat dilihat beberapa orang putri kerajaan yang dinikahinya dab memperoleh beberapa keturunan yang kemudian memimpin Kerjaan Banggai Seperti Raja pertama Kerajaan Banggai yaitu Abu Kasim yang merupakan anak dari Adi Saka.
Kawasan Teluk Tomini
Dewasa ini, kawasan Teluk Tomini terbagi dalam tiga administrasi yakni Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten Tojo Unauna. Pembagian wilayah administrasi yang belum dikenal pada era penyebaran Islam pertama.
Proses masuknya Islam di Teluk Tomini dimulai pada abad ke 17, yang dibawa oleh pedagang dan mubalig asal Mandar, Gorontalo dan Ternate. Hal ini terlihat dalam struktur pemerintahannya, yang sedikit banyak mengikuti struktur pemerintahan di Gorontalo dan Ternate tersebut.
Struktur pemerintahan tersebut terdiri dari Olongian (kepala negara), Jogugu (perdana menteri), KapitanLaut (Menteri Pertahanan), Walaapulu (menteri keuangan), Ukum (menteriperhubungan), dan Madinu (menteri penerangan).
Meskipun proses masuknya Islam di Teluk Palu juga pada Abad ke-17, namun lebih duluan sedikit Islam masuk di Daerah Teluk Tomini dan Islam di Teluk Tomini dibawa melalui perdagangan.
Arkeolog Sulteng, Drs. Iksam Djorimi, M.Hum juga mengatakan proses masuknya Islam ke Teluk Tomini lebih cepat sedikit dibanding dengan masuknya Islam ke Teluk Palu.
“Kalau Teluk Tomini itu lebih agak duluan sedikit daripada Teluk Palu, walaupun disaat bersamaan itu yang masuk di sana itu ada dari Sumatera Barat,” terangnya.
Masuknya Islam di daerah Parigi tercatat sejak tahun 1600 oleh Abdurrahman Djaelani dari Kesultanan Ternate melalui Kerajaan Gowa Makassar. Berdasarkan pelantikan Magau Lomba (Makagero) pada tanggal 26 Desember 1517 oleh Fransisco Lesa.
Mengutip dari tulisan Eksiklopedia Dunia disebutkan Islam datang ke Desa Lambunu, Parigi, berasal dari Ternate. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan sebuah gulungan kertas tua yang bertuliskan huruf Arab yang disebut-sebut sebagai khotbah pertama ketika Islam masuk di Kerajaan Lambunu.
Khotbah itu merupakan kiriman Sultan Ternate. Pembawa khotbah (sebagai tanda persahabatan) tersebut adalah Bikokong seorang Kapitan Raja Benda Kerajaan Ternate.
Pengaruh Islam dari Ternate di kawasan ini dimulai dari Moutong, Tomini, Tinombo, Sigenti, Kasimbar, Sausu, Tojo, Una-una, Kepulauan Togean, hingga Bungku. Penyebaran Islam dilakukan oleh orang-orang Ternate pada masa pemerintahan Sultan Khairun (1550-1570).
Tahun 1563, Sultan Khairun bermaksud mengislamkan Sulawesi Utara, Gorontalo, Mooeton (Moutong), Tomini, Tinombo, Soegenti, Kasimbar, Saosoe, Todjo, Ampana, serta Kepulauan Unauna dan Togean.
Masuknya Islam di Poso dapat dikategorikan dalam tiga fase, yaitu: a) Fase yang dilakukan oleh para pedagang Islam Bugis; b) Fase yang dipengaruhi oleh Kesultanan Ternate; dan c) Fase yang dilakukan oleh orang-orang Arab.
Dalam Buku “Sejarah Dato Karama (Abdullah Raqi) Ulama Pembawa Islam dari Minangkau ke Sulawesi Tengah, yang ditulis oleh Nurdin dan Hasrul Maddini, menyebutkan kondisi masyarakat Poso di awal kedatangan misionaris Beanda Nicolaas Adriani dan Albertus Christiaan Kruyt (A. C. Kruyt), sudah beragama Islam.
Adriani dan A.C.Kyut (1912) menyebutkan dalam catatannya, saat mereka tiba di Teluk Tomini dekat muara Sungai Poso, mereka melihat daerah yang belum dikuasai Belanda. Penduduknya sudah beraga Islam, yang mungkin terkait dengan kerjaan Islam Luwu dan dua kerjaan kecil di Sigi dan Tojo.
Dalam catatannya mereka juga mengatakan dalam perjalanannya ke Sulawesi Tengah (tahun 1897) mereka mewawancarai penduduk setempat. Mereka menemukan bahwa Islam di Parigi dibawa oleh seorang Datoe dari tanah Melayu, tetapi Islam tersebut diperkuat lagi oleh orang-orang Bugis. Sedangkan Islam di kawasan Tojo dan Ampana dikatakan berasal langsung dari Bone yang dibawa melalui melalui Teluk Tomini.(Tamat)
Sejarah Islam Islam Sulawesi Tengah Teluk Tomini Buol Tolitoli Poso Tojo Ampana Banggai Banggai Bersaudara Tutur Ramadan 1444 H