Bila Anda putus kuliah, janganlah bersedih terlalu lama. Putus kuliah tak berarti langit runtuh. Drop out tidak bikin matahari terbit dari barat. Pun ingatlah bahwa Anda tidak sendiri.
Setiap tahun, ratusan ribu orang menyandang status putus kuliah. Hal itu terlihat dalam laporan "Statistik Pendidikan Tinggi" yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi selama 2020-2021.
Sebagai catatan, Kemendikbudristek mengklasifikasikan mereka yang drop out sebagai mahasiswa yang dikeluarkan, mengundurkan diri, dan putus studi di tengah jalan.
"Statistik Pendidikan Tinggi 2021" mencatat 480.449 mahasiswa dinyatakan drop out alias putus kuliah. Laporan serupa pada 2020 menunjukkan angka yang lebih besar, sebanyak 602.603 mahasiswa harus menghadapi kenyataan keluar kampus tanpa gelar.
Jika angka-angka itu diterjemahkan dalam persentase, bisa terlihat tren positif berupa pelandaian angka putus kuliah nan signifikan. Pada 2020, persentase putus kuliah mencapai 7,09% dari 8,4 juta mahasiswa. Pada 2021 terjadi pelandaian dengan nilai 5,34% dari 8,9 juta mahasiswa.
Lantas bidang ilmu mana saja yang paling banyak menyumbang angka drop out?
Pada "Statistik Pendidikan Tinggi 2021", pendidikan jadi bidang ilmu yang paling banyak menyumbang angka putus kuliah (117.584). Penyumbang angka drop out terbanyak berikutnya ialah ekonomi (114.114), dan Teknik (88.100).
Adapun dalam "Statistik Pendidikan Tinggi 2020," ekonomi justru jadi penyumbang terbesar (141.393). Selanjutnya disusul oleh teknik (136.272), dan pendidikan (120.655).
Jika mencoba melihat trennya dalam dua tahun termaksud, ekonomi jadi bidang ilmu dengan drop out rate paling tinggi (255.507). Lis tiga besar dilengkapi oleh pendidikan (238.239), dan teknik (224.372).
Daftar lebih panjang dan lengkap bisa dilihat dalam grafik.
Sebagai catatan, pada program sarjana, mayoritas mahasiswa yang mengalami putus kuliah berada di usia 26 tahun.
Melihat usia tersebut, kebanyakan dari mereka yang terpaksa angkat kaki dari kampus ialah mahasiswa yang sudah berada di semester akhir. Besar kemungkinan mereka juga tak mampu menunaikan kewajiban target Satuan Kredit Semester (SKS) pada tenggat waktu studi.
Sulteng di atas rerata nasional
Statistik Pendidikan Tinggi 2021 juga mengungkap angka drop out di Sulawesi Tengah yang mencapai 5.374 mahasiswa. Pada laporan sebelumnya tercatat 4.855 mahasiswa Sulteng yang terpaksa putus kuliah.
Dengan kata lain, ada 10.229 mahasiswa di Sulteng yang putus kuliah dalam dua periode laporan tersebut.
Kabar baiknya, pada statistik bertarikh 2021, nilai Sulteng tergolong bagus. Drop out rate Sulteng setara dengan 5,41% dari total mahasiswa yang mencapai 99.375.
Dengan persentase itu, bersama 17 provinsi lainnya, Sulteng masuk kategori wilayah dengan angka drop out rate di atas rerata nasional (5,34%). Masih ada 16 provinsi lain yang statusnya di bawah rerata nasional.
Adapun provinsi yang paling mengkhawatirkan persentase putus kuliahnya ialah Kalimantan Selatan (10,09%), dan Kepulauan Riau (12,13%).
Sedangkan Banten, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Riau patut berbangga. Kelimanya menyandang status sebagai daerah dengan rasio mahasiswa putus kuliah paling rendah dengan angka di bawah 3%.
Lepas dari segala statistik di muka, rasa-rasanya tiada mahasiswa yang mau menyandang status putus kuliah. Kala melangkah masuk gerbang kampus di tahun pertama, para mahasiswa tentu bermimpi bisa pakai toga di ujung masa studi.
Bila pun Anda masuk kategori drop out, selain tak perlu bersedih, barangkali penting pula untuk berusaha lebih keras demi kesuksesan.
Penghiburan klasiknya; banyak tokoh sukses juga pernah mengalami kegagalan studi. Misalnya, pendiri Microsoft Bill Gates, dan bos besar Facebook, Mark Zuckerberg. Di level nasional ada Susi Pudjiastuti, yang pernah jadi menteri tanpa perlu pakai toga lebih dulu.
putus kuliah kampus dropout statistik pendidikan tinggi pendidikan tinggi data sulteng pendidikan