Sulawesi Tengah sedang rajin-rajinnya memperkenalkan diri sebagai “Negeri Seribu Megalit.” Sulteng memang menyimpan kekayaan budaya, dan peninggalan arkeologi dari zaman batu besar (megalitikum).
Peninggalan megalit itu tersebar di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi. Posisinya yang juga masuk Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) ikut menambah magnet. Wisata melihat jejak peninggalan prasejarah bisa dipadukan dengan petualangan menikmati panorama taman nasional yang juga berstatus cagar biosfer.
Bentukan peninggalan megalit ini juga sangat beragam. Mulai dari patung megalit, kalamba (tong batu), tuatena (tutup kalamba), batu dakon, batu lesung, tempayan kubur, menhir, dan lain-lain. Bermacam bentukan itu tersebar di berbagai situs, seperti Pokekea, Padang Loga, Padang Sepe, Padang Suso, Wineki, dan Watunonju.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo mencatat ada 75 situs megalit di Sulteng. Area persebarannya sebagai berikut: 23 situs di Lembah Behoa; 28 situs di Lembah Bada; 9 situs di Lembah Napu; 8 situs di Lembah Palu; dan 7 situs di Danau Lindu.
Dengan kekayaan itu, Pemprov Sulteng kini rajin mengusung “Negeri Seribu Megalit” dalam pelbagai event--terutama untuk promosi pariwisata. Salah satunya terlihat dalam Central Celebes Travel Fair 2023, di Palu Grand Mall pada 10-11 Juni 2023.
“Event ini bagian dari gerakan nasional bangga berwisata di Indonesia. Dengan mempromosikan tagline lokal kita. 'Negeri seribu megalit' itu cara kita membangun citra,” kata Diah Agustiningsih Entoh, Kepala Dinas Pariwisata Sulteng, tentang Central Celebes Travel Fair 2023.
Minggu sore (11/6/23), Tutura.Id berkesempatan mewawancarai Diah. Suaranya penting untuk didengar mengingat posisinya sebagai pimpinan dinas yang jadi corong promosi pariwisata Sulteng. Mantan kepala Dinas Pariwisata Sigi itu menyambut kami pada satu stan di Central Celebes Travel Fair 2023.
Senyum nan ramah nyaris tak pernah lepas dari raut wajah perempuan berusia 54 tahun ini. Ia berbagi cerita ihwal strateginya memperkenalkan destinasi pariwisata Sulteng, target kunjungan wisatawan, hingga potensi wisata minat khusus.
Sulteng sedang menggaungkan promosi “Negeri Seribu Megalit.” Apa yang bisa Anda jelaskan soal tagline ini?
Situs megalit ini sudah lama ada di Sulteng. Dari hasil penelitian, usia patung megalit ini kurang lebih 3.000 tahun Sebelum Masehi. Tapi selama ini keberadaannya–sebagai satu potensi wisata–belum dimanfaatkan secara maksimal.
Ini warisan arkeologi. Inilah sebagai jualan Sulawesi Tengah, dan menjadi tagline. Ini muncul melalui gagasan dari Pak Gubernur, dan sudah sejalan dengan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPAR) Provinsi Sulawesi Tengah.*
*) Ada sejumlah acuan aturan lokal yang bisa dikaitkan dengan pariwisata. Misalnya, Perda Sulteng 5/2019 yang menetapkan RIPAR Sulteng 2019-2034. Ada pula Perda Sulteng 3/2022 yang atur kewenangan gubernur untuk menentukan kawasan strategis pariwisata daerah. Sudah eksis pula Pergub 35/2016 yang menetapkan Togean dan Lore Lindu sebagai destinasi pariwisata prioritas 2016-2021.
Sebagai kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah; bagaimana Anda melihat potensi wisata kawasan megalit?
Kawasan megalit di Sulteng merupakan salah satu hidden paradise (surga tersembunyi) yang ada di dunia. Ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin datang ke Sulteng. Ketika kita bisa memunculkan narasi, cerita, dan sejarahnya; maka ini akan menjadi daya tarik.
Kami, dari Dinas Pariwisata Sulteng, memanfaatkan tagline “Negeri Seribu Megalit” dan membuatkan narasinya.
Seberapa banyak jumlah patung megalit di Sulteng?
Kami tidak menggunakan "1.000" (angka). Kami pakai “seribu” (huruf). "Seribu" itu menyatakan jumlah banyak, yang sebenarnya belum terhitung (masih butuh riset mendalam). Karena memang belum terhitung semua.
Saya pernah jalan ke Lore. Di sawah, jalan, kebun, dan rumah orang penuh dengan megalit. Di situ megalit bentuknya bermacam-macam.
Bagaimana upaya mempromosikan kawasan megalit di Sulteng untuk dijadikan situs warisan dunia?
Dinas Kebudayaan Sulteng sudah menjelaskan bahwa hal itu sedang didorong untuk ditetapkan jadi warisan budaya oleh UNESCO.
Kami di Dinas Pariwisata lebih kepada sisi pemanfaatan untuk menjadi jualan. Kami mendorong hal yang paling unik. Kalau bisa yang tidak ada di daerah lain. Dan situs megalit ini memang paling banyak di Sulteng.
Apa yang sudah dilakukan untuk mempromosikan kawasan megalit di Sulteng?
Kita mulai memberikan tagline, agar orang ingat, “Sulawesi Tengah, Negeri Seribu Megalit.” Dengan begitu, orang jadi ingin lebih tau. Itu cara kami membangun citra tentang megalit.
Event apapun kita pasti beri tagline ini. Kemarin saya sempat ke Berlin, Jerman. Saya bawa informasi tentang seribu megalit di ajang Internationale Tourismus Borse 2023.
Kami juga ke Deep and Extreme Indonesia di Jakarta. Ini pameran untuk olahraga underwater dan ekstreme terbesar di Asia. Pameran ini untuk mereka yang punya minat khusus seperti olahraga, underwater, dan adventure. Pada pameran ini, kita bawa tagline “Segitiga Terumbu Karang Dunia” dan “Negeri Seribu Megalit.”
Kayaknya Sulteng ini lebih pas untuk wisata minat khusus...
Kita memang menawarkan wisata minat khusus. Tempat wisata biasa mungkin sering didatangi banyak orang, tapi sekadar foto-foto kemudian pulang. Kalau wisata minat khusus; enggak banyak mungkin yang datang, tapi long stay. Spend-nya (pembelanjaan) jadi lebih banyak.
“Negeri Seribu Megalit” itu wisata minat khusus. “Segitiga Terumbu Karang Dunia” itu Kepulauan Togean, untuk yang suka underwater. Lore Lindu juga minat khusus, misalnya adventure, meneliti, atau mencari tahu sejarah.
Kembali ke soal “Negeri Seribu Megaliit,” salah satu keluhan yang sering disampaikan ialah perkara infrastuktur, misalnya akses jalan menuju berbagai situs megalit…
Kalau masalah akses jalan, sekarang sudah mulai bagus. Dari sini (Kota Palu) ke Napu cuman dua jam.
Memang beberapa instrumen pendukung, dan infrastruktur lain masih dibenahi. Seperti ketersediaan penginapan. Saat ini, ada rumah masyarakat yang bisa dipakai. Tetapi belum memadai. Kami lebih mempersiapkan tempat menginap itu, misalnya.
Apakah Dinas Pariwisata Sulteng optimistis bisa menambah jumlah wisatawan?
Kami optimistis mencapai target 1,32 juta kunjungan wisatawan ke Sulteng pada tahun ini; dengan waktu lama tinggal rata-rata tiga hari.
Makanya kami giat bikin event seperti hari ini. Supaya lebih dekat dan dikenal orang. Mungkin orang (wisatawan) lokal yang sebelumnya belum tahu tentang potensi diving, dan snorkeling di Sulteng; jadi mendapatkan informasi. Kami harap destinasi pariwisata Sulteng bisa lebih dikenal.
Tempat destinasi mana yang paling sering Anda kunjungi di Sulteng ?
Semua tempat destinasi wisata di Sulteng itu bagus-bagus. Sulit untuk memilih yang paling favorit. Biasanya, karena ketersediaan waktu, akhirnya memilih yang paling dekat.
Diah Entoh Dinas Pariwisata Sulteng Sulawesi Tengah Togean Lore Lindu wisata minat khusus turis negeri seribu megalit promosi pariwisata