Siapa bilang lokalitas tidak punya daya jual? Lihat saja yang dilakukan oleh Rumah Hantu Indonesia berbasis di Yogyakarta bersama dengan media advertising Jakarta, JKTGO. Keduanya berhasil meraih pundi-pundi rupiah dari wahana uji nyali dari kota ke kota. Menempelkan legenda urban sebagai daya tarik utama.
Kota Palu menjadi tempat kesekian dari kota yang disinggahi kru Rumah Hantu Indonesia dan JKTGO. Sejak 29 September 2022 mereka membuka wahana Rumah Hantu Uwentira di Palu Grand Mall, Jalan Diponegoro, Kel. Lere. Wahana yang dibangun sementara di samping Toko Bata ini sudah menjadi buah bibir warga Palu dan sekitar. Paling terasa booming-nya di media sosial.
Penggunaan nama “Uwentira” yang dilekatkan pada wahana ini cukup menarik perhatian dan membuat penasaran. Apakah isinya akan sama dengan cerita-cerita Uwentira yang selama ini diperdengarkan dari mulut ke mulut?
Apakah “Kota Jin” di Kebun Kopi ini betul-betul dimunculkan dalam wahana? Seberapa canggih kota masa depan yang berbalut emas ini? Bagaimana dengan jenis hantunya? Betul ada atau tidak.
Beragam pertanyaan ini muncul di benak. Mereka yang lahir dan besar di Kota Palu tentu cukup familiar dengan legenda urban ini.
Demi menuntaskan rasa penasaran, kami memutuskan menjajal wahana ini (5/10/2022). Satu lembar tiket harus ditebus seharga Rp25.000. Ada sekitar 100 orang hadir di wahana saat itu. Menjadikan situasi begitu padat dan antrean masuk yang panjang. Paling banyak adalah pelajar lengkap dengan seragam sekolahnya.
Hanya Tugu Kuning
Setelah mencobanya, ternyata Wahana Rumah Hantu “Uwentira” hanyalah seperti rumah hantu pada umumnya. Tidak ada gambaran Kota Masa Depan yang berbalut emas laiknya yang diyakini oleh warga lokal Palu selama ini. Satu-satunya representasi simbol Uwentira di wahana ini hanyalah instalasi Tugu Kuning di depan wahana.
Kota Jin ini hanyalah rumah hantu dengan tata letak sekitar 7-8 ruangan. Kondisi nyaris gelap gulita. Masing-masing ruangan berisi hantu dengan jenis berbeda; boneka hantu, nenek lampir, kuntilanak, hingga pocong. Semuanya bergerak, berbicara, hingga tertawa melingking.
Setiap ruangan dipisahkan dengan kain tirai hitam panjang. Kain-kain ini membuat pengunjung dalam kondisi ketakukan. Sulit pula menemukan pintu keluar. Alhasil durasi di dalam rumah hantu bagi setiap pengunjung berbeda. Semakin kalut, semakin takut, semakin lama juga bisa keluar dari rumah hantu.
Puncak kengerian adalah lompatan pocong di pintu keluar. Si pocong awalnya hanya berdiri diam. Banyak yang tertipu mengira pocong itu adalah boneka panjangan. Namun, ketika sekali ada yang mendekatinya, si pocong langsung melompat.
Tidak mengheran jika banyak pengunjung yang jatuh bertumpuk saat keluar dari pintu. Adegan ini banyak terekam di video dan beredar di media sosial. Membangkitkan rasa penasaran untuk mencobanya. Salah satu yang viral adalah video reels milik akun Instagram milik Rumah Hantu Indonesia. Cuplikan videonya tercatat menyentuh 19 ribu kali penayangan.
Melestarikan nama
Uwentira bukan satu-satunya legenda urban yang dipakai sebagai kemasan wahana rumah hantu ini. Koordinator Tim Uwentira Palu, Kevin, mengungkapkan di Kota Manado pihaknya mengangkat tema Songko. Sedangkan di Kota Makassar dengan tema Sumiyati.
“Dan di Palu ini yang kita riset dan cari legenda mistisnya itu, ya Uwentira,” ungkapnya.
Kevin mengatakan penggunakan nama wahana menggunakan legenda urban khas setiap kota untuk tujuan pelestarian semata. Menurutnya, jika digunakan maka legenda mistis juga turut dipelihara. Tidak ada tujuan lain, termasuk menggunakan nama Uwentira.
Kevin pun mengklaim telah mendapatkan persetujuan masyarakat lokal Kota Palu untuk menggunakannya. “Tujuan kita memang hanya untuk menghibur masyarakat dengan judul ini. Sekaligus melestarikan nama atau sebutan dari legenda mistis di Kota Palu ini,” tambahnya.
Menurutnya, rekreasi dalam bentuk uji nyali seperti itu diminati oleh warga. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pengunjung yang datang. Bahkan di hari libur pekan, di mana tiket masuk seharga Rp35.000 per orang.
Soal syarat pengunjung, Kevin mengungkapkan sejatinya dibatasi usia mimal 17 tahun. Namun di sisi lain, pihaknya tidak memberlakukan pemeriksaan KTP saat di loket tiket.
“Untuk siang hari kebanyakkan anak-anak sekolah, sih. Kalau weekday dan weekend berjalan ini, beberapa yang datang itu kebanyakan anak-anak muda, terus rombongan keluarga juga banyak, kok. Karena kita untuk kalangannya sebenarnya untuk 17 tahun ke atas,” pungkasnya.
View this post on Instagram