Berdiri sejak Tahun 2011, “Rumah Dua Jari” kini berusia 11 tahun. Awalnya yayasan nirlaba ini bernama "Ayo Sedekah Palu". Namun, selang dua tahun berjalan berubah nama menjadi Rumah Dua Jari.
Saat ditemui pada Jumat sore (9/12/2022), Dardi Dinata Arsyad selaku founder alias pendiri Rumah Dua Jari bercerita banyak tentang organisasi yang didirikannya ini. Pun tentang perubahan nama itu.
Alumni SMAN 1 Palu angkatan 2004 ini menjelaskan nama Rumah Dua Jari memiliki makna filosofi tersendiri yang lekat dengan identitas organisasi.
"Rumah" diartikan sebagai wadah berkumpul. Sedangkan "Dua Jari" merujuk pada analogi yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW, saat menggambarkan keutamaan bagi mereka yang suka menyantuni anak yatim.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah berkata, Aku dan Penyantun Anak Yatim akan sedekat ini di Surga. Rasulullah kemudian mengisyaratkan tangannya dengan merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya,” ungkapnya.
View this post on Instagram
Awal mula
Dardi menjelaskan di awal terbentuknya, aktivitas perkumpulan dikerjakan oleh dirinya dan teman SMA-nya. Kegiatan pertama adalah buka puasa bersama kaum duafa. Jumlah duafa yang akan diberikan makan kala itu lebih dari 100 orang.
Situasi itu sempat membuat Dardi dan kawan-kawannya khawatir; apakah bisa? Namun kenyataan berbicara lain. Donasi yang didapatkan ternyata lebih dari cukup. Bahkan berlebih. Kelebihan donasi ini, kemudian dibuatkan kegiatan sosial lainnya berupa bantuan pendidikan dan kesehatan.
Merasa adanya respons baik dan merasakan keberhasilan menggelar kegiatan sosial, “Ayo Sedekah Palu” kemudian fokus pada kerja-kerja sosial di bidang pendidikan dan dengan sasaran anak-anak dan kaum duafa.
Seiring melakukan aktivitas, nama "Ayo Sedekah Palu", juga turut dikenal. Puncaknya pada Tahun 2012, Dardi mendapat pesan pemberitahuan sekaligus ajakan. Isi pesan itu memberitahukan bahwa nama organisasi "Ayo Sedekah" sudah ada dan dirinya ditawarkan menjadi cabang dari organisasi itu.
“Saya tidak suka jadi cabang, tahun 2013, setelah dua tahun berdiri saya buatkan akta notaris (Rumah Dua Jari, red),” kata Dardi.
View this post on Instagram
Program kerja
Saat ini, Rumah Dua Jari punya 5 program. Di antaranya, Ramadhan Kita, Qurban Keroyokan, Klinik Dhuafa, Sharing is Caring, dan Kolaborasi Kebaikan.
Dalam kesehariannya, kerja-kerja Rumah Dua Jari banyak bersentuhan dengan pendidikan anak dari keluarga ekonomi lemah alias duafa. Seperti memberikan bantuan beri tas, baju sekolah, sepatu, dan peralatan sekolah lainnya.
Sejauh ini, ada 285 anak duafa telah dibantu. Sebanyak 195 anak mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan. Sedikitnya 179 anak juga menerima khitan secara gratis.
Adapula 2.730 keluarga telah menerima manfaat qurban, 49 guru ngaji telah diberdayakan, dan 359 anak telah difasilitasi untuk mengaji. Ini belum bermasuk ribuan anak yang telah menerima manfaat saat bencana dan saat Ramadan.
Di antara program yang terlah dilakukan dan berjalan saat ini, ada satu program yang berkesan paling kuat bagi Dardi. Yakni kegiatan Qur’an Camp. Pasalnya, program itu memberikan pengalaman berharga bagi anak-anak panti asuhan. Tidak sedikit juga menyisahkan cerita lucu.
"Jadi ada 100 anak panti asuhan kita kumpul di hotel selama 10 hari, 2 hari di Hotel Amazing. Anak-anak itu masuk dengan macam-macam kejadian. Ada yang boker bukan di kloset, ada juga yang teriak lantaran mandi air panas," ujar Dardi .
Di bidang kesehatan, kebanyakan anak-anak yang ditangani gizi buruk, kelainan jantung dan tidak punya anus. Tiga kondis medis ini, terang Dardi, paling banyak ditangani oleh Rumah Dua Jari.
Soal stunting, Dardi mengatakan pihaknya pernah menangangi kasus ini selama 12 pekan di Desa Malino, Kecamatan Banawa Selatan, Donggala. Aktivitas ini menghabiskan dana kurang lebih Rp380 juta.
Intervensi yang dilakukan pada kasus stunting di desa itu, di antaranya memberikan makanan tambahan bergizi bagi anak. Dardi ingat salah satu perawat yang mereka temui menyebut daerah itu dengan istilah "lumbung stunting".
View this post on Instagram
Wilayah dan model kerja
Rumah Dua Jari yang merupakan Non-Government Organization (NGO) nonprofit asli Tanah Kaili (lokal Sulawesi Tengah) ini, memiliki wilayah program yang mengacu pada jangkauan mereka. Daerah paling jauh yakni Mamuju dan Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Sementara untuk di Sulteng, hampir seluruh kabupaten dan kota sudah dijangkau. Paling jauh, menurut Dardi, program mereka ada di Tinombala, Kabupaten Parigi Moutong
Dalam kerja-kerjanya, Rumah Dua Jari mereka menggandeng banyak pihak. Kolaborasi menjadi kunci. Contoh sederhananya, ketika mereka mendampingi pasien duafa dan harus dirawat di Jakarta, maka mereka tetap mengandalkan jejaring di sana. Sebab ada kasus di mana pasien butuh banyak kantong darah.
Soal mekanisme bantuan, Dardi mengungkapkan sebelum memberi bantuan pihaknya membentuk tim survei untuk melihat kelayakan. Jika ditemukan layak untuk dibantu, maka akan ditindaklanjuti dengan penandatangan dokumen kesepakatan.
Sumber dana untuk operasional bantuan dan kantor, didapatkan sepenuhnya dari donasi. Dardi menyebut besaran donasi mnimal Rp50 ribu. Saat ini Rumah Dua Jari memiliki donatur tetap sekitar 1.000 orang.
Jumlah donatur paling banyak saat bencana terjadi, yakni mencapai 3.000 orang. Namun jumlah ini berkurang pascabencana dan selama masa pandemi. Ada juga donator temporer, yakni mereka yang menyumbang jika ada peristiwa atau kasus.
Dardi mengungkapkan jika melihat angka tersebut, maka ada asumsi bila nominal bantuan yang mereka kelolah adalah besar. Namun bila dibandingkan program kerja dan kebutuhan program, menjadi terasa sedikit. Misalnya, untuk bantuan program kesehatan bisa menghabiskan biaya Rp20-40 juta per orang. Biaya itu akumulasi waktu penanganan yang berlangsung hingga tahunan.
“Terkadang beberapa program harus mengalah,” terang Dardi.
Dia pun mengungkapkan ada macam-macam permintaan. Mulai dari bantuan bangun masjid sampai kepada permohonan beasiswa. Tapi proposal bantuan semacam itu masih menumpuk di kantor mereka.
Disinggung soal tantangan, Dardi mengakui bekerja dalam bidang sosial kemanusiaan memang tidaklah mudah. Namun alih-alih mengeluh, Dardi justru menceritakan beberapa kisah menggelitik.
Misalnya, pihaknya pernah dapat komplain dari seorang suami. Si istri mendampingi anaknya yang sakit dan berobat. Sang suami kemudian meminta agar istrnyai cepat dipulangkan. “Kasih pulang dulu istriku, sa so te tahan ini,” kata Dardi menirukan perkataan suami.
Ada juga pasien yang menggunakan uang bantuan untuk membeli rokok atau HP baru. "Habis uang beli kebutuhan, kami kirimkan lagi. Pas kami cek, ternyata beli rokok, ternyata hp baru," tambahnya.
Seberat apa pun tantangan yang dihadapi, Dardi mengaku ada banyak hal yang membuatnya memilih tetap bertahan di bidang ini. Salah satunya adalah cerita-cerita mengharukan seputar perjuangan dari orang-orang yang didampingi oleh Rumah Dua Jari.
Dardi mengenang di awal menjalan program bantuan pendidikan, dia mememukan seorang anak yang berjalan kaki sejauh 25 kilometer dari rumahnya di Desa Sidondo, Kabupaten Sigi, ke SMKN 3 Palu yang berlokasi di Kecamatan Lolo Selatan, Kota Palu.
Anak tersebut sehari-harinya berjalan kaki pulang-pergi sekolah dan rumah. Yang menakjubkan, menurur Dardi, anak tersebut tidak punya rekor terlambat. Kala itu si anak duduk di bangku Kelas XI dan hanya menggunakan sepatu butut yang dipakainya sejak SMP. Sementara "tas" sekolahnya adalah sarung yang diikat.
View this post on Instagram
Tekad bulat
Malang-melintang selama belasan tahun mengelola Rumah Dua Jari membuat Dardi tak luput dari tawaran untuk memimpin cabang NGO skala nasional di Kota Palu. Dengan posisi itu, Dardi ditawari gaji belasan juta. Namun Dardi menolaknya.
"Saya punya hutang sama orang, punya hutang program, punya hutang segala macam," jawabnya pada tawaran kala itu.
Dardi mengaku merasa cukup dengan gaji dari profesinya sebagai PNS di Kabupaten Donggala. Meskipun, kata Dardi, dirinya hanyalah PNS tanpa jabatan.
Kini Dardi fokus mengembangkan Rumah Dua Jari. Kondisi organisasi yang dirintisnya itu semakin membaik. Dari segi manajemen, komposisi SDM tim Rumah Dua Jari saat ini terasa pas. Fasilitas pun semakin lengkap.
Dardi mengatakan kini Rumah Dua Jari memiliki kantor sendiri, dua mobil ambulans, rumah singgah, dan tabung oksigen. "Sekarang sudah ada kantor, kalo dulu cuma rapat di depan rumahku," kata Dardi.
Niat memantapkan diri berada di bidang pelayanan kemanusiaan dan membesarkan Rumah Dua Jari terlihat dari sambutan yang diberikannya dalam kegiatan KolaborASIK (5/12/2022).
Dalam kegiatan yang berlangsung di Khan Studio, Jalan Tembang, Palu Barat, Dardi kerap menyebutkan Rumah Dua Jari sebagai Non-Goverment Organization (NGO) nonprofit asli tanah Kaili. Tidak hanya pada kegiatan tersebut, dalam berbagai kegiatan lain Dardi juga kerap menyatakan hal serupa.
“Kalimat ‘Yayasan asli tanah Kaili’ mungkin sebagian orang bilang fanatik golongan, tapi tidak, saya cuma ingin mengesankan bahwa Palu bisa. Di sini banyak orang jago tapi egonya kita kuat sekali. tidak bisa kolaborasi, makanya kita buat KolaborAsik, meskipun, yah, masih terkesan programku sendiri," terang Dardi.
View this post on Instagram
Cerita di balik hijrah
Rumah Dua Jari lekat dengan citra Islami. Mulai filosofinya hingga program kerjanya. Citra ini juga diperkuat dengan pribadi Dardi, yang dikenal sebagai seorang muslim yang taat.
Namun sosok Dardi hari ini, sangat berbeda dengan dirinya 14 tahun silam atau lebih lama dari itu. Dia mengaku saat duduk di bangku kelas 2 SMP, Dardi adalah member Palu Punk and Skin. Ada kewajiban nge-street yang juga dijalaninya. “Anti kemapanan padahal belum tahu apa itu kemapanan,” katanya sambil tertawa.
Dardi juga pernah jadi anak band. Kegiatan bermusiknya bertambah seturut keterlibatannya dalam Sanggar Seni Kaktus selama berkuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP Untad.
Perkara mengurusi organisasi, Dardi mengaku tidak punya banyak pengalaman. Sekadar sebagai kepala Divisi Musik Sanggar Seni Kaktus FISIP Untad. Selain itu, materi mengorganisir ia dapat saat duduk di bangku perkuliahan.
Dari mengenang titik balik dalam hidupnya saat mendapatkan ajakan naik haji tahun 2007. Permintaan ibunya itu dihadapinya dengan dilematis. Sebab, dirinya berasa bukan orang suci karena masih suka minum minuman alkohol.
Dia mengenang kala itu rumahnya masih sering menjadi tempat nongkrong kawan-kawannya. Tak jarang botol-botol minuman beralkohol jadi suguhan.
Namun, kehidupan Dardi berubah drastis ketika sang ibu meninggal pada 2008. Jambul ala anak punk hilang dari style-nya. Ia mulai belajar mengaji Alquran. Muncul pula keinginan bantu orang lewat sedekah. Kisah hijrah Dardi yang menjad cikal bakal lahirnya Rumah Dua Jari.
View this post on Instagram
Tanpa gaji
Dardi mengaku pernah berada di titik jenuh Sekitar 2016, Rumah Dua Jari dilanda konflik internal. Drama membuatnya lelah dan berpikir untuk mengumumkan bahwa Rumah Dua Jari tutup melalui Twitter.
"Kayaknya jadi orang bae bukan sa punya bakat. Saya pikir seadanya dan semampunya saja bantu orang. Untung ada istriku yang mencegah," ungkap Dardi.
Sebuah keputusan yang terbukti tepat. Pasalnya tak lama kemudian panggilan telepon datang beruntun. Banyak yang meminta bantuan Rumah Dua Jari.
Bagi Dardi, Rumah Dua Jari serupa tempat menebus dosa. Apa yang dilakukannya semata-mata beribadah dengan niatan lurus.
Namun, dia tidak menampik jika ada orang yang berprasangka bahwa organisasi kemanusiaan yang dibangunnya ditujukan untuk keuntungan materil alias profit. Olehnya, kini Dardi memutuskan mengurusi Rumah Dua Jari tanpa menerima gaji.
Hal ini juga merespons makin besarnya Rumah Dua Jari. Per tahun 2022, uang yang dikelola oleh Rumah Dua Jari untuk menjalankan program kerja tembus Rp1 miliar.
Dardi mengungkapkan pada 2021, sebesar 9% dari uang yang ada digunakan untuk operasional kantor Rumah Dua Jari.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan Pasal 6 ayat (1).
Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa penggunaan dana operasional maksimal 10% dari hasil pengumpulan sumbangan.
Adapun segala aktivitas atau program yang dilaksanakan Rumah Dua Jari bisa ditengok melalui akun Instagram @rumahduajariofficial.