Sanggah cucuk; lambangkan kekuatan bukan sekadar tempat sesajian
Penulis: Mohammad Reza | Publikasi: 5 April 2023 - 16:00
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Sanggah cucuk; lambangkan kekuatan bukan sekadar tempat sesajian
Sanggah cucuk seperti ini kerap ditemui di depan rumah warga di Tolai saat Nyepi berlangsung.(Foto: Mohammad Reza)

Masyarakat beragama Hindu Nusantara khususnya di Tolai, Parigi Moutong, tidak lepas dengan upakara. Dalam bahasa Bali, upakara secara etimologi berasal dari kata upa dan kara, upa yang memiliki arti dekat sementara kara dapat diartikan sebagai tangan.

Upakara dapat dimaknai sebagai persembahan suci yang dibuat dari kerajinan tangan sementara itu, umat Hindu mengidentikkan upakara dengan bebantenan atau sering dikenal dengan sesajen. Olehnya, setiap adanya upacara dan upakara tidak bisa lepas dari kehadiran sanggah cucuk.

Sanggah cucuk merupakan salah satu dari kerajinan tangan yang dihasilkan dari kreativitas yang berbahan dasar dari bambu. Saat pelaksanaan Nyepi di Tolai, sanggah cucuk ini kerap ditemui di depan rumah dan toko milik warga maupun sarana lainnya.  Seperti di jalan dan jembatan.  

“Setiap adanya upakara, pasti ada juga sanggah cucuk dan ini digunakan bukan hanya pada saat Nyepi saja, melainkan ada juga saat ada upacara keagamaan,” jelas Sekretaris Parisada Hindu Dharma Torue, I Dewa Putu Suka (58) kepada Tutura.id pada Minggu (26/03/2023).

Di saat pemiliknya melakukan ibadah Nyepi di dalam rumah, keberadaan sanggah cucuk menjadi pemandangan menarik di sepanjang Jalan Trans Palu-Poso di Desa Tolai, Kabupaten Parigi Moutong. (Foto: Mohammad Reza)

Kata sanggah dapat diartikan sebagai penopang yang ditancapkan kedalam tanah yang merupakan simbol kekuatan dari Sang Hyang (Tuhan) dari Hindu Dharna. Sementara itu, cucuk merupakan pemucuk yang arahnya menghadap ke atas sebagai simbol cakrawala.

Dengan begitu, tidak hanya sebagai tempat menaruh sesajen tanpa makna. “Sanggah cucuk melambangkan kekuatan dan dapat diartikan sebagai tempat atau sarana sesajian. Bisa juga diartikan sebagai hal baik dan buruk,” tambah Dewa.

Dari segita bentuk sanggah cucuk merupakan pertemuan antara penyangga dan pemucuk, maka dari itu Sanggah cucuk berbentuk segi tiga.

Disebut sanggah cucuk karena mengandung arti bahwa sanggah itu merupakan perwujudan dari perasaan manusia, yakni sebagai pemucuk yang berarti pendahulu atau perintis jalan dalam kehidupan manusia.

Simbol kekuatan alam baik yang bersifat positif, maupun yang bersifat negatif yang pada tujuannya untuk penyeimbang alam ini.

Umat Hindu Bali kerap menggunakan upakara dalam ritual sembahyangnya. Tampak umat Hindu Bali di Kecamatan Torue saat sembahyang dalam upacara melasti  (20/3/2023) jelang Nyepi.(Foto: Mohammad Reza)

Setiap upacara dan upakara Hindu Dharma (Bali) selalu menggunakan Sanggah cucuk sebagai sarananya karena dianggap memiliki makna dan fungsi yang sangat dalam.

Mengapa? Sebab inti kekuatan sanggah cucuk terletak pada fungsinya, sebagai penetralisasi kekuatan negatif agar menjadi kekuatan positif untuk mengagungkan kekuatan di luar kuasa manusia yaitu  Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Kesimpulannya adalah penggunaan sanggah cucuk sebagai sarana untuk memohon anugerah kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dapat menyeimbangkan atau menetralisir kekutan negatif menjadi kekuatan positif dan yadnya (keselamatan) dapat berjalan lancar tanpa ada halangan," pungkas Dewa.***

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Aksi sosial merawat kebhinekaan dan kepedulian antarumat
Aksi sosial merawat kebhinekaan dan kepedulian antarumat
Aksi sosial yang diinisiasi Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sulteng mengajak bukber sahabat difabel.
TUTURA.ID -  Kiprah Nabiyah di pusaran adat dan warisan leluhur untuk jaga budaya dan alam Suku Lauje
Kiprah Nabiyah di pusaran adat dan warisan leluhur untuk jaga budaya dan alam Suku Lauje
Nabiyah dari Desa Palasa Tengah masih tegak berdiri sebagai tokoh kunci adat Suku Lauje. Di…
TUTURA.ID - Cerita toleransi komunitas Nasrani dan Hindu di sudut Danau Poso
Cerita toleransi komunitas Nasrani dan Hindu di sudut Danau Poso
Praktik toleransi beragama di Desa Toinasa, Poso, bukan hanya menyentuh dimensi sosial, tapi juga religiositas.
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng