
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah menyiapkan sejumlah langkah menuju transisi energi. Sebagai langkah awal, Gubernur Sulteng, Rusdy “Cudy” Mastura sudah menjajaki dan menjalin kerja sama untuk mendorong sumber energi terbarukan, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) hingga Pembangkit Listrik Tenaga Bayu alias angin (PLTB).
Hal itu disampaikan oleh Adiman, Kepala Bagian Komunikasi Pimpinan Pemprov Sulteng. “Gubernur telah meminta kepada PLN untuk mengeksplorasi potensi pembangkit listrik yang ada di Sulteng,” ujar Adiman, saat ditemui Tutura.Id di ruangannya (14/12/22).
Menurut Adiman, Pemprov Sulteng telah meneken perjanjian kemitraan bersama perusahaan pelat merah milik Korea Selatan, K-water, dan lembaga riset nasional Korsel, National Research Council (NRC). Salah satu poin kesepakatannya ialah pembangunan PLTA di Sulteng.
“Pembangkit listrik yang dimaksud adalah PLTA di Kabupaten Touna menggunakan potensi Sungai Bongka (Tojo Una-Una). Listrik yang dihasilkan mencapai 1.000 megawatt,” ujar Adiman.
Selain itu, Gubernur Cudy juga sempat menghadiri B-20 Summit di Bali, pada pekan kedua November 2022. Pada momen tersebut Gubernur Cudy menyaksikan penekenan kerja sama antara Bakrie Brothers dan Envision Group.
Bakrie Brothers merupakan perusahaan infrastruktur dan manufaktur asal Indonesia. Sedangkan Evision Group ialah perusahaan transnasional asal China yang berfokus pada penyediaan turbin angin dan perangkat lunak manajemen energi. Kedua entitas bisnis itu ingin menjadikan Sulteng sebagai salah satu kawasan baru energi terbarukan di Indonesia.
“Pada pertemuan tersebut, Sulteng akan punya kawasan baru yakni pembangkit listrik tenaga angin. Rencananya di Kabupaten Banggai” tutur Adiman.
Selain itu, Gubernur Cudy juga berkomitmen untuk mendorong pemanfaatan kendaraan listrik. “Kendaraan listrik merupakan transportasi masa depan yang harus menjadi pilihan agar udara kota tetap bersih dan ramah lingkungan, apalagi cadangan energi fosil kita sudah terbatas,” ujar Gubernur Cudy, dalam rilis pers (30/12/22).
Ihwal kendaraan listrik ini, Adiman menyebut bahwa prioritas utama adalah mendorong pemakaiannya di area perkotaan. Dalam rancangannya, Kota Palu akan jadi pilot project untuk penggunaan kendaraan listrik; adapun targetnya adalah aparatur sipil negara (ASN).
Penggunaannya bisa dilakukan untuk kendaraan dinas. Pun ada wacana memudahkan uang muka bila ASN mau beli kendaraan listrik.
Konon Gubernur Cudy akan membahas lebih detil langkah-langkah ini bersama Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid. “Meski tidak diwajibkan, agar ekosistem ini terbangun (kendaraan listrik), ASN akan dibantu uang muka (down payment) dalam skema pembiayaannya,” kata Adiman.
Untuk mendukung elektrifikasi kendaraan listrik, sejauh ini PLN telah membangun lima stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah.
Dua diantaranya berada di Kota Palu, Sulteng. SPKLU tipe fast charging ini berlokasi di Kantor PLN UP3 Palu Jalan Kartini dengan kapasitas 60 kWh (kilowatt per jam); dan 22 kWh. Ada juga SPKLU yang berada di Kantor Gubernur Sulawesi Tengah berkapasitas 30 kWh.
Tentang transisi energi
Energi baru terbarukan maupun kendaraan listrik dibutuhkan dalam kerangka transisi energi. Topik yang disebut terakhir menjadi isu gobal dan jadi poin utama dalam berbagai forum internasional, termasuk forum G-20 yang berlangsung di Bali pada tahun ini. Lantas apa sebenarnya transisi energi?
Transisi energi merupakan upaya menekan risiko pemanasan global yang berpotensi mengancam kehidupan manusia dan keberlanjutan bumi pada masa mendatang. Selama ini, kita banyak mengonsumsi sumber energi fosil, mulai dari batu bara buat listrik hingga bensin untuk kendaraan.
Pembakaran sumber energi fosil inilah yang banyak membawa emisi (gas buang); atau mudahnya sebutlah polusi.
Ilustrasi ringkasnya: Polusi menumpuk di udara, menjelma menjadi selimut polusi yang membungkus bumi. Kian lama, selimut polusi kian tebal dan bikin bumi jadi makin panas--pemanasan global.
Pemanasan global inilah yang dikhawatirkan membawa lebih banyak efek negatif pada bumi, mulai dari cuaca ekstrem hingga meningkatnya bencana.
Sekadar contoh, mari lihat fenomena meningkatnya curah hujan di Sulteng. Curah hujan yang tinggi bisa bawa ancaman banjir dan tanah longsor. Imbasnya, dalam dua tahun (2020 dan 2021) peristiwa banjir di Sulteng naik lebih dari dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya.
Dampak lainnya ialah kenaikan permukaan air laut. Situasi yang akan membuat banyak wilayah pesisir mengalami abrasi dan banjir rob. Di Sulteng, kita bisa lihat fenomena banjir rob yang terjadi di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Donggala.
Rusdy Mastura Gubernur Sulteng Gubernur Sulteng energi terbarukan pemanasan global krisis iklim kendaraan listrik


