Mengenal sistem penanggalan: Mulai dari Pranatamangsa hingga Gregorian
Penulis: Anggra Yusuf | Publikasi: 31 Desember 2022 - 14:47
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Mengenal sistem penanggalan: Mulai dari Pranatamangsa hingga Gregorian
Kalender Masehi alias Gregorian yang banyak digunakan sekarang berasal dari awal abad ke-16 (Foto: Kwangmoozaa/Shutterstock)

Menghitung hari, detik demi detik. Masa kunanti apa kan ada,” dendang Krisdayanti dalam bait pembuka lagu berjudul “Menghitung Hari” ciptaan Melly Goeslaw.

Sebelum milenium ketiga, mayoritas orang menyandarkan hitungan pergantian hari, bulan, dan tahun dari lembaran-lembaran kalender cetak alih-alih digital.

Biasanya terbuat dari kertas glossy. Ada pula yang bahannya dari kertas tipis. Biasanya memuat tanggal full setiap hari dalam setahun. Bantalannya dari tripleks.

Alhasil setiap hari berganti hal pertama yang harus dilakukan penghuni rumah adalah menyobek lembar tanggal yang telah lewat. Boros kertas? Pasti.

Lalu, ada lagi bentuk kalender lain yang lebih laris manis penjualannya. Tiap lembar berisi rentang sebulan, maksimal tiga bulan. Jadi lebih hemat sampah kertas.

Alasan yang bikin kalender jenis ini menjadi incaran karena bagian atasnya memajang foto-foto pesohor yang jadi idola pada masanya. Tak jarang juga berisi foto model-model dengan busana serba minim nan terbuka. Bikin syur yang melihat.

Lazimnya menjelang pergantian tahun seperti sekarang, ramai orang wira-wiri membeli kalender. Sejumlah toko, instansi, atau lembaga terkadang membagikannya gratis sebagai suvenir.

Beberapa majalah cetak, khususnya yang menyasar pembaca remaja, kerap juga menyisipkan bonus akhir tahun berupa kalender dengan bentuk menyerupai lembaran poster.

Pembaca budiman yang sempat mengalami era rajin memelototi kalender model tadi anggap sebagai nostalgia. Asas tulisan ini memang hendak membawa kita untuk meneroka sejarah lahir dan dipergunakannya sistem penanggalan.

Kalender lawas yang dijual via akun Instagram @abene_vintage. Aktris Febby Lawrence jadi model dalam tiap lembarannya 

Sistem kalender di Nusantara

Selain tarikh Masehi, ada beberapa kalender lain yang telah lama digunakan atau menjadi basis lahirnya sistem almanak di Nusantara.

Untuk menyebut contoh, ada Imlek alias Kalender Cina. Perayaan tahun barunya juga kini ditetapkan sebagai hari libur, laiknya Masehi dan Hijriah.

Lalu ada Kalender Saka yang berasal dari India. Masuk ke tanah air seiring berkembangnya pengaruh Hindu. Namun, oleh suku Jawa dan Bali kalender ini dimodifikasi. Penanggalan Saka dimulai pada 2 Maret 78 dalam tarikh Masehi.

Beberapa abad kemudian setelah Islam masuk, hadir almanak Hijriah. Permulaannya resmi berlaku sejak Umar bin Khattab menjadi khalifah. Momen hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah jadi penentuan tahun pertama (622 Masehi).

Ketika Sultan Agung berkuasa di Mataram Islam pada abad ke-17, ia mengadopsi penanggalan Saka, Julian, dan Hijriah menjadi Kalender Jawa.

Ada lagi yang namanya Pranatamangsa. Artinya penata waktu. Sri Susuhunan Pakubuwono ke-VII (1796-1858) membakukan penggunaan kalender ini pada abad ke-19.

Penentuan tarikh dalam Pranatamangsa berdasarkan hasil pengamatan terhadap benda langit dan siklus alam, semisal pergantian musim tanam, perilaku binatang, arah angin, kelembaban, curah hujan.

Kalender ini memuat 365 atau 366 hari dalam setahun yang juga terbagi 12 bulan, mulai dari Kartika, Pusa, Manggasri, Sitra, Manggala, Naya, Palguna, Wisaka, Jita, Srawana, Padrawana, dan Asuji.

Penghuni Tatar Sunda berabad lampau mengenal tiga jenis penanggalan, yaitu Suryakala (berbasis matahari), Chandrakala (berbasis bulan), dan Sukrakala (berbasis kedudukan bintang).

Suku Bugis—juga Makassar—di Sulawesi Selatan mengembangkan Kalender Bugis hasil penyelarasan dari kalender Masehi dan Hijriah. Tahun baru dirayakan setiap 1 Sarawanae (16 Mei)

Kalender Gregorian hadir menyempurnakan Kalender Julian yang ternyata menyimpan kesalahan perhitungan dalam jangka panjang (Sumber: thesplendorofthechurch.com)

Gregorian yang jadi referensi umum

Takwim yang kita gunakan sekarang dan menjadi acuan banyak negara berasal dari Kalender Gregorian. Orang lebih sering menyebutnya Kalender Masehi. Alasannya karena permulaan tahunnya diasumsikan saat kelahiran Isa Al-Masih (Yesus Kristus).

Berdasarkan pembagian tersebut, sebelum tahun 1 disebut SM (Sebelum Masehi), BC (Before Christ), atau BCE (Before Common Era). Sebaliknya, tahun sesudahnya mendapat bubuhan M (Masehi), AD (Anno Dominii), atau CE (Common Era).

Kalender Gregorian atau Gregorius diusulkan pertama kali oleh Aloysius Lilius, seorang pakar matematika asal Napoli, Italia. Usulan tersebut mendapat lampu hijau dari Paus Gregorius XIII, pemimpin tertinggi umat Katolik. Dengan bantuan astronom Christopher Clavius, Kalender Gregorian resmi diberlakukan pada 24 Februari 1582.

Selama berabad-abad sebelumnya, penggunaan Kalender Julian menjadi referensi warga Kerajaan Romawi dan seluruh Eropa. Sistem penanggalan ini hasil rancangan astronom Sosigenes asal Yunani pada masa pemerintahan Julius Cesar (49-44 SM).

Penamaan bulan dalam Kalender Julian sebagian besar masih mengacu Kalender Romulus, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Romawi. Ada penambahan Ianuarius dan Februarius untuk mencukupkan setahun menjadi 12 bulan.

Ketika Julius Cesar tewas dalam sebuah skenario pembunuhan di ruang senat pada 15 Maret 44 SM, Kaisar Agustus sebagai penerus takhta mengganti nama Bulan Quintilis menjadi Juli untuk mengenang nama sang pendahulu yang juga adalah ayah angkatnya.

Nama Bulan Sextilis juga digubahnya menjadi Agustus merujuk gelarnya yang berarti raja. Nama aslinya Gaius Octavius.

Seiring perjalanan waktu, terkuak bahwa sistem penanggalan Julian makin lama ternyata tidak sinkron dengan perubahan musim.

Permulaan musim dirasakan makin maju dan akibatnya perayaan Paskah yang sudah disepakati sejak Konsili Nicea I pada 325 juga ikut bergeser.

Hal ini yang memicu disetujuinya Kalender Gregorian sebagai pengganti Kalender Julian.

Sistem penanggalan Gregorian berdasarkan siklus pergerakan semu matahari yang lamanya rata-rata adalah 365, 242199 hari.

Ketika awal diterapkan, Kaisar Agustus memotong 10 hari dari kalender yang saat itu sedang berlangsung demi menyelaraskan kembali perhitungan hari sesuai pergantian musim.

Bayangkan bingungnya orang-orang mendapati hari ini masih tanggal 4 Oktober 1582, eh, besoknya sudah 15 Oktober.

Sistem penanggalan baru ini juga menetapkan aturan baru tentang penentuan kabisat (setahun terdiri dari 366 hari). Setiap empat tahun sekali (tahun yang bisa dibagi empat), akan mendapat penambahan ekstra satu hari di Bulan Februari.

Namun, tahun-tahun yang bisa dibagi 100 bukanlah tahun kabisat, kecuali bisa dibagi dengan 400. Lumayan ribet, kan?

Artinya sistem almanak Gregorian alias Masehi butuh proses panjang dan berliku untuk bisa mencapai tahap ideal seperti sekarang. Pernah juga mengalami beberapa perbaikan karena adanya kesalahan di dalamnya.

Ketika pertama diumumkan, bahkan oleh otoritas gereja dan kerajaan besar sekalipun, tidak serta merta semua orang mengikutinya.

Banyak warga dunia yang menolak. Kalender Masehi butuh waktu sekira tiga abad untuk diterima sebagai rujukan utama sebagai penanda waktu dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan merujuk Undang-undang Kekawulaan Negara Belanda (Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap), Kalender Masehi baru dipakai secara resmi di tanah air pada 1910.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
4
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Sumbangsih etnis Tionghoa mendirikan sekolah multikultural di Lembah Palu
Sumbangsih etnis Tionghoa mendirikan sekolah multikultural di Lembah Palu
Kiprah etnis Tionghoa dalam dunia pendidikan di Lembah Palu tersua melalui bekas gedung sekolah Chung…
TUTURA.ID - Ihwal semarak kembang api dalam perayaan malam tahun baru
Ihwal semarak kembang api dalam perayaan malam tahun baru
Merayakan malam tahun baru seolah tak afdal tanpa pendar kembang api. Sejak kapan kebiasaan ini…
TUTURA.ID - Kemilau Gisella Julianne dalam ajang Duta Pariwisata Remaja Indonesia 2022
Kemilau Gisella Julianne dalam ajang Duta Pariwisata Remaja Indonesia 2022
Gisella Julianne (17) asal Morowali berhasil terpilih menjadi Duta Pariwisata Remaja Indonesia 2022. Kini fokus…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng