Pendaftaran Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon presiden dan calon wakil presiden menandai terbentuknya tiga kekuatan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Duet politisi gaek-milenial ini diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang beranggotakan sembilan partai politik, yaitu Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PBB, Gelora, Garuda, PRIMA, dan PSI dengan kekuatan 261 kursi atau sekitar 59,27 juta suara hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
Pekan lalu, saat hari pertama pendaftaran capres-cawapres, sembilan parpol dari dua koalisi telah lebih dahulu mendaftarkan pasangan kandidatnya.
Pada pagi harinya, sejumlah petinggi Partai NasDem, PKB, PKS, Partai Ummat, dan Masyumi mengantarkan Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar sebagai capres-cawapres 2024.
Gabungan lima parpol ini beroleh 167 kursi alias 37,72 juta suara dari Pileg 2019. Pasangan kandidat yang memilih akronim “AMIN” ini berada di bawah payung Koalisi Perubahan.
Selanjutnya, ada pasangan Ganjar Pranowo dan Mohammad Mahfud Mahmodin yang diusung koalisi PDI Perjuangan, PPP, Partai Hanura, dan Perindo dengan kekuatan 33,82 juta suara atau 147 kursi DPR-RI.
Secara nasional, Partai NasDem, PDI Perjuangan, dan Partai Gerindra menjadi kiblat bagi setiap parpol anggota koalisi. Lantas bagaimana dengan peta kekuatan pengusung untuk konteks Sulteng?
Lihat postingan ini di Instagram
Koalisi Perubahan
Untuk menang di level Sulteng, pasangan capres-cawapres harus beroleh suara maksimal dari sekitar 2.236.793 pemilih. Jumlah ini sekitar 1,09 persen dari total 204.807.222 pemilih secara nasional.
Sekretaris Partai NasDem Sulteng Aristan menargetkan Anies-Cak Imin meraup sekitar 60 persen suara pemilih di Sulteng. Target ini setara 1.342.075 suara.
Demi mencapai target tersebut, pihaknya telah melakukan sejumlah upaya maupun persiapan demi kemenangan pasangan AMIN di Sulteng.
“Kami sudah membentuk tim kecil dari gabungan pengurus Partai NasDem, PKB, PKS, Partai Ummat, dan Partai Masyumi sebagai persiapan tim pemenangan AMIN di Sulteng,” ungkap Aristan kepada Tutura.Id, Selasa (24/10/2023).
Tim kecil ini, lanjut Aristan, juga akan dibentuk hingga ke level kabupaten/kota, termasuk akan mengorganisir sejumlah tokoh penting dan membersamai kader parpol anggota koalisi untuk membantu kemenangan pasangan AMIN.
Aristan menambahkan, untuk meraih target tersebut, partainya akan menggunakan gabungan kekuatan kader di eksekutif, legislatif, hingga anggota partai.
“NasDem Sulteng punya kader kepala daerah, tujuh anggota DPRD provinsi, 55 anggota DPRD di 13 kabupaten/kota (rata-rata unsur pimpinan), 280 ribu orang ber-KTA NasDem, dan sekitar 30 organisasi relawan,” terangnya
Bacaleg Partai NasDem Dapil Sulteng 1 ini optimistis pasangan AMIN bisa menang di Sulteng karena selalu memenangi sejumlah kontes demokrasi.
Kontes demokrasi yang dimaksud Aristan adalah Pilpres (2014 dan 2019), Pileg 2019, Pilkada Serentak 2018 (Morowali dan Donggala), Pilkada Serentak 2020 (Sulteng, Tolitoli, Tojo Una-Una, Banggai, dan Morowali Utara).
Selain Partai NasDem, basis pemilih PKB dan PKS juga laik diperhitungkan bila merujuk hasil Pileg 2019 di Sulteng. Dari enam daerah pemilihan, PKB meraup 29.385 suara, sementara PKS mendapat 30.009 suara.
Lihat postingan ini di Instagram
Koalisi Indonesia Maju
Wakil Ketua Partai Gerindra Sulteng Stivan Helmy Sandagang menjelaskan, pihaknya juga sudah membangun Posko Tim Juang Prabowo-Gibran di seluruh tingkatan.
“Posko ini dibentuk dari struktur Partai Gerindra. Sejauh ini belum ada petunjuk dari pusat dan belum ada pertemuan bersama parpol anggota koalisi di Sulteng,” kata Stivan ketika dihubungi Tutura.Id, Selasa (24/10).
Terkait pemenangan Prabowo-Gibran di Sulteng, lanjut Stivan, pihaknya akan memakai sekitar 60 ribuan orang yang punya kartu partai bersama parpol koalisi untuk menggerakan masyarakat agar memilih Prabowo-Gibran.
Sama seperti di level nasional, gabungan suara parpol KIM masih digdaya bagi dua koalisi lainnya di Sulteng.
Di level legislatif, misalnya, kombinasi Partai Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat beroleh 19 kursi DPRD Sulteng atau setara 195.390 suara hasil Pileg 2019. Di 13 DPRD kabupaten/kota juga terisi oleh kader empat parpol ini, termasuk PBB.
“Kami juga masih akan memanfaatkan basis Partai Gerindra dan parpol anggota koalisi di Sulteng, dan sekitar 20-an organ relawan agar bisa meraih minimal 60 persen suara,” tutur politisi asal Kabupaten Banggai ini.
Merujuk hasil Pileg 2019 di Sulteng, Partai Gerindra masih menguasai Parigi Moutong dan Banggai Laut, masing-masing dengan perolehan 40.398 suara dan 11.299 suara. Di Parimo, bahkan tiga periode pemilihan bupati berturut-turut dimenangkan Partai Gerindra.
Tak ketinggalan juga, anggota parpol lainnya sama-sama punya kekuatan di sejumlah daerah. Golkar unggul di Palu, Poso, Buol, Sigi, dan Tolitoli.
Di Poso, Demokrat dan Golkar justru menguasai kursi eksekutif dan legislatif. Di Tolitoli, PBB dan PAN merupakan parpol yang mengusung bupati dan wakil bupati terpilih.
Koalisi ini juga sedikit diuntungkan karena keberadaan sejumlah tokoh, seperti Longki Djanggola yang memenangkan Pilkada Sulteng 2011 dan 2016, Gubernur Rusdy Mastura, serta Bupati Kasman Lassa (Donggala).
Keunggulan lainnya, Prabowo telah dua kali ikut pilpres. Prabowo berhasil mendapatkan 632.009 suara (2014) dan 706.654 suara (2019). Prabowo kuat di Banggai Laut, Buol, Palu, Morowali, dan Tojo Una-Una.
Lihat postingan ini di Instagram
Koalisi Ganjar-Mahfud
Ketua PDI Perjuangan Sulteng Muharram Nurdin mengaku tak risau ihwal kompetisi Pilpres 2024.
Meski sejumlah parpol koalisi di Pilpres 2019 tak lagi bersama, ditambah dukungan suara yang terbilang kecil, Muharram tetap optimistis meraih kemenangan.
“Kekuatan kami ada pada semangat juang, militansi, dan gotong rotong kader PDI Perjuangan dan parpol koalisi. Kami yakin sosok Ganjar-Mahfud mendapat respons positif masyarakat Sulteng,” kata Muharram via aplikasi pesan kepada Tutura.Id, Rabu (25/10/2023).
Hadirnya Gibran sebagai cawapres Prabowo, lanjut Muharram, tak menjadi penghalang bagi PDI Perjuangan bersama parpol koalisi untuk memenangkan Ganjar-Mahfud.
Menurut wakil ketua DPRD Sulteng ini, PDI Perjuangan dibesarkan lewat dialektika politik. “Kami terbiasa menghadapi kawan jadi lawan. Pilpres 2014 kami juga dikeroyok tapi keluar jadi pemenang,” jelasnya.
Muharram menambahkan, untuk kembali menang maka pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah terukur.
Seperti sosialisasi awal usai penetapan pencapresan Ganjar Pranowo, konsolidasi dengan tiga parpol lainnya, serta akan membangun posko pemenangan di seluruh desa di Sulteng.
Dalam pertemuan parpol koalisi beberapa hari lalu di Kantor PDI Perjuangan Sulteng, sambung Muharram, untuk tim pemenangan provinsi dibutuhkan setidaknya 20 orang setiap parpol dan 30 orang personel untuk tim pemenangan kabupaten/kota.
Tetapi, badan adhoc tersebut di luar juru kampanye yang akan dilatih secara khusus untuk menyampaikan visi misi Ganjar-Mahfud kepada masyarakat.
“Sehingga rasional bila kami koalisi menargetkan 54 persen suara di Sulteng,”ujarnya. Koalisi Ganjar-Mahfud juga telah bersiap melakukan kampanye door to door.
Sekadar pengingat, empat parpol pengusung Ganjar-Mahfud di Sulteng punya kekuatan politik yang tak bisa dipandang sebelah mata. Dua kali menang pilpres tentu bukan hal remeh.
Di DPRD Sulteng, gabungan kursi empat parpol ini berjumlah 11 kursi, setara 92.880 suara. Adanya kader parpol anggota koalisi yang jadi kepala daerah/wakil kepala daerah di Palu, Morowali Utara, PPP, dan Sigi juga laik diperhitungkan.
Akademisi Untad: Prabowo dan Anies akan bersaing ketat
Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Tadulako (Untad), Irwan Waris berpendapat, Sulteng akan jadi wilayah pertarungan Prabowo versus Anies saja.
“Anies-Muhaimin dominan di medsos dan ruang akademik. Sedang di akar rumput, terutama di perdesaan, Prabowo-Gibran yang berpeluang dipilih,” ujar Irwan kepada Tutura.Id, Selasa (24/10/2023).
Menurutnya, ada beberapa pertimbangan mengapa kedua pasang kandidat ini lebih unggul.
Pertama, Anies-Muhaimin lebih disukai kalangan masyarakat perkotaan, kelompok yang melek politik, termasuk sebagian Aparatur Sipil Negara (ASN).
Kedua, akan sulit memisahkan pengaruh Jokowi dari Prabowo-Gibran, sekalipun Prabowo kalah telak dari Jokowi dalam dua kali pilpres terakhir.
Faktor popularitas Prabowo dan faktor Gibran sebagai anak presiden lebih kuat di banding Anies dan Ganjar. Sentimen negatif soal politik dinasti yang dialamatkan kepada Prabowo-Gibran tak terlalu berpengaruh di kalangan masyarakat perdesaan.
Selain itu, pendukung fanatik Jokowi yang didominasi masyarakat Jawa akan kukuh memilih Prabowo-Gibran.
“Anies-Muhaimin akan menangguk banyak suara di Sulteng, tetapi sulit menaklukkan Prabowo-Gibran,” imbuhnya.
Lantas, bagaimana dengan Ganjar-Mahfud? Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Untad ini menyebut paslon ini hanya akan kuat di kalangan masyarakat Jawa, Bali, dan Madura. Itupun berpotensi diambil Anies-Muhaimin maupun Prabowo-Gibran.
Kalah populernya Ganjar-Mahfud, sambung Irwan, ditengarai karena sosok Jokowi masih lebih populer meski tak lagi ikut pilpres. Kemenangan Jokowi, bukan karena adanya PDI Perjuangan, melainkan karena ketokohan seorang Jokowi.
Irwan menambahkan, dalam konteks kekinian, para pendukung fanatik Jokowi cenderung akan mengalihkan pilihan kepada Prabowo-Gibran, apalagi Sulteng bukanlah basis PDI Perjuangan.
Pengamat politik yang menamatkan studi doktoral di Universitas Padjajaran (Unpad) ini bilang, minimnya perhatian kepada pasangan yang diusung PDI Perjuangan akibat kekeliruan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Ia berpandangan, Megawati kerap blunder bahkan terkesan meremehkan Jokowi dalam beberapa hal. Hal ini yang jadi satu alasan Jokowi menerapkan politik dua kaki, dan konstituen menjauh dari PDI Perjuangan.
“Pengamatan saya, Prabowo-Gibran akan menang tipis dari Anies-Muhaimin di Sulteng, lalu disusul Ganjar-Mahfud di urutan ketiga,” pungkasnya.
anies muhaimin ganjar mahfud prabowo gibran pemilihan umum pemilihan presiden pemilu pilpres kandidat koalisi pasangan sulteng 2024