
Sering kali masih banyak yang beranggapan bahwa film hanya sekadar hiburan. Padahal film juga bisa jadi medium menyampaikan pesan.
Kondisi sosial atau percakapan sehari-hari yang biasa hanya tercipta di ruang paling intim, seperti keluarga atau tempat-tempat tak terduga lainnya, bisa dikemas menjadi sebuah film.
Lalu biarkan emosi dan interpretasi penonton terombang-ambing larut dalam cerita. Kenikmatan seperti ini yang biasanya membekas usai menyaksikan sebuah film.
Terlebih jika menyaksikannya dalam sebuah ruang komunal, semisal bioskop atau ruang pemutaran alternatif lainnya.
Karena itu juga film sepatutnya memiliki perayaan atau wadah apresiasi yang mempertemukan para penonton dengan sineas.
Upaya tersebut bukannya tak pernah berusaha dihadirkan. Sejauh ini masih sporadis. Pun berlangsung di ruang-ruang alternatif yang cenderung kecil dengan kapasitas sangat terbatas. Lantaran dilaksanakan secara swadaya, acaranya jadi tidak ajek. Kadang ada, kadang juga absen.

Namun, kali ini komunitas film lab Sinekoci bersama Dinas Kebudayaan Provisi Sulawesi Tengah coba mengambil langkah lebih besar dengan menggelar Festival Film Pelajar Sulawesi Tengah 2024.
Upaya ini dilakukan, salah satunya, untuk merespons kondisi di mana jumlah produksi film di tingkat pelajar mengalami peningkatan. Fenomena ini ditengarai karena beberapa sekolah, khususnya tingkat SMK, sudah memiliki jurusan perfilman.
Tentu sayang jika tidak ada wadah untuk menampung, mendistribusikan, dan memutarkan karya-karya para talenta baru ini.
Paling mentok para pelajar biasanya mengikutkan karya-karya film mereka via jalur Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FSL2N).
FFPST sebenarnya pernah hadir era sebelum terjadinya bencana Pasigala. Setelah itu tidur panjang karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan. Banyak infrastruktur yang hancur belum kunjung ada perbaikan. Plus hantaman pandemi Covid-19 setelahnya.

Tahap untuk mempersiapkan penyelenggaraan festival ini dilakukan sejak pertengahan Januari 2024. Pendaftaran resmi dibuka 29 Februari-30 April 2024.
Mohammad Ifdal selaku Direktur FFPST 2024 menuturkan, mereka belum menaruh ekspektasi lebih mengenai perhelatan dan keikutsertaan peserta dalam festival kali ini.
Perihal jumlah film yang didaftarkan, awalnya mereka hanya menargetkan minimal 10 film yang masuk dalam proses kurasi dan kompetisi.
Kenyataannya hingga pengujung April atau sekitar hampir sebulan setelah pendaftaran dibuka, jumlah film yang masuk belum sesuai target. Kondisi ini menjadi bahan evaluasi tim penyelenggara. Mereka berembuk mencari solusi.
Akhirnya ikhtiar yang bisa dilakukan adalah “menjemput bola”. Melakukan sosialisasi tentang keberadaan FFPST 2024 dengan berkunjung langsung ke sekolah-sekolah alias roadshow. Pun memperpanjang batas pendaftaran film.
Upaya tersebut membuahkan hasil. Total ada 14 jumlah film terdaftar yang para pembuatnya berasal dari sekolah-sekolah yang tersebar di Palu, Donggala, Sigi, dan Poso.
Setelah melalui proses kurasi, tersisa lima judul yang berhasil lolos menuju tahap kompetisi dan bersaing memperebutkan enam kategori penghargaan, yaitu penata kamera, penyunting gambar, penata suara, penulis skenario, sutradara, dan film terbaik.
Puncak acaranya berlangsung selama tiga hari (12-14/6/2024) di Auditorium Museum Provinsi Sulawesi Tengah, Jalan Kemiri, Kelurahan Kamonji, Palu Barat.
Selain berisi pemutaran film peserta dan tamu, acara selama tiga hari ini juga dimeriahkan penampilan musik dan—tentu saja—pemberian penghargaan sebagai penutup.

SMKN 1 SIGI yang mengirimkan film berjudul Senandung berhasil membawa pulang penghargaan sebagai film terbaik. Andi Anisa yang jadi sutradaranya juga mendapat predikat sebagai sutradara terbaik.
Peraih gelar terbanyak dalam festival kali ini berasal dari SMA Al-Azhar Mandiri Palu. Total tiga penghargaan diberikan kepada mereka, masing-masing gelar penata kamera terbaik (untuk film Pieces), penyunting gambar terbaik (Teleskop Plastik), dan penata suara terbaik (Kadambana).
Sedangkan satu kategori tersisa, yakni penulis skenario terbaik menjadi jatah siswa SMKN 1 Poso Pesisir yang mengirimkan film bertajuk Melangkah di Balik Bayangan.
“Festival ini sebenarnya bukan hanya sebagai ruang perayaan atau sekadar mempertemukan penonton dan film. Namun, juga sebagai ruang bagi filmmaker untuk dapat bertumbuh dan berkembang,” ujar Mohammad Ifdal kepada Tutura.Id.
Ada harapan selanjutnya Festival Film Pelajar tidak lagi menjadi tajuk penyelenggaraan festival, melainkan jadi salah satu program dalam Festival Film Palu atau bahkan Festival Film Sulteng yang skalanya lebih besar.
Festival Film Pelajar Sulawesi Tengah festival film pelajar Sinekoci Dinas Kebudayaan Provinsi Sulteng Museum Provinsi Sulteng sineas filmmaker SMKN 1 Sigi SMA Al-Azhar Mandiri Palu SMKN 1 Poso Pesisir

