Ada satu kelakar peninggalan abad lampau soal tukang cukur yang lumayan familiar. Profesi apa yang perintahnya harus dipatuhi, bahkan oleh presiden sekalipun? Jawabannya, ya, tukang cukur alias kapster.
Membantah perintah—lebih tepatnya, sih, arahan—tukang cukur berarti harus terima konsekuensi rambut pitak. Nakeba kalau pakai istilah orang Palu.
Sebelum hilang karena tergilas zaman, memangkas rambut oleh warga kebanyakan seringnya memanfaatkan jasa tukang cukur keliling.
Jasa pangkas rambut keliling dahulu sangat khas. Biasanya mereka bersepeda membawa sekotak berisi aneka peralatan cukur, mulai dari gunting kodok alias clipper manual, silet, bedak, sikat rambut, hingga kursi lipat.
Tak jarang kita mendapatinya biasa mangkal di bawah pohon rindang. Selain untuk menghindari terik, juga agar konsumen bisa merasakan hawa sejuk ketika sedang bercukur.
Sementara kalangan menengah atas tentu lebih memilih melakukannya di kapsalon atau sekarang lebih beken dengan istilah barbershop.
Jika melongok Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kapsalon berarti ruang atau tempat memangkas dan menata rambut bagi pria atau wanita. Sedangkan barber, oleh kamus yang sama, mengartikannya tukang cukur; pemangkas rambut.
Istilah kapsalon terangkut dari Bahasa Belanda. Beda dengan penggunaan barber yang asal katanya barba dalam Bahasa Latin. Artinya janggut.
Ada pendapat lain yang bilang, merujuk arti katanya, kapsalon wabilkhusus untuk perempuan. Sedangkan barbershop lebih seringnya hanya menerima pelanggan laki-laki.
Lantaran menyentuh semua kalangan, bisnis cukur rambut tak pernah sepi. Segaris dengan urusan rambut yang akan terus memanjang selagi hayat masih di kandung badan. Belum lagi mode atau gaya rambut yang kerap berubah mengikuti tren terkini.
Selasa (12/9/2023) siang yang lumayan terik, saya menyambangi tempat cukur milik Ahyar (48) dan Nursam (46). Letaknya persis di pinggir jalan, samping Bank BRI yang lokasinya berdekatan dengan Pasar Inpres Manonda, Palu.
Kakak beradik ini bersetia melanjutkan usaha keluarga mereka yang mulai dirintis oleh sang kakek sebagai tukang cukur.
Area parit jalan selebar kira-kira satu meter yang sudah ditutupi papan sebagai pengganti lantai mereka sulap jadi tempat usaha pangkas rambut.
Meskipun ada pohon rindang yang bisa diandalkan jadi peneduh, mereka tetap menambahkan atap seng setinggi dua meter. Demi berjaga kalau tiba-tiba hujan turun.
Tempat pangkas rambut tak bernama ini plong belaka sebab tak ada pintu. Hanya ada dua buah meja dan kursi kayu. Tak lupa cermin diletakkan di atas masing-masing meja yang juga dipenuhi aneka peralatan cukur. Deru kendaraan yang lalu-lalang jadi instrumentalia pelengkap.
Saat saya datang, kakak beradik ini tampak cergas dengan clipper rambut elektronik dan sisir memangkas rambut dua orang pria yang duduk bersebelahan.
“Yang enaknya sudah begini, di pinggir jalan tidak tertutup. Jadi gampang orang lihat,” ujar Nursam kelar mencukur.
Sudah tiga tahun mereka buka usaha cukur rambut di lokasi sekarang yang sebenarnya hasil relokasi ini. Awalnya mereka buka usaha di Jalan Kemiri yang tak terlampau jauh dengan tempat sekarang.
Lazimnya pedagang atau penjual jasa kala menempati lokasi baru, hari-hari pertama saat pindah kerap mereka lalui tanpa seorang pun pelanggan. Berkat kesabaran, pelan-pelan satu demi satu orang singgah mencukur rambut.
Pelanggan juga sudah mereka dapatkan. Salah satunya Fajar (17), seorang sopir angkot. “Bagus terus rapi. Kalau masalah harga cuma beda tipis dengan yang lain,” ungkap Fajar sembari membersihkan bagian belakang lehernya usai bercukur.
Tarif untuk sekali bercukur di tempat ini hanya dibedakan usia. Anak-anak sebesar Rp15 ribu, sedangkan kalangan remaja dan orang tua dibanderol Rp20 ribu. Dalam sehari biasanya masing-masing bisa membawa pulang minimal Rp100 ribu.
Kehadiran barbershop, terutama di kota-kota besar atau luar negeri, sebenarnya tidak baru. Penanda paling kentara biasanya karena di depan terpampang semacam tabung berwarna merah, putih, biru. Istilahnya Barber's pole.
Hanya saja menjamurnya tempat pangkas rambut modern di Kota Palu belum terlalu lama usianya. Orang-orang di Palu lebih akrab dengan kapsalon atau salon dalam versi singkatnya.
Faktor harga bikin barbershop akhirnya ramai jadi pilihan remaja pria yang tak lagi melulu dari kelas menengah ke atas.
Cukup merogoh kocek dan mengeluarkan uang Rp35 ribu, seseorang sudah bisa duduk anteng di atas kursi hidrolik, menikmati sejuknya mesin pendingin ruangan, diiringi hiburan musik yang terdengar dari pelantang suara, dan mendapatkan pijatan di daerah kepala dan leher usai bercukur.
Pemandangan itu tersaji saat memasuki Mr. OK Barbershop yang berada di Jalan Tanjung Santigi No. 14, Kecamatan Palu Selatan (12/9).
Ryu (20) selaku pemilik sekaligus barber mengaku bisa mengantongi Rp1 juta per hari dari pekerjaannya ini.
Ihwal kecakapannya memangkas rambut didapatkannya usai mengikuti kursus di Fixie Barbershop, Bandung.
Bekal yang didapatnya itu kemudian ia bawa pulang ke Palu. Langkah awal dengan sukarela mencukur rambut teman-teman dekatnya. Merasa cukup percaya diri, Ryu memutuskan buka barbershop. Tanpa terasa usahanya kini sudah berjalan tiga tahun.
Menghadapi ramainya persaingan di dunia barbershop, Ryu bilang terpenting selalu mengutamakan kualitas dan kenyamanan pelanggan.
View this post on Instagram
Satu opsi lagi yang bisa diandalkan untuk bikin rambut klimis adalah tukang cukur keliling. Hanya saja kali ini mewujud lebih modern mengikuti perkembangan zaman. Mungkin lebih tepat menyebutnya pangkas rambut panggilan.
Pasalnya kapster hanya akan datang untuk memenuhi permintaan pelanggan yang sudah melakukan pesanan alias booking melalui WhatsApp.
Ide bisnis seperti ini dilakoni oleh Muhammad Zarkasih Permadi (24). Inspirasinya datang mengingat dahulu ia kerap mendatangi rumah temannnya untuk mencukur rambut.
Terlebih praktik model seperti ini juga sudah banyak muncul di kota-kota besar, semisal Jakarta dan Bandung. Alhasil mulai 2019 ia putuskan menjalani profesinya sebagai tukang cukur keliling. Akun Instagramnya @cukurkelilingpalu.
Soal tarif, nominalnya Rp50 ribu setiap kali datang mencukur. Maklum, pelanggan cukup menghubungi nomor 082290395080 untuk melakukan booking, lalu duduk anteng menunggu di rumah.
Sementara Zaki, panggilan akrab sang kapster, dengan bawaan sebuah koper hitam berisi peralatan cukur harus memacu motornya berpindah-pindah sesuai lokasi sang pemesan.
Cukur Keliling Palu melayani pelanggan mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WITA. Pesanan sebaiknya dilakukan dua atau satu hari sebelumnya. “Saya berusaha tekankan sama costumer pentingnya harus booking terlebih dahulu kalau mau cukur,” ujar Zaki saat dihubungi Tutura.Id (13/9).
Demi menambah kemampuan dan referensi dalam urusan pangkas rambut, beberapa bulan lalu Zaki berangkat ke Jakarta, Bekasi, dan Yogyakarta untuk belajar lagi.
“Biar orang juga tambah yakin dari pengalaman yang saya dapatkan itu,” pungkas Zaki yang berharap bisa secepatnya punya studio cukur rambut permanen.
cukur rambut pangkas rambut kapster tukang cukur barbershop kapsalon tukang cukur keliling fesyen gaya hidup