Deretan kendaraan mengarus keluar masuk pada sebuah jalan diambil dari nama seorang ulama terkemuka di Indonesia Timur. Arus kendaraan itu bertumpu pada Kawasan Wisata Religi yang berada di Kelurahan Siranindi, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.
Puluhan, ratusan, bahkan hingga ribuan umat Islam dari segala penjuru negeri terlihat memadati Jalan Sis Aljufri. Jalanan utama yang menjadi urat nadi kompleks Alkhairaat Kota Palu itu disulap menjadi area utama kegiatan Haul Guru Tua Festival Raodhah 2023.
Sebuah kegiatan akbar peringatan wafatnya ulama besar Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri (Sis Aljufri) atau yang dikenal dengan nama Guru Tua. Dirinya wafat pada 12 Syawal 1389 H di Kota Palu.
Sejak itu, setiap tahunnya, para pengikutnya dan umat Islam secara umum, memperingati Haul Guru Tua. Di tahun 2023 ini, peringatan Haul Guru Tua jatuh pada 3 Mei 2023.
Menariknya, Haul Guru Tua oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah memasukkan dalam kalender pariwisata. Maka, pada tahun ini haul dimulakan dengan gelaran kegiatan festival bernama “Haul Guru Tua Festival Raodhah 2023” yang digelar sejak 9-12 Syawal 1444 H atau 30 April- 3 Mei 2023.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Salahuddin Uno bahkan memberikan sambutan secara virtual pada pembukaan festival. Dia pun mengapresiasi dengan menyebut Guru Tua sebagai tokoh yang sangat berjasa bagi pemajuan pendidikan dan penyebaran Islam di Sulawesi Tengah.
Perjalanan Sang Mufti
Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua adalah seorang mufti dari Hadramaut yang memilih hijrahnya berakhir di Sulawesi Tengah, setelah berhasil membangun institusi pendidikan Islam terkemuka. Berpusat di Sulteng hingga menyebar luas ke kawasan Indonesia Timur.
Dalam buku "Sejarah Islam di Lembah Palu" karya Haliadi-Sadi dan Syamsuri menuliskan sejarah perjalanan Guru Tua dari Hadramaut ke Kota Palu dimulai pada tahun 1929. Beberapa tahun setelahnya, berhasil membangun perguruan tinggi bernama Alkhairaat yang kini menjadi organisasi besar di Indonesia.
Guru Tua pertama kali mengajar para pemuda bakal calon murid-muridnya di toko milik H. Quraisy, seorang pedagang Bugis dari Donggala, secara cuma-cuma. Toko tersebut berada di Kampung Ujuna, Kota Palu.
Kegiatan belajar-mengajar selanjutnya dilakukan di rumah Daeng Marotja di Kampung Baru, berdekatan dengan Masjid Jami Kota Palu. Guru Tua memilih tinggal di rumah tersebut dan menggunakannya sebagai tempat mengajar dan membuka ruangan asrama bagi murid-muridnya.
Pada Tahun 1930, Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri bersama tokoh masyarakat di Lembah Palu berhasil memprakarsai pendirian lembaga pendidikan yang bernama Alkhairaat. Namanya berasal dari bahasa Arab kata bentuk mufrad (singular) adalah Al-Khair.
Haliadi-Sadi dan Syamsuri dalam bukunya menuliskan bahwa kata khair secara umum diartikan dengan sesuatu yang disukai. Namun makna artinya akan sangat beragam bila merujuk Al-Qur'an.
Maknanya dalam Al-Qur'an yakni bersifat spiritual seperti iman, Islam, Al-Qur'an, karunia Allah, al-hikmah, ketaatan, amal saleh, berbuat adil, pahala atau balasan yang baik, kemampuan, kekuatan, kemenangan, keuntungan baik di dunia dan akhirat. Selain itu, kata khairat juga dapat diartikan dalam bentuk material seperti harta yang banyak, makanan kuda, dan kebun.
Pun kata khairaat dapat ditemukan dalam potongan tujuh surah dalam Al-Qur'an, di antaranya semboyan "Fastabiqul Khairaat" yang artinya berlomba-lomba dalam kebaikan. Potongan ayat ini terdapat dalam Surah Al-Baqarah, Ayat ke-148.
Warisan peninggalan
Habib Hasan Alhabsyi selaku ketua panitia Haul Guru Tua Festival Raodhah 2023, menyebut terjadi peningatan jumlah jamaah yang menghadiri peringatan sakral ini. Mengutip dari Media Alkhairaat, estimasi jamaah yang menghadiri berkisar 75 ribu orang dibandingkan haul sebelumnya yang tercatat 50 ribu orang dari seluruh penjuru Nusantara.
"Mereka datang bukan hanya melihat apa yang diperjualbelikan, tapi juga mencari keberkahan sebab adanya sosok Guru Tua,” kata Habib Hasan Alhabsyi.
Sosok Guru Tua menjadi tokoh sentral bagi pergerakan umat Islam melalui pendidikan. Saat ini Alkhairaat berkembang menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia Timur yang berbasis di Palu, Sulawesi Tengah.
Media Alkhairaat menulisan Madrasah Alkhairaat pertama berdiri di Palu tahun 1930. Kemudian berkembang ke pelosok daerah. Dalam kurun waktu 26 tahun, yakni tahun1930-1956, jumlah madrasah/sekolah Alkhairaat sudah mencapai 25 cabang tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan pelosok-pelosok pedalaman lainnya.
Tujuh tahun kemudian, 1956-1963, jumlah madrasah/sekolah bertambah sebanyak 125 cabang yang tersebar di beberapa provinsi. Hingga akhir hayat Sayyid Idrus bin Salim Aljufri pada tahun1969, jumlah madrasah/sekolah Alkhairaat yang berdiri berjumlah 420 cabang.
Saat ini Alkhairaat telah membangun 1.550 madrasah/ sekolah, 36 Unit Pondok pesantren yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara khususnya di Indonesia Timur dan telah memiliki Perguruan Tinggi di Kota Palu dengan nama Universitas Alkhairaat (UNISA).
Haul Guru Tua Guru Tua Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri Sis Aljufri Sulawesi Tengah ulama Alkhairaat Tutur Ramadan 1444 H