Selama dua pekan, antara 16-29 Desember 2022, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulteng menerima pendaftaran bakal calon perseorangan untuk Pemilu 2024. Mereka yang telah mendaftar kini berstatus bakal calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Hingga hari terakhir pendaftaran, ada 30 nama yang telah mendaftarkan diri dan menyetor persyaratan dukungan minimal. Proses ini bakal berlanjut pada serangkaian tahap verifikasi administrasi dan faktual; lalu akan bersambung ke agenda penetapan calon sementara pada 11 September 2023.
Dalam proses pendaftaran, para bakal calon senator harus menyetorkan 2.000 Kartu Tanda Penduduk (KTP) plus pernyataan dukungan, yang sebarannya bersumber pada setidaknya 7 dari 13 kabupaten dan kota di Sulteng.
Dari 30 nama yang terdaftar, dua di antaranya berstatus petahana yakni Lukky Semen dan Abdul Rahman Thaha. Sementara itu, Ahmad Saifullah Malonda, senator periode 2014-2019, pemilik suara terbanyak keenam pada hasil rekapitulasi suara calon DPD RI Perwakilan Sulteng pada Pemilu 2019 yang berpotensi jadi PAW menggantikan Almarhum Shaleh Aldjufri juga kembali maju.
Pun tentu saja ada sejumlah nama pendatang baru. Beberapa dari mereka juga tak bisa dipandang sebelah mata.
Tutura.Id memilih dan menyajikan profil singkat dari lima pendatang baru dalam proses pencalonan senator Sulteng.
Kami mengajukan kelima tokoh ini, antara lain dan terutama, melihat latar belakang mereka serta mempertimbangkan sejumlah isu penting di Sulteng, mulai dari konflik agraria, kemiskinan, infrastruktur, hingga perkara pendidikan dan kepemudaan.
***
View this post on Instagram
Eva Bande
Eva Susanti Hanafi Bande dikenal sebagai perempuan aktivis. Ia sudah berada di garis perjuangan pada isu agraria, lingkungan, dan hak asasi manusia sejak masa senjaka Orde Baru, semasa jadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tadulako. Lantaran aktivismenya, Ketua Front Rakyat Advokasi Sawit (FRAS) ini pernah dibui.
Semua bermula dari aktivitasnya mendampingi warga Kecamatan Toili, Banggai. Sejak 2002, petani Toili berkonflik dengan PT Kurnia Luwuk Sejati (KLS), perusahaan sawit yang dianggap mencapok tanah warga. Pencaplokan lahan ini bahkan melibatkan tentara dan polisi.
Puncak konflik terjadi pada 26 Mei 2010, saat PT KLS menutup akses warga menuju lahan mereka. Hal ini memicu kemarahan warga yang berujung pada pembakaran alat berat milik PT KLS. Eva bersama puluhan orang lainnya ditangkap. Ia dituding sebagai provokator.
Eva divonis empat tahun penjara. Belakangan, ia beroleh grasi dari Jokowi, tepat pada Hari Ibu, 22 Desember 2014. Atas sikap dan keberaniannya, Eva beroleh Yap Thiam Hien Award 2018, satu penghargaan prestisius bagi para pejuang hak asasi.
Sulteng punya potensi masalah berulang di sektor agraria dan lingkungan. Eva bisa jadi harapan untuk menyuarakan dan memperjuangkan hak petani, nelayan, dan kaum miskin perkotaan yang kerap jadi korban dalam dua isu tersebut.
Rinaldy Damanik
Rinaldy Damanik, atau lebih dikenal sebagai Pendeta Damanik, bukanlah “orang baru” di mata publik Sulteng. Ia jadi salah satu tokoh penting selama konflik kemanusiaan yang terjadi di Poso pada awal 2000-an.
Mantan koordinator Crisis Centre Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) ini juga sempat divonis 3,5 tahun karena dituduh memiliki senjata api (senpi) kala mengevakuasi korban kerusuhan di Desa Mayowa, Kabupaten Morowali.
Pendeta Damanik juga aktif mengikuti berbagai agenda lembaga sosial, agama, dan kemanusiaan di level nasional maupun internasional. Ia juga jadi salah satu deklarator perdamaian Poso yang dikenal sebagai Deklarasi Malino pada 2001.
Pendeta Damanik punya potensi untuk menjadi tumpuan bagi Sulteng yang rawan tegangan horizontal selama dua dekade ke belakang. Ia bisa jadi wajah kelompok minoritas agama dengan komitmen kuat atas kemanusiaan, toleransi, dan pluralisme.
View this post on Instagram
Andi Aril Pattalau
Andi Aril Pattalau mulai dikenal luas oleh publik tatkala didapuk menjadi tenaga ahli Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura pada awal 2021. Dia bahkan diberi posisi kepala sekretariat tenaga ahli yang berisikan 12 personel.
Andi konon banyak berkontribusi dalam perjalanan Rusdy Mastura mencapai kursi Sulteng-1. Semasa Pilkada 2020, ia memang banyak tampil sebagai ketua tim Aliansi Relawan Rusdy Mastura (ALARM).
Selama ini Andi kerap bergelut dalam isu ekonomi perdesaan. Ia banyak taruh perhatian pada topik badan usaha dan koperasi di level perdesaan. Ia juga memimpin Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), organisasi yang berfokus pada pengembangan usaha kecil.
Andi bisa memanfaatkan penguasaannya pada isu ekonomi perdesaan sebagai keunggulan. Bila kelak terpilih, warga Sulteng tentu saja boleh berharap pada gagasan-gagasannya di bidang ekonomi, terutama guna mengatasi perkara kemiskinan dan lapangan pekerjaan di Sulteng.
View this post on Instagram
Syaifullah Djafar
Syaifullah berlatar belakang seorang birokrat. Alumnus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini sudah menekuni karier sebagai birokrat sejak 1990.
Ia mulai menititi karier di Sulteng pada 1991, persisnya di Kabupaten Poso. Namanya mulai mengkilap saat Longki Djanggola menjabat sebagai bupati Parigi Moutong. Pada 2004, Syaifullah diplot Longki menjadi kepala Bidang Prasarana Wilayah di Dinas Prasarana Wilayah Parigi Moutong.
Saat Longki jadi gubernur Sulteng, Syaifullah turut naik kelas. Tak heran bila dirinya kerap disebut sebagai salah satu "orang dekat" Longki. Ketua Kerukunan Keluarga Gorontalo Sulteng ini menjadi kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Sulteng pada 2011. Selanjutnya, ia menjabat sebagai Kepala Dinas Binamarga dan Penataan Ruang Wilayah Sulteng, hingga pensiun pada 2022.
Pengalaman Syaifullah sebagai birokrat berlatar belakang teknik, dan banyak bergelut di sektor infrastruktur, bisa jadi andalan dalam kompetisi menuju Senayan. Lebih-lebih bila mengingat Sulteng masih punya pekerjaan rumah ihwal infrastruktur penghubung, seperti jalan dan jembatan.
View this post on Instagram
Mohammad Akbar Supratman
Akbar merupakan anak dari Supratman Andi Atgas, anggota DPR RI asal Sulteng.
Pria berusia 24 tahun ini banyak meniti karier keorganisasian di ibu kota. Ia tercatat sebagai sekretaris SAPMA Pemuda Pancasila DKI Jakarta. Ia juga merupakan sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) DKI Jakarta.
Namanya jadi buah bibir media nasional pada Juni 2022, saat menjadi pelapor dalam kasus promo Holywings, yang diduga melakukan penistaan agama. Ia konon ikut berperan mempromosikan batik bomba, termasuk saat baju dengan motif kebanggaan warga Sulteng itu dipakai orang paling tajir sejagat, Elon Musk.
Meski begitu, pemberitaan tentangnya tak selalu manis. Ia pernah pula disorot lantaran melanggar aturan ganjil genap di ibu kota.
Bila kelak resmi jadi calon senator, mengikuti Pemilu 2024, dan terpilih, Akbar bisa jadi tumpuan Sulteng terutama dalam isu kepemudaan serta pendidikan.
akbar supratman eva bande syaifullah djafar pendeta damanik andi aril pattalau dpd senator dewan perwakilan daerah sulteng politik pemilu 2024