Jumat (12/5/2023), gelanggang olahraga yang berlokasi di Jalan Mohammad Hatta, mintakat Palu Timur, tampak lebih ramai dari biasanya.
Pada sore hari yang cerah itu, Taman GOR – demikian banyak orang mengenal tempat itu—tak sekadar dimanfaatkan untuk beraktivitas olahraga atau rekreasi warga, tapi juga jadi ruang bagi seorang anak muda melempar gagasan politiknya di hadapan publik.
Gagasan politik itu ia tuangkan dalam acara bertajuk "Dialog Gagasan". Agar acara lebih berwarna, terselip pula sesi panggung musik, stand up comedy, dan syiar agama melalui kultum.
Anak muda yang dimaksudkan adalah Abcandra Muhammad Akbar Supratman. Panggilan karibnya Akbar.
Tak ada alasan spesifik mengapa Akbar memilih Taman GOR jadi tempat menggelar acara "Dialog Gagasan".
Bisa jadi karena histori lokasinya. Taman yang arealnya dulu sempat jadi lapangan pacuan kuda ini berdiri tegak patung Bung Karno—sosok Sang Proklamator kemerdekaan Republik Indonesia (RI)—yang gemar berdiskusi, debat politik, sosial, dan ekonomi bangsa.
Seperti kebanyakan tokoh politik yang profilnya selalu mejeng di area publik jelang momen pemilu, hal yang sama juga dilakukan Akbar. Tujuannya agar lebih dekat sekaligus beroleh kepercayaan dari masyarakat Sulteng saat hendak mengarungi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Akbar maju sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) atau senator. Slogan yang ia tetapkan selama masa perkenalan diri adalah "Harapan baru kaka yang baju hitam". Itu lantaran dalam setiap kesempatan dan alat peraga sosialisasi Akbar tampil mengenakan pakaian warna hitam dengan sedikit gradasi toska. Tak lupa tersematkan pula frasa #SenatorMuda.
Mungkin slogan tadi terinspirasi dari lagu berjudul "Eh, Aduh Kakak Yang Baju Hitam". Tembang yang dinyanyikan Mace Purba ini hingga sekarang masih viral di platform TikTok.
Penggalan lirik lagu itu sesekali terdengar saat acara "Dialog Gagasan" berlangsung. Betapa cermat siasat komunikasi politik yang disiapkan Akbar dalam kapasitasnya sebagai politisi pemula.
Mengandalkan kekuatan jejaring
Pria kelahiran 1 Oktober 1998 ini, meski malang melintang di pelbagai organisasi kepemudaan berbasis di Jakarta, tapi memiliki keinginan kuat untuk mengabdi di daerah kelahirannya.
“Orang tua awalnya mendorong untuk maju di kontestasi Pilkada Toli-Toli 2024. Ada pula tawaran untuk menjadi calon senator dari DKI Jakarta. Tetapi saya memilih untuk membangun daerah sekaligus menjadi guarantor bagi masyarakat se-Sulteng,” ungkap Akbar.
Sekadar pengingat, Akbar merupakan putra pertama dari pasangan Supratman Andi Agtas dan Idayanti Pandan. Sang Ayah yang karib dengan sapaan Maman, merupakan anggota sekaligus ketua badan legislasi (baleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Sedangkan ibunya berprofesi sebagai notaris.
Sekalipun ayah Akbar adalah petinggi lembaga negara dan berada di jajaran elite Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), ia tak mau mendompleng nama besar ayahnya. Ia juga tak menampik jika dukungannya bakal beririsan dengan puluhan ribu suara yang mengalir kala Sang Ayah menjadi anggota DPR RI sejak 2014-2024.
Ia mengaku tak ingin terlibat dalam organisasi kepemudaan di Sulteng dengan alasan agar generasi muda di sini punya ruang dan gerak yang lebih leluasa untuk mengekspresikan diri. Akbar meyakini bahwa dirinya dan semua generasi muda punya kekuatan politik yang setara.
Motivasi lain yang bikin Akbar punya tekad kuat menjadi senator adalah ingin membentuk jejaring (networking) dari tingkat lokal hingga internasional. Hal itu dikarenakan selama ini potensi daerah kesulitan menembus pasar nasional bahkan global.
Sekalipun tak punya jabatan mentereng untuk mempromosikan daerah, tetapi sebagai anak muda yang berkiprah lama di ibu kota dan memiliki kepekaan dengan potensi lokal daerahnya, Akbar justru membuktikan kekuatan networking-nya.
Kekuatan jejaring yang dimiliki oleh Akbar terletak di balik teka-teki orang terkaya di dunia versi Majalah Forbes 2022, Elon Musk, yang tampil secara virtual dan mengenakan batik Bomba—satu-satunya jenama kain tenun asal Sulteng—dalam agenda Business 20 Summit Indonesia, 14 November 2022, di Denpasar, Bali.
“Sekitar tengah malam, melalui seorang senior, saya dihubungkan dengan staf khusus Anindya Bakrie (petinggi KADIN/pimpinan Bakrie Group). Sebagai orang Palu, saya diminta untuk memesankan batik Bomba agar bisa dipakai oleh Elon Musk,” jelasnya.
Tak sekadar sampai di situ, kekuatan jejaring yang dimiliki oleh Akbar juga dibuktikan secara langsung oleh Nizar Rahmatu, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulteng.
Nizar yang menjadi salah satu panelis dalam dialog itu menyebut keberhasilan Akbar berkiprah di beberapa organisasi kepemudaan di ibu kota merupakan hal yang mustahil bisa diraih oleh generasi muda seusianya.
“Akbar ini anak muda ajaib. Saya ambil contoh organisasi kepemudaan (OKP) dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jakarta itu lebih dari 100, tapi Akbar mampu menjadi orang nomor dua sebagai sekretaris KNPI Jakarta. Saya kaget waktu dengar kabar itu. Rasanya tidak mungkin, tapi itu fakta,” imbuh Nizar.
Tak hanya punya jejaring dengan pengusaha dan tokoh-tokoh pemuda nasional, Akbar juga dengan mudah meminta waktu bersua dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo.
Permintaan ini menyusul permohonan KONI Sulteng yang punya misi membangun olahraga di Sulteng ketika Akbar berkonsolidasi di Parigi Moutong.
“Ibaratnya tangan kanan bersedekah, Akbar cuma pakai tangan kiri menelepon langsung Menpora Dito meminta agar Sang Menpora mau bertemu dengan KONI Sulteng. Alhamdulilah, beliau mau bertemu di atas tanggal 20 Mei, termasuk dengan rektor Untad, untuk membicarakan sport centre di Sulteng,” pungkasnya.
Soal kekuatan jejaring, anak muda macam Akbar seperti tidak ada duanya. Hal itu ditegaskan oleh panelis lainnya, Andi Karisma Datupalinge, seorang seniman lokal kenamaan.
Seperti kebanyakan generasi muda yang menyenangi seni, Akbar yang dikenal punya hobi bermusik, sejatinya turut mendukung industri kreatif dan produk seni, buah tangan seniman lokal.
“Sebagai pengrajin alat musik gitar, Akbar pernah membeli dua buah gitar buatan saya, dikirimkan ke salah satu musisi ternama Indonesia. Tentu kaget sekaligus gembira akhirnya produk lokal Palu bisa dikenal. Ini tentu jadi harapan banyak orang,” ucap Andi, yang lebih karib dengan nama panggung Aci The Box.
Tiga peran Akbar itu jarang disorot media, termasuk aktivitasnya menyantuni banyak orang, baik di Jakarta maupun Sulteng. Kegiatan sosial yang dilakoninya merupakan salah satu program utama Andi Agtas Foundation, di mana Akbar menjadi dewan pengawasnya.
Sebelum tersorot media terkait aktivitas politiknya, Akbar juga pernah disorot media massa nasional pada Juni 2022. Kala itu ia jadi buah bibir ketika menjadi pelapor kasus promo Holywings, yang diduga melakukan penistaan agama.
Banjir dukungan
Adin (20), salah satu peserta dialog, menaruh harapan tinggi untuk Akbar dalam misinya membangun Sulteng. Ia bahkan menantang agar Akbar berani menjajal kemungkin lain di jalur eksekutif.
“Apa iya dengan hanya menjadi anggota DPD bisa bangun daerah? Harapan saya, mengapa tidak mengambil lebih, mengapa bukan menjadi gubernur? Anak muda usia 24 tahun sudah mau memikirkan kemajuan Sulteng. Sesuatu yang langka dan luar biasa,” kata Adin.
Dukungan serupa berasal dari Thalib Pasande, warga Tatura Selatan, Palu. Ia bahkan mengajak 10 orang anggota keluarganya dari Ujuna untuk mendatangi kegiatan ini, sekaligus mendukung Akbar. Ia berharap agar Akbar memerhatikan kebudayaan lokal di Sulteng yang mulai tergerus zaman.
Tak hanya dukungan dari simpatisan, Akbar bahkan mendapat apresiasi dari tokoh pemuda dan pejabat lokal hingga nasional. Sejumlah pejabat lembaga tinggi negara ikut mengapresiasi sekaligus mendukung asa Akbar menuju parlemen Senayan.
Kehadiran Reny Lamadjido (Wakil Wali Kota Palu), Mohamad Irwan (Bupati Sigi), Moh. Hidayat Pakamundi (anggota DPRD Sulteng), Rezki Herdianti Ramadani (anggota DPRD Palu), dan sejumlah tokoh lainnya menyiratkan kekuatan jejaring dan karisma Akbar.
Menguatnya dukungan publik kepada Akbar setidaknya mulai kelihatan sejak Jumat, 12 Mei 2023, sekitar pukul 09.45 pagi.
Akbar resmi diterima menjadi salah satu calon senator daerah pemilihan (dapil) Sulteng, bersama satu kandidat lainnya yang ikut menggenapkan jumlah calon menjadi 15 orang. 13 kandidat lainnya telah mendaftar antara 2-11 Mei 2023.
Melansir situs Komisi Pemilihan Umum (KPU), Akbar berhasil mengantongi 3.247 dukungan dari total minimal dukungan 2 ribu pemilih, sesuai Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2022 pasal 8 ayat (2) huruf (b).
Bahkan, dukungan ini berada di posisi nomor wahid mengungguli belasan kandidat lainnya, termasuk senator incumbent dan sejumlah politisi gaek lainnya. Selain itu, ribuan dukungan ini tersebar di 13 daerah tingkat dua di Sulteng.
Dari 200-an peserta yang ikut memadati empat ruang tenda sarnafil dan beberapa blok area di sekitar panggung utama Taman GOR, justru dihadiri pelbagai generasi, dari muda hingga tua, kalangan pelajar hingga orang tua, ikut mengisi acara yang berlangsung sejak pukul 15.30-18.00 itu.
Fakta ini setidaknya jadi bukti bahwa anak muda Sulteng punya kans yang sama, bahkan lebih besar, untuk menduduki jabatan politik di level nasional—suatu capaian yang selama ini agaknya sulit—sebelum munculnya Akbar di gelanggang politik Sulteng.
Dukungan dari level elite hingga ke akar rumput, apalagi sampai mempertemukan pejabat dan warga sipil dalam satu tempat, menyiratkan betapa memikatnya Akbar bagi semua kalangan.