Hadir pertama kali di Indonesia sejak 2016, olahraga pound fitness (selanjutnya disebut pound fit) tumbuh makin berkembang dan menjalar di berbagai kota, termasuk di Palu.
Sekilas terlihat seperti orang sedang menabuh drum yang berpadu dengan gerakan yoga dan pilates. Musik yang mengiringnya sangat energik, biasanya pilihan lagu-lagunya berasal dari genre rock atau dance pop.
Pembedanya dengan olahraga kardio seperti zumba dan aerobik, ada pada penggunaan tongkat serupa stik drum sebagai alat saat melakoni pound fit. Namanya ripstix.
Desain ripstix sengaja dirancang lebih berat dibandingkan stik drum biasa. Gunanya untuk menambahkan beban dalam melatih otot tangan.
Warna stik yang direkomendasikan spesifik hijau neon. Alasannya agar lebih mudah tertangkap mata dan diproses oleh otak.
Komunitas pound fit di Palu biasanya hadir pagi hari di Taman Nasional Bundaran Hasanuddin saban akhir pekan. Sesekali mereka juga berolahraga di beberapa area terbuka hijau lain seperti Taman GOR Palu.
Pun demikian, kegiatan pound fit di dalam ruangan juga tak masalah. Atrium di Palu Grand Mall termasuk sering jadi tempat komunitas ini menguras keringat.
Minggu (21/4/2024) pagi, saya menyempatkan diri mengunjungi aktifitas komunitas ini di Taman Nasional Bundaran Hasanuddin, Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Selatan.
Ketika saya tiba di lokasi, tampak para peserta yang didominasi perempuan sedang asyik bergoyang memukul stik hijau di atas matrasnya masing-masing. Peluh mengucur deras membasahi pakaian olahraga mereka.
Sementara seorang pro—sebutan instruktur dalam olahraga pound fit—berdiri di depan. Ia memperagakan aneka gerakan dengan rancak nan penuh semangat mengikuti ritme musik yang mengalun dari pelantang suara. Biasanya hadir seorang drummer yang mengiringi jalannya olahraga ini, entah mengapa pagi itu sang drummer absen.
View this post on Instagram
Usai sesi pound fit tadi yang berlangsung sekitar sejam, saya berjalan mendekati sang pro. Namanya Valinda Alfiah, 37 tahun. Sebelumnya ia mengaku sering menghabiskan waktu mengikuti beberapa olahraga, seperti zumba dan workout di gym.
Setelah mendapatkan lisensi sebagai instruktur pound fit pada 2021, tak lama berselang Valinda mulai memperkenalkan olahraga ini di Palu. Awalnya hanya kepada teman-temannya. Praktiknya juga hanya di dalam ruangan.
Lambat laun peminatnya tumbuh makin banyak. Valinda kemudian mendirikan Poundness, komunitas untuk pencinta pound fit di Palu. Aktivitasnya kini juga lebih sering berlangsung di luar ruangan.
Saat ini possess—sebutan anggota Poundness—telah berjumlah sekitar 300 orang, kebanyakan perempuan dengan rentang umur 20-60 tahun. Namun, Valinda menyebut laki-laki juga terbuka untuk ikut serta menjadi possess.
Mengikuti pound fit atau menjadi possess sesungguhnya tak butuh banyak peralatan. Cukup bermodalkan ripstix dan matras.
“Karena ripstix harganya lumayan, makanya di sini ada kami sewakan. Harga sewanya Rp40 ribu sepasang. Jadi, teman-teman yang mau gabung sisa bawa matras,” sambung Valinda.
Setiap peserta yang ingin mengikuti pound fit harus membayar Rp40 ribu setiap pertemuan. Serupa ikut kelas yoga yang juga dikenakan biaya per sesi kelas.
Ada empat gerakan dasar dalam pound fit, yaitu set, lunge, kit, dan thigh and asset. Semua gerakan dimaksudkan untuk melatih keseimbangan, pernapasan, dan fleksibilitas dalam bergerak.
“Empat gerakan dasar itu melatih otot paha, lengan, perut. Dan juga sebetulnya cara kerja otak ikut berperan karena gerakan harus sinkron semuanya,” terang Valinda.
Setiap gerakan dalam pound fit lantas disesuaikan dengan ritme musik yang mengalun. Kegunaannya memacu energi untuk membakar kalori yang berguna untuk meningkatkan kinerja jantung, paru-paru, dan sirkulasi darah.
“Dari empat gerakan itu targetnya 400-600 kalori yang bisa kita bakar, ” sambung Valinda.
Mengikuti pound fit ternyata bukan semata untuk berolahraga, tapi menjadi tempat healing bagi ibu-ibu rumah tangga. Pasalnya selain melakukan gerakan-gerakan dinamis dengan intensitas tinggi untuk membakar kalori, sesekali peserta juga diajak untuk berteriak di sela-sela gerakan pound fit.
“Terkadang ibu-ibu suka chat saya, ‘Pro, kapan lagi pound? Kami sudah stres.’ Makanya olahraga ini selain sehat juga bisa jadi stress relief untuk ibu-ibu,” ungkap Valinda.
Untuk mengetahui cikal bakal hadirnya pound fit, kita harus meneroka kembali peristiwa sekitar 14 tahun silam di Los Angeles, Amerika Serikat.
Kala itu musim panas. Cristina Peerenboom, seorang drummer dan personal trainer, bermaksud melarikan diri sejenak dari drama kehidupan pribadinya dengan menggebuk drum. Lokasinya di rumah Kirsten Potenza, karib Peerenboom yang juga seorang drummer.
Sial yang kemudian berubah jadi berkah, Peerenboom mematahkan kursi drumnya saat coba berdiri di atasnya untuk mengambil buku. Alhasil ia menghabiskan satu jam memainkan lagu-lagu Rage Against the Machine favoritnya sambil berdiri dan jongkok.
Keesokan harinya, Peerenboom mengaku kepayahan efek melakukan pound fit dalam bentuknya yang masih berupa embrio itu.
“Saya menyadari bahwa aktivitas ini hampir sama dengan pilates, hanya saja kebanyakan menggunakan kaki,” kata Peerenboom kepada The New York Times (7/9/2012).
Potenza yang melihat aktivitas Peerenboom akhirnya tertarik. Berdua mereka kemudian menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk melakukan gerakan memukul (pound) matras ditambah gerakan-gerakan lain.
Hasil latihan ini kemudian mereka perkenalkan kepada teman-teman dekat. Tanpa mereka sangka, ternyata banyak yang tertarik. Kisah yang terjadi berikutnya adalah sejarah. Berawal dari ketidaksengajaan dengan tambahan inovasi, Peerenboom dan Potenza berhasil memperkenalkan pound fit ke berbagai penjuru dunia.
Saat ini pound fit telah diajarkan oleh sekitar 25.000 instruktur di 100 lebih negara kepada ratusan ribu peserta setiap minggunya. Komunitasnya tumbuh aktif, suportif, dan penuh semangat.
Beberapa anggota Poundness yang saya temui mengaku olahraga ini membuat tubuh mereka lebih segar dan bugar.
“Kalau saya sebagai ibu rumah tangga yang biasanya di rumah terus, jarang olahraga. Nah, waktu ikut pound fit badan rasanya lebih leluasa saat beraktivitas dan lebih segar,” ungkap Hesti (34).
Ester (33) yang juga ibu rumah tangga mengamini yang disebutkan Hesti. “Kita jadi bisa squat kayak anak muda. Ha-ha-ha. Belum lagi lagu-lagunya enak. Jadi berasa tidak olahraga, tapi berkeringat dan terasa sehat. Plus juga kita bisa having fun melepas stres di rumah,” tutur Ester.
Berkumpul dengan sesama ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam Poundness bikin Lodi (38) akhirnya dapat banyak teman baru. “Di sini kita bisa diskusi mengenai kesehatan, melepas stres, dan juga berolahraga dengan cara yang lebih asyik,” jelas Lodi.
Selain untuk kalangan dewasa, Poundness turut membuka kelas untuk anak-anak berumur 5-12 tahun. Nama kelasnya gen pound.
“Kalau untuk anak kita fokusnya melatih keseimbangan pukulan ripstix. Gerakan workout-nya lebih sederhana. Gerakan itu nantinya bisa merangsang motorik anak,” pungkas Valinda.
olahraga gaya hidup kesehatan pound fit Poundness gen pound Valinda Alfiah kardio zumba