Tingkat kegemaran membaca warga Sulteng
Penulis: Anggra Yusuf | Publikasi: 28 Februari 2023 - 15:16
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Tingkat kegemaran membaca warga Sulteng
Penyediaan Pojok Baca oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (DKP) Palu di Taman GOR, Jl. Moh. Hatta, Besusu (Ken Tsuyoshi/Tutura.Id)

Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI pada awal Januari 2023 merilis hasil penelitian Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Indonesia tahun 2022.

TGM adalah tingkat perilaku atau kebiasaan masyarakat dalam memperoleh pengetahuan dan informasi dari berbagai bentuk media.

Survei ini melibatkan 11.158 reponden yang tersebar di 102 kabupaten/kota. Perhitungan TGM didasari lima aspek, yakni frekuensi membaca per pekan, jumlah bahan bacaan per triwulan, durasi membaca (jam/hari), frekuensi akses internet, dan durasi akses internet (jam/hari).

Klasifikasi berdasarkan skala nilai yang digunakan TGM terbagi  mulai dari “sangat rendah” (nilai 0-20), “rendah” (20,1-40), “sedang” (40,1-60), “tinggi” (60,1-80), dan “sangat tinggi” (80,1-100).

Termaktub dalam laporan tersebut TGM masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) mendapatkan skor 56,86 yang menempatkannya di posisi 30 dari 34 provinsi. 

Berdasarkan aspek-aspek yang jadi indikator penilaian, warga Sulteng punya kebiasaan membaca 4 kali per pekan, melahap 4-5 buku per triwulan, durasi membaca 1 jam, 27,7 menit per hari, frekuensi mengakses internet 5 kali per minggu, dan durasi berselancar internet 1 jam 51,8 menit per hari.

Dibandingkan hasil survei yang sama tahun sebelumnya, perolehan skor Sulteng hanya naik 0,53. Alhasil posisi Sulteng masih belum beranjak dari kategori “sedang”.

Meskipun nilai TGM naik, secara umum kesadaran membaca warga Sulteng masih kurang dibandingkan sebagian besar provinsi lain.

Perihal minat baca masyarakat Sulteng yang masih rendah juga diakui Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusarda) Provinsi Sulteng Drs. I Nyoman Sriadijaya MM. Penandanya terlihat dari masih rendahnya jumlah kunjungan masyarakat ke perpustakaan daerah yang terletak di Jalan Banteng, Birobuli Selatan.

Merujuk Renstra Dispusarda Prov. Sulteng 2021-2026, data pengunjung perpustakaan daerah berdasarkan segmen masyarakat pengguna periode tahun 2020 sebanyak 27.396 orang. Sedangkan data buku dipinjam periode 2020 mencapai 7.654 buku. Menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 11.651 buku.

Jumlah kunjungan di Kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (DKP) Palu, Jalan Kakatua, Tanamodindi, pada tahun 2020 tercatat sebanyak 1.658 orang. Juga menyusut dibandingkan periode tahun sebelumnya yang mencapai 2.597 orang.

Padahal membaca punya banyak manfaat, mulai dari menambah pengetahuan dan wawasan, meningkatkan kualitas memori, mencegah penurunan fungsi kognitif, hingga membantu meningkatkan kemampuan menulis.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatrol minat baca masyarakat Sulteng. Salah satunya dengan menyediakan perpustakaan keliling. Ada tiga unit mobil perpustakaan keliling yang saat ini dimiliki Dispusarda Sulteng jika merujuk Rencana Strategis mereka periode 2021-2026.

DKP Kota Palu juga mendirikan pojok baca digital (pocadi) di dalam baruga Lapangan Vatulemo, depan kantor Wali Kota Palu, Jalan Balai Kota. Warga bisa mengaksesnya secara daring dan luring.

Segala ikhtiar tersebut dilakukan demi mengatrol minat baca warga sekaligus mendekatkan akses terhadap ketersediaan buku.

Tak hanya pihak pemerintah, upaya meningkatkan minat baca di tingkat lokal juga dilakukan oleh para pegiat literasi. Semisal membuka lapak baca di titik-titik keramaian atau ruang terbuka hijau. Berbagai jenis bahan bacaan dihadirkan, mulai dari buku anak-anak hingga buku yang diminati anak muda sekarang ini.

Salah satu sudut ruangan perpustakaan yang sepi pengunjung (Shutterstock)

Indonesia darurat ketersediaan buku

Ada enam provinsi lain yang sama dengan Sulteng masuk kategori “sedang” terkait TGM, yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Sementara provinsi sisanya masuk level “tinggi” dengan Yogyakarta sebagai pemuncak dengan total nilai 72,90. Warga Kota Pelajar membaca 5-6 kali per pekan dengan rerata durasi 1 jam, 51,1 menit per hari.

Untuk skala nasional, TGM masyarakat Indonesia tahun lalu masuk kategori “tinggi” dengan total nilai 63,90. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 59,52. Kenaikan nilai tersebut juga diiringi perbaikan kategori dari “sedang” menjadi “tinggi”.

Target yang hendak dicapai pada tahun 2024  sesuai dengan Perencanaan Strategis Perpusnas RI 2020-2024 adalah sebesar 71,30. 

Secara umum, hasil TGM Indonesia menunjukkan rata-rata waktu membaca masyarakat selama 1 jam 37,8 menit per hari. Frekuensi membaca masyarakat Indonesia sebanyak lima kali per minggu, serta durasi akses internet 1 jam 57 menit/hari.

Perkembangan literasi masyarakat di Indonesia salah satunya tergantung kepada kegemaran membaca masyarakat.

Oleh karena itu, penting untuk terus berusaha agar membaca jadi budaya masyarakat. Mengakar jadi kebiasaan atau gaya hidup. Senada dengan agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Penguatan budaya literasi termasuk kegiatan prioritas nasional.

Agar misi tersebut berhasil, perlu ada kolaborasi berbagai pihak. Kadis DKP Kota Palu Syamsul Saifuddin, misalnya, mengatakan turut menggandeng pegiat literasi dari taman baca masyarakat.

DKP juga berjanji menyasar masyarakat yang berada di wilayah-wilayah terpencil melalui program transformasi perpustakaan inklusi.

Persoalan literasi di Indonesia juga harus dilihat secara komprehensif mulai dari hulu hingga hilir. Sebab masih banyak persoalan yang harus diselesaikan, mulai dari soal penulisan, penerbitan, distribusi, dan regulasi di sisi hulu, hingga rendahnya kegemaran membaca, rendahnya indeks literasi, ketimpangan rasio buku dan jumlah penduduk, anggaran terbatas, dan kurangnya pustakawan di bagian hilir.

Gol A Gong, penulis novel Balada Si Roy, dalam wawancaranya bersama liputan6.com (12/1/2023) pernah menyinggung soal ketimpangan buku di Indonesia.

Menurut pria yang sekarang menjadi Duta Baca Indonesia ini, TGM masyarakat Indonesia rendah lantaran ketersediaan buku yang sedikit. “Kenapa? Karena enggak ada penulisnya,” ujarnya.

Jumlah buku yang ada di perpustakaan dengan jumlah penduduk juga sangat timpang. Koleksi di perpustakaan-perpustakaan daerah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk rasionya adalah 1:90. Artinya 1 buku ditunggu oleh 90 orang. Padahal idealnya menurut standar UNESCO, Indonesia memerlukan tiga buku untuk setiap orang per tahunnya.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Gol A Gong sempat riset ke Palu untuk bahan penulisan Balada Si Roy
Gol A Gong sempat riset ke Palu untuk bahan penulisan Balada Si Roy
Gol A Gong, penulis novel Balada Si Roy, untuk keempat kalinya menjejakkan kaki di Palu.…
TUTURA.ID - Menghadirkan khazanah bacaan anak berbahasa daerah Sulteng
Menghadirkan khazanah bacaan anak berbahasa daerah Sulteng
Kepala Badan Balai Bahasa Sulteng menyebut penerbitan 32 buku cerita anak berbahasa daerah ini sebagai…
TUTURA.ID - Menyambangi Koleksi Deposit; ruang terbitan lokal di Perpusda Sulteng
Menyambangi Koleksi Deposit; ruang terbitan lokal di Perpusda Sulteng
Tutura.Id berkesempatan melihat koleksi terbitan lokal di Perpustakaan Daerah Sulteng. Koleksi lokal ini menempati satu…
TUTURA.ID - Festival Literasi Central Celebes 2022 masih sepi pengunjung
Festival Literasi Central Celebes 2022 masih sepi pengunjung
Salah satu seniman yang mengikuti rangkaian Festival Literasi Central Celebes 2022 berharap promosi acara tersebut…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng