Kenaikan harga beras bikin dilema pemilik warung makan
Penulis: Retno Tandi Rerung | Publikasi: 21 Februari 2024 - 22:15
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Kenaikan harga beras bikin dilema pemilik warung makan
Penjaga Kios Sinar Indah sedang merapikan tatakan beras dengan plat. Di tempat ini harga beras premium seharga Rp15.000/kilogram. Stok yang kurang memicu kenaikan harga. (Foto: Nur Soima Ulfa/Tutura.Id)

Melambungnya harga beras yang terjadi merata di wilayah Indonesia bikin khawatir banyak orang, termasuk para pemilik usaha kuliner kelas menengah dan kecil.

Tren kenaikan bahan pokok pengisi "kampung tengah" ini sudah terendus saat memasuki masa kampanye pilpres dan pileg 2024.

Sehari sebelum pencoblosan, situs Panel Harga milik Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengumumkan harga beras medium naik menjadi 13.870  per kilogram dan beras premium sebesar Rp15.810 perkilogram.

Sedangkan sejak 2023, Bapenas telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp13.900-Rp14.800 per kilogram untuk beras premium. Sementara kisaran harga Rp10.900-Rp11.800 per kilogram untuk beras medium.

Pemicu naiknya harga beras jelang pemilu disebut karena kelangkaan stok beras. Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkapkan, stok beras para pedagang eceran berkurang atau cenderung kosong.

“Sudah sepekan ini beras itu berangsur kurang. Kemudian kita purchasing order (PO) atau kita pesan ke produsen. Eh, malah harganya tinggi,” ujar Roy menukil Kompas.com (10/2/2024).

Bagaimana di Kota Palu? Ando, salah satu penjual beras di Pasar Masomba, menyebut kenaikan harga beras semenjak masa kampanye Pemilu 2024.

Kepada Tutura.Id, Ando mengungkapkan terjadi pembelian besar-besaran untuk kepentingan politik. Stok yang dimiliki para pedagang berkurang. Alhasil harga beras ikut terkatrol naik.

Ketika memasuki Februari, harga beras premium yang semula Rp12.000/kilogram berangsung naik menjadi Rp13.000/kilogram. Lalu makin melambung lagi seharga Rp14.000/kilogram.

Kini sepekan setelah hari pencoblosan, harga beras tak kunjung turun. Sebaliknya justru makin mahal. Harga beras premium menembus Rp15.000/kilogram.

“Penyebab lain kenaikan harga beras itu yang panen memang kurang. Tidak ada panen yang melimpah. Jadi pembeli kekurangan stok semua. Dari situ (harga, red) naik,” jelas Ando yang ditemui Selasa (20/2).

Kenaikan harga itu berdampak daya beli masyarakat. Ando mengaku usai pemilu, penjualan di tokonya menurun. Rata-rata pelanggannya hanya membeli 10 kilogram dari 25 kilogram sebelum harga naik.

Pelanggannya juga beralih membeli beras medium, seperti Beras Kepala yang lebih murah dan stoknya lebih banyak. Sedangkan beras premium, seperti Beras Cinta Nur yang harganya mahal dan stoknya lebih sedikit, ditinggalkan pelanggan.

Situasi serupa dialami Ruslan, pedagang beras di Pasar Inpres Manonda. Ditemui pada Rabu (21/2), dia mengungkapkan lonjakan harga beras mulai terasa sejak awal Februari.

Di tempatnya harga beras premium berangsur naik dari Rp13.000/kilogram menjadi Rp14.000/kilogram dan tembus menjadi Rp15.500/kilogram. 

Ruslan turut pula menjelaskan mengapa harga beras premium lebih mahal ketimbang beras. Ada perbedaan kualitas bulir beras.

Beras premium dianggap berkualitas baik karena hanya sekitar 15% patahan pada bulirnya. Sedangkan beras medium memiliki sekitar 25% patahan.

“Jadi makin bagus berasnya dan kurang stoknya, makin mahal harganya,” sambung Ruslan.

Kasma, pemilik kios beras "Sinar Indah" di Pasar Masomba, mengaku tidak tahu pasti kapan harga beras bisa turun dari harga saat ini Rp15.000/kilogram.

Dia hanya berharap menjelang Ramadan harga beras bisa kembali normal. Musababnya beberapa daerah yang terkenal sebagai produsen beras, seperti Kota Raya (Kabupaten Parigi Moutong), Polmas (Sulawesi Barat), hingga Makassar akan mengadakan panen raya pada Maret 2024. 

Dengan begitu stok beras akan lebih banyak ketimbang saat ini. Dus, harga beras akan turun meski bisa jadi tidak menyentuh Rp12.000/kilogram. 

Kasma menambahkan, petugas dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Ketahanan Pangan suka turun ke pasar saban Senin. Mereka melakukan pendataan harga bahan pokok, termasuk harga beras di tempatnya. 

"Stok beras saat ini memang kurang, karena cuaca panas yang lama dari akhir tahun lalu. Stok beras yang saya jual ini hanya daerah kecil-kecil seperti Napu, Palolo, dan Tolai," ungkap Kasma saat ditemui Rabu (21/2) malam. 

Sri Ramadhani salah satu karyawan di RM Gorontalo di Jalan Kemiri, Palu Barat, sedang mempersiapkan pesanan pelanggan. Rumah makan ini memilih tidak menaikan harga meski harga beras tembus di harga tetinggi pada Februari 2024. (Foto: Retno Tandi Rerung/Tutura.Id)

Strategi agar tetap bertahan

Pemilik usaha kuliner yang menjajakan makanan berat dengan menu utama nasi ikut merasakan dampak melejitnya harga beras.

Ati, pedagang nasi campur serba 10.000 di Jalan Kemiri, Kelurahan Siranindi, Palu Barat, mengaku naiknya harga beras berdampak terhadap menurunnya keuntungan yang ia peroleh. Dia harus mengeluarkan modal yang lebih banyak, namun tidak bisa menaikkan harga.

Solusinya adalah mengurangi porsi nasi. “Kalau naik harga beras disesuaikan dengan harga makanan. Ini kan (nasi campur, red) harganya Rp10 ribu, jadi nasinya kita kurangi. Pengaruhnya cuma itu, isi nasinya orang dikurangi,” terangnya.

Kiki yang membuka usaha serupa di Jalan Zebra, Birobuli Utara, Palu Selatan, segendang sepenarian. Ia mengatakan naiknya harga beras memengaruhi penjualannya.

Tambah lagi ia khawatir kenaikan harga beras akan memicu meroketnya harga bahan pokok lainnya. Jika itu terjadi alamat pemilik usaha warung makan kecil seperti dirinya bakal makin kepayahan bertahan.

Sri Ramadhani, salah satu karyawan di RM Gorontalo di Jalan Kemiri, Palu Barat, mengaku belum ada kebijakan menaikan harga makanan di tempatnya bekerja.

Sebelumnya, sejak medio 2023, harga makanan telah mereka ubah dari semula serba Rp10.000 menjadi Rp12.000 per porsi. Itu dilakukan karena menyesuaikan harga bahan pokok, termasuk beras dan cabe, yang kala itu harganya telah merangkak naik.

Jika harga makanan per porsi kembali naik dari yang sekarang, mereka khawatir pelanggan akan lari. Menurut Sri, sebagian besar pelanggan mereka dari kalangan pelajar dan pekerja dengan isi kantong serba pas-pasan. "Kalau kita mau naikan lagi, nanti sudah terlalu mahal,” terang Sri.

Tak hanya pedagang nasi campur, penjual bubur ayam juga mengaku berat menimbang kenyataan melonjaknya harga beras di pasaran saat ini. Salah satunya Umrah yang setiap pagi berjualan di dekat Kantor Polisi Miter, Jalan Sultan Hasanuddin, Lolu Utara.

Usaha berjualan bubur yang dijalankannya dari atas mobil ini sudah pernah menaikkan harga untuk menyesuaikan kenaikan harga beras. Sebelumnya Rp15.000 per porsi menjadi Rp18.000.

Kala itu pelanggannya langsung berkurang. Menimbang hal tersebut, Umrah mengaku untuk saat ini tidak akan menaikkan harga lagi. Dia mengaku akan bertahan sembari berharap harga beras kembali turun.

Nur Soima Ulfa turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
1
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Balada petani garam Gen Z di tengah murahnya harga Garam Talise
Balada petani garam Gen Z di tengah murahnya harga Garam Talise
Kemarau berkepanjangan saat ini sejatinya surga bagi petani garam. Namun, kenyataannya justru berbeda. Harga jual…
TUTURA.ID - Memupuk militansi penutur Bahasa Kaili yang kian memudar
Memupuk militansi penutur Bahasa Kaili yang kian memudar
Kebanyakan to Kaili, terutama remaja, di Kota Palu merasa kurang bangga menggunakan Bahasa Kaili. Mereka…
TUTURA.ID - Kaleidoskop 2022: Sosial Politik
Kaleidoskop 2022: Sosial Politik
Beragam peristiwa terjadi dari ranah sosial politik. Kami menyarikan mulai dari program pemberian vaksin booster…
TUTURA.ID - Persoalan parkir yang tak kunjung usai
Persoalan parkir yang tak kunjung usai
Arus lalu lintas jadi macet lantaran parkir sembarangan. Menjamurnya juru parkir liar juga meresahkan warga.…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng