Data banjir di Sulteng: 207 peristiwa dalam satu dekade
Penulis: Nur Saleha | Publikasi: 16 Agustus 2022 - 10:33
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Data banjir di Sulteng: 207 peristiwa dalam satu dekade
Ilustrasi banjir di jalan nasional. (Adam Cohn/CC BY-NC-ND 2.0/Flickr)

Sepekan terakhir, kita dikejutkan dengan banjir bandang di Torue, Parigi Moutong dan air bah di Hunian Tetap Tondo, Palu.

Sulawesi Tengah memang lagi jadi langganan banjir. Bila lihat data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada kenaikan tren banjir di Sulteng beberapa tahun belakangan.

Pada 2019, hanya ada 18 banjir di Sulteng. Angka itu naik lebih dua kali lipat hingga 42 peristiwa pada 2020. Setahun kemudian (2021), grafik banjir di Sulteng meningkat jadi 48.

Itu angka yang tinggi. Dibandingkan dengan 2012 dan 2013, Sulteng hanya 10 dan 11 kali berurusan dengan bencana banjir.

Kalau ditarik lebih jauh, selama 10 tahun terakhir, ada 207 banjir di Sulteng. Sepanjang satu dekade itu lebih dari 379.394 jiwa telah terdampak petaka air besar, 20 orang meninggal dunia, 17 orang hilang, dan 3.240 rumah mengalami kerusakan.

Statistik BNPB juga menyebut bahwa Poso (41), Parimo (36), dan Sigi (28) sebagai tiga besar daerah langganan banjir di Sulteng antara 2012-2021.



Tak sekadar cuaca ekstrem

Kejadian banjir yang meningkat sering kali disebut sebagai imbas dari “curah hujan tinggi”, atau “cuaca ekstrem”.

Fenomena La Nina bisa disebut sebagai satu faktor utama penyebab peningkatan curah hujan di Sulteng dan sisi timur Indonesia lainnya.

Istilah itu merujuk pada fenomena pendinginan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Perubahan suhu memicu angin berembus lebih kencang dari Samudra Pasifik menuju ke perairan Indonesia. Alhasil terjadi pertumbuhan awan di Indonesia bagian tengah dan timur.

Dalam wawancara dengan BBC Indonesia (1/11/21), Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dodo Gunawan menyebut bahwa La Nina tak lepas dari perubahan iklim.

Pada era 1980-an, kata Dodo, La Nina hanya terjadi dalam rentang 2-7 tahun. Kini perubahan iklim membuat rentangnya jadi lebih pendek. "Laut itu mesinnya iklim, sekarang mesinnya sudah berubah. Sehingga semua unsur turut berubah," katanya.

Boleh jadi tren banjir di Sulteng masih akan terjadi. Kita perlu berpikir lebih serius tentang mitigasi banjir. Sedia payung sebelum hujan.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Pemkab Sigi meneken kerja sama peningkatan infrastuktur jalan
Pemkab Sigi meneken kerja sama peningkatan infrastuktur jalan
Kerja sama ini selain untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat, juga demi mempermudah jalur mitigasi bencana…
TUTURA.ID - Jumlah penduduk miskin di Sulteng menurun, tapi belum mencapai target
Jumlah penduduk miskin di Sulteng menurun, tapi belum mencapai target
BPS Sulteng melaporkan jumlah penduduk miskin per Maret 2024 mengalami penurunan. Pengukurannya menggunakan konsep kemampuan…
TUTURA.ID - Menghindari kebakaran berulang di area pasar
Menghindari kebakaran berulang di area pasar
Pasar Masomba dan Inpres Manonda kerap mengalami kebakaran. Pembenahan pengaturan sarana dan prasarana fisik pasar…
TUTURA.ID - Prevalensi depresi di Sulteng melampaui rerata Nasional
Prevalensi depresi di Sulteng melampaui rerata Nasional
Generasi muda kisaran umur 15-24 tahun paling berisiko mengalami depresi. Sementara upaya pengobatannya masih rendah…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng