Masyarakat beragama Hindu Nusantara khususnya di Tolai, Parigi Moutong, tidak lepas dengan upakara. Dalam bahasa Bali, upakara secara etimologi berasal dari kata upa dan kara, upa yang memiliki arti dekat sementara kara dapat diartikan sebagai tangan.
Upakara dapat dimaknai sebagai persembahan suci yang dibuat dari kerajinan tangan sementara itu, umat Hindu mengidentikkan upakara dengan bebantenan atau sering dikenal dengan sesajen. Olehnya, setiap adanya upacara dan upakara tidak bisa lepas dari kehadiran sanggah cucuk.
Sanggah cucuk merupakan salah satu dari kerajinan tangan yang dihasilkan dari kreativitas yang berbahan dasar dari bambu. Saat pelaksanaan Nyepi di Tolai, sanggah cucuk ini kerap ditemui di depan rumah dan toko milik warga maupun sarana lainnya. Seperti di jalan dan jembatan.
“Setiap adanya upakara, pasti ada juga sanggah cucuk dan ini digunakan bukan hanya pada saat Nyepi saja, melainkan ada juga saat ada upacara keagamaan,” jelas Sekretaris Parisada Hindu Dharma Torue, I Dewa Putu Suka (58) kepada Tutura.id pada Minggu (26/03/2023).
Kata sanggah dapat diartikan sebagai penopang yang ditancapkan kedalam tanah yang merupakan simbol kekuatan dari Sang Hyang (Tuhan) dari Hindu Dharna. Sementara itu, cucuk merupakan pemucuk yang arahnya menghadap ke atas sebagai simbol cakrawala.
Dengan begitu, tidak hanya sebagai tempat menaruh sesajen tanpa makna. “Sanggah cucuk melambangkan kekuatan dan dapat diartikan sebagai tempat atau sarana sesajian. Bisa juga diartikan sebagai hal baik dan buruk,” tambah Dewa.
Dari segita bentuk sanggah cucuk merupakan pertemuan antara penyangga dan pemucuk, maka dari itu Sanggah cucuk berbentuk segi tiga.
Disebut sanggah cucuk karena mengandung arti bahwa sanggah itu merupakan perwujudan dari perasaan manusia, yakni sebagai pemucuk yang berarti pendahulu atau perintis jalan dalam kehidupan manusia.
Simbol kekuatan alam baik yang bersifat positif, maupun yang bersifat negatif yang pada tujuannya untuk penyeimbang alam ini.
Setiap upacara dan upakara Hindu Dharma (Bali) selalu menggunakan Sanggah cucuk sebagai sarananya karena dianggap memiliki makna dan fungsi yang sangat dalam.
Mengapa? Sebab inti kekuatan sanggah cucuk terletak pada fungsinya, sebagai penetralisasi kekuatan negatif agar menjadi kekuatan positif untuk mengagungkan kekuatan di luar kuasa manusia yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa,Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Kesimpulannya adalah penggunaan sanggah cucuk sebagai sarana untuk memohon anugerah kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dapat menyeimbangkan atau menetralisir kekutan negatif menjadi kekuatan positif dan yadnya (keselamatan) dapat berjalan lancar tanpa ada halangan," pungkas Dewa.***