Menghantar Kopi Lewara dari Gunung Gawalise hingga ke Jepang
Penulis: Mohammad Reza | Publikasi: 9 Februari 2023 - 14:46
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Menghantar Kopi Lewara dari Gunung Gawalise hingga ke Jepang
Gunawan Sebaztyan sedang menyortir biji kopi di Rumah Sangrai Kopi Ulujadi (Foto: Mohammad Reza/Tutura.Id)

Budaya minum kopi alias ngopi sudah berlangsung di tanah air sejak berabad lalu. Segala bentuk pertemuan dan topik percakapan entah mengapa tiada lengkap tanpa suguhan secangkir kopi. Tambahkan pisang goreng atau lupis sebagai kudapan, maka bokong makin enggan beranjak dari kursi.

Masyarakat Indonesia bukan hanya dikenal sebagai pengonsumsi kopi kelas berat, menurut International Coffee Organization hanya kalah dari Amerika Serikat, Brazil, dan Jepang, tapi juga penghasil biji kopi jempolan.

Sebagai komoditas unggulan bagi sektor pertanian dalam negeri, komoditas kopi memiliki peran yang krusial terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini mendorong pendapatan petani kopi, sumber pemasukan negara, penghasil bahan baku industri, hingga penyedia lapangan pekerjaan melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, serta perdagangan ekspor dan impor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, periode 2021 volume ekspor biji kopi dari Indonesia mencapai 384.510 ton dengan nilai AS$849.373 juta. Tujuan terbanyak menyeberang ke Amerika Serikat (57.694 ton), lalu Mesir (48.521 ton), Malaysia (29.059 ton), Jepang (27.297 ton), dan Italia (24.590 ton).

Jumlah tersebut menjadikan kopi sebagai penghasil devisa terbesar dari sektor pertanian dibandingkan teh, rempah-rempah, tambakau, dan kakao.

Sementara hingga rentang Januari-Agustus 2022, nilai ekspor kopi dari tanah air mencapai AS$698,18 juta. Peningkatan nilai ekspor tersebut jelas tak lepas dari kualitas dan cita rasa kopi Indonesia.

Jenis kopi robusta masih yang paling dominan menghasilkan nilai ekonomi lantaran pembudidayaannya lebih mudah dibandingkan jenis arabika dan liberika. Tak heran robusta mendapat julukan sebagai kopi rakyat yang tahan banting.

Menyortir biji kopi yang dilakukan secara manual menuntut ketelitian tinggi (Foto: Mohammad Reza/Tutura.Id)

Melihat besarnya peluang pasar kopi yang sanggup menembus skala global, Prasti Sirappa membuka Rumah Sangrai Kopi Ulujadi pada tahun 2019. Mereka jadi salah satu eksportir kopi di Kota Palu.

Ulujadi, menurut penjelasan Prasti, merupakan nama lain Gunung Gawalise. Selain itu, Ulujadi bisa pula dimaknai sebagai kepala jadi atau awal terbentuk alias cikal bakal.

Rumah Sangrai Kopi Ulujadi dimaksudkan untuk memperkenalkan kopi Sulawesi Tengah, khususnya kopi dari Gunung Gawalise, ke luar daerah bahkan hingga ke mancanegara.

"Intinya Rumah Sangrai Kopi Ulujadi bisa menjadi cikal bakal dari perjuangan kami untuk lebih memperkenalkan kopi lokal ke luar daerah," jelas Prasti melalui pesan singkat kepada Tutura.Id (9/2/2023).

Satu komoditas dari Gunung Gawalise yang dimaksudkan Prasti adalah Kopi Lewara. Dibandingkan kopi asal Pipikoro, Kulawi, Napu, Dombu, atau bahkan Sojol, kopi dari Lewara mungkin jarang terdengar atau masih asing di telinga sebagian orang. Padahal reputasi kopi ini sudah menguar hingga ke Jepang. Sama dengan Kopi Robusta Kalemago dari Lembah Napu, Kabupaten Poso.

Gunawan Sebaztyan selaku barista dan penyortir di Rumah Sangrai Kopi Ulujadi mengungkap bahwa kopi asal Lewara ini tak sengaja ditemukan.

"Awalnya kebun kopi ini mau ditebang semua dan digantikan tanaman lain. Kebetulan pada saat itu bos saya sedang jalan-jalan ke sana. Akhirnya mereka diskusi dan dibentuklah kelompok tani hutan hingga berkembang sampai saat ini," tutur Gunawan, 27 tahun, saat ditemui Tutura.Id (8/2/2023).

Kopi berjenis arabika ini tumbuh di atas lahan dengan ketinggian 1200-1600 mdpl. Menurut Gun, sapaan akrab Gunawan, Kopi Lewara punya varietas yang sama dengan kopi Sigarar Utang (si pelunas utang) dari Sumatera Utara. Hanya saja Kopi Lewara memiliki keunikan sendiri.

"Uniknya kopi dari Lewara ini adalah rasa tiap selesai panen ada sedikit berubah. Dasarnya rasa kacang, cuma kemarin (Desember, red.) bercampur rasa manis dan mentega. Seperti tiramisu begitu," tambah Gun.

Perkara menyortir biji kopi yang telah dilakoninya sejak 2020, Gun menegaskan harus teliti betul jika tidak ingin kualitas dan harga kopi terjun bebas. "Saya baru tahu kalau semua itu ternyata ada hitungannya. Misalnya jumlah biji kopi yang tidak bagus itu mencapai 300 gram, maka grade dan harga juga turun."

Rumah Sangrai Kopi Ulujadi yang beralamat di Jalan Tanjung Santigi, Lolu Selatan, tak hanya memasarkan Kopi Lewara hingga ke negeri matahari terbit, tapi juga melayani sejumlah permintaan beberapa wilayah di Indonesia.

Beberapa coffee shop di Palu turut menjajakan kopi Lewara. Sementara permintaan lain juga datang dari Poso dan Morowali. Di luar wilayah Sulawesi, biji kopi asal Lewara dijual ke Balikpapan, Samarinda, dan Jakarta. Harga per kilogram untuk pasar dalam negeri dibanderol Rp135 ribu hingga Rp150 ribu. Sementara untuk harga jual ekspor dihargai Rp160 ribu-Rp165 ribu per kilo.

Adanya disparitas harga tersebut bikin Rumah Sangrai Kopi Ulujadi akhirnya memprioritaskan pasar luar negeri, terutama Jepang. Omzet yang berhasil dikantongi lebih banyak.

“Katakanlah kita jual Rp150 ribu untuk pasar Indonesia. Per bulan kurang lebih dapat Rp10 jutaan lebih. Sedangkan ke Jepang untuk Desember 2022 kita ekspor 400-an kilo. Itu sekitar Rp50-Rp60 jutaan. Tapi jumlah itu tidak menentu. Tergantung pasokan kopi,” ungkap Gun lagi.

Selain karena perbedaan harga jual yang lebih tinggi, alasan memasarkan biji Kopi Lewara hingga ke Jepang erat kaitannya dengan tipikal warga di sana menikmati kopi.

"Tidak ada kopi yang jelek. Hanya cita rasa orang luar saja yang berbeda dengan orang kita. Contohnya di Palu, walaupun kafe, kedai kopi, atau warung kopi tumbuh subur di sini, kebanyakan lebih memilih kopi sasetan atau yang lebih murah. Simpelnya kita di sini masih suka sajian kopi pakai susu, gula, atau semacamnya. Sementara di sana permintaan dalam bentuk origin itu masif," pungkas Gunawan sambil tertawa.

Selain beans Lewara, Rumah Sangrai Kopi Ulujadi juga menjual biji kopi dari Napu (jenis arabika dan robusta), kopi arabika Toraja, serta sesekali pula menyediakan kopi arabika Ciwidey dan arabika Gayo.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Berjaya di kompetisi barista dengan Kopi Kalemago dari Lembah Napu
Berjaya di kompetisi barista dengan Kopi Kalemago dari Lembah Napu
Fildzah Djafar berhasil menorehkan namanya sebagai pemenang dalam kompetisi "Barista Innovation Challenge 2022" yang berlangsung…
TUTURA.ID - Mantra Chef Fildzah Djafar untuk menjaga lingkungan
Mantra Chef Fildzah Djafar untuk menjaga lingkungan
Sejak awal mendirikan Kayana Restaurant, Fildzah Djafar sudah pasang komitmen "manjakan dirimu tanpa merusak bumi".…
TUTURA.ID - Acara ''Bar Take Over'' sebagai usaha menjajaki potensi sumber daya lokal di Palu
Acara ''Bar Take Over'' sebagai usaha menjajaki potensi sumber daya lokal di Palu
Fildzah Djafar dan Rhomy Imran berkolaborasi meracik minuman dalam "Bar Take Over", sebuah acara yang…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng