Membela Palestina; meneguhkan komitmen kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan
Penulis: Mohammad Africhal | Publikasi: 3 Juni 2024 - 16:18
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Membela Palestina; meneguhkan komitmen kemanusiaan, kebangsaan, dan keagamaan
Seorang anak ditemani ayahnya membentangkan bendera Palestina. Zionis Israel tak kunjung henti menggempur wilayah Palestina | Foto: Hosny Salah/Pixabay

Kapan kita akan memulai? Kapan kita akan peka terhadap penderitaan sesama? Apakah karena masyarakat Palestina tidak pernah berinteraksi dengan kita secara langsung, lalu kemudian hati kita tidak tergerak untuk bersimpati dengan keadaan mereka?

Apakah karena mereka bukan bagian dari negara kita, lalu kita mengabaikan jeritan penderitaan yang sedang mereka rasakan?

Kemanusiaan kita hari ini tengah diuji oleh peristiwa yang dialami oleh bangsa Palestina. Kekejaman dan pelanggaran HAM berat sedang dipertontonkan oleh Israel dan sekutunya. Memperlihatkan kepada masyarakat dunia sebuah genosida yang tidak ada bandingannya di abad ke-21 ini.

Sejak awal ekspansinya di tahun 2023, sudah ratusan ribu nyawa hilang percuma. Kekeringan, kelaparan, penyakit, bisa dikatakan semua jenis kepayahan hidup dirasakan oleh masyarakat Palestina berbulan-bulan lamanya.

Informasi ini telah kita baca di berbagai media massa, kita tonton di stasiun-stasiun televisi, berlalu-lalang di TikTok dan Instagram kita.

Lalu, alasan apa lagi yang membuat kita tidak tergerak untuk memberikan simpati dan sumbangsih kepada warga Palestina yang berharap uluran tangan siapa pun yang bisa meringankan beban mereka.

Apa yang bisa kita lakukan? Saya tidak sedang berbicara peran organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, tidak sedang menyorot peran negara, dan tidak sedang mengharapkan gerakan dari ormas-ormas besar yang memiliki pengaruh.

Saya sedang berbisik kepada diri saya, individu per individu, keluarga, teman, tetangga, siapa pun yang berinteraksi dengan saya.

Akan saya sampaikan pesan itu walau berulang-ulang. Walau sudah begitu jelasnya. Sebagai tanggung jawab kemanusiaan, persaudaraan, dan menjalankan amanat konstitusi sebagai warga negara Indonesia.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Embassy of Palestine in Indonesia (@palestineembassy.id)

Kurang lebih ada tiga alasan paling dasar mengapa kita harus terus membela bangsa Palestina dan bangsa-bangsa yang tertindas lainnya.

Yang pertama adalah komitmen kemanusiaan kita sebagai manusia. Dorongan inilah yang membuat kebanyakan manusia di belahan bumi ini tergerak untuk memebela dan melakukan aksi-aksi kemanusiaan.

Secara fitrawi, tidak ada manusia yang tega melihat sesamanya disiksa, dibunuh, atau tindakan-tindakan merendahkan harkat dan martabat manusia lainnya. Kecuali manusia yang telah kehilangan jati dirinya sebagai manusia.

Ketika tindakan-tindakan genosida yang dilakukan oleh zionis Israel dibiarkan atau didiamkan tanpa mendapatkan respons yang keras oleh masyarakat dunia, maka akan mengakibatkan terancamnya eksistensi nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Genosida dan penjajahan akan menjadi suatu yang normal dan biasa saja.

Alasan selanjutnya berkaitan dengan komitmen kebangsaan. Indonesia sebagai bangsa yang juga pernah merasakan penjajahan, seperti tertuang dalam pembukaan UUD 1945, punya sikap tegas mendukung dihapuskannya penjajahan di atas dunia karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Oleh karena itu, membela bangsa-bangsa terjajah seperti Palestina, dengan skala dan kemampuan kita masing-masing, pada hakikatnya merupakan upaya menjalankan dan melaksanakan perintah konstitusi negara.

Apalagi dalam sejarah awal kemerdekaan Republik Indonesia, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Terakhir, komitmen keagamaan kita. Dalam konsep agama-agama yang ada di dunia ini, tidak ada yang mengajarkan dan membenarkan tindakan pembunuhan atau kekejaman terhadap manusia lainnya. Sebab hakikat semua agama adalah kemanusiaan.

Tanah Palestina bukan hanya tanah yang suci bagi agama Islam, tapi juga bagi umat Kristen dan Yahudi, turut merasakan dampak serangan membabi-buta yang digencarkan zionis Israel.

Karena tujuan utama dari pendudukan dan genosida yang dilakukan zionis Israel adalah mengusir dan membumi hanguskan seluruh penduduk Palestina dengan cara yang keji tanpa menghiraukan hak asasi manusia. Pun imbauan PBB untuk menghentikan aktivitas pembunuhan yang mereka lakukan.

Sikap bebal zionis Israel jadi bukti nyata bahwa mereka bukanlah manusia. Dus, tidak ada alasan lagi bagi masyarakat dunia untuk memberi perhatian dan simpati kepada penderitaan warga Palestina sesuai skala dan kemampuan masing-masing.

Semoga kemerdekaan bangsa Palestina segera tiba. Free Palestina!

Mohammad Africhal, Ketua HMI (MPO) Cabang Palu periode 2024-2025

Catatan redaksi: Tulisan opini merupakan pandangan pribadi penulis. Tutura.Id menerima tulisan berbentuk opini sebagai usaha untuk memperkaya perspektif dalam melihat sebuah fenomena dan isu tertentu.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Berharap Kota Palu ramah bagi penyandang disabilitas
Berharap Kota Palu ramah bagi penyandang disabilitas
Pembangunan infrastruktur di Kota Palu pascabencana 2018 sedang gencar. Menyisakan harap agar ramah terhadap penyandang…
TUTURA.ID - Sunardi Katili: Segera tutup PLTU batu bara captive di Morowali
Sunardi Katili: Segera tutup PLTU batu bara captive di Morowali
Direktur Eksekutif Walhi Sulteng Sunardi Katili menilai Perpres 112/2022 tak berdaya mengintervensi industri yang menggunakan…
TUTURA.ID - Bela lingkungan seharga nyawa; bayang-bayang kekerasan terhadap aktivis
Bela lingkungan seharga nyawa; bayang-bayang kekerasan terhadap aktivis
WALHI Sulteng mencatat ada delapan kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap…
TUTURA.ID - Ikhtiar menuntaskan kasus Munir; tak boleh (lagi) setengah hati
Ikhtiar menuntaskan kasus Munir; tak boleh (lagi) setengah hati
Komnas HAM pastikan tim ad hoc kasus Munir akan bekerja per Januari 2023. Ada optimisme…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng