Sulawesi Tengah masuk lima besar provinsi dengan realisasi investasi tertinggi pada kuartal pertama 2023 (Januari-Maret 2023). Realisasi investasi yang mencakup modal asing dan dalam negeri di Sulteng mencapai Rp29,82 triliun.
Dengan angka tersebut, Sulteng menempati posisi keempat provinsi dengan realisasi nilai investasi tertinggi, sekaligus jadi satu-satunya daerah dari luar Pulau Jawa yang masuk daftar lima besar.
Provinsi berusia 59 tahun ini hanya kalah dari Jawa Barat (Rp50,0 triliun), DKI Jakarta (Rp36,5 triliun), dan Jawa Timur (Rp30,0 triliun). Adapun Banten (Rp25,7 triliun) menjadi pelengkap lima besar.
Angka tersebut dirilis oleh Badan Koordinasi Penananaman Modal (BKPM) pada akhir April silam.
Nyaris beriringan dengan rilis ihwal realisasi investasi itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng pun mencatatkan pertumbuhan ekonomi di Sulteng mengalami kenaikan hingga 13,18 persen dari tahun ke tahun.
Sulteng juga tampak digdaya bila realisasi investasi itu dispesifikkan pada penanaman modal asing. Total realisasi investasi asing di Sulteng mencapai USD1,9 miliar atau setara Rp28,8 miliar. Itu juga setara dengan 96,71 persen dari total nilai investasi Sulteng.
Angka penanaman modal luar negeri nan fantastis itu memosisikan Sulteng sebagai provinsi dengan realisasi investasi asing terbesar selama kuartal pertama 2023.
Adapun capaian penanaman modal dalam negeri di Sulteng sepanjang kuartal pertama 2023 hanya mencapai Rp0,98 triliun atau 3,29 persen dari total realisasi investasi di Sulteng.
BKPM mencatat bahwa pertumbuhan investasi asing di Sulteng dipicu oleh hilirisasi pertambangan. Pemerintah saat ini tengah gencar mendorong hilirisasi untuk produk nikel dan turunannya--termasuk baterai kendaraan listrik.
Penanaman modal asing di Sulteng memang tersentral di hilirisasi nikel. Industri logam dasar (termasuk pemurnian alias smelter) menyumbang lebih dari 80 persen dalam realisasi investasi asing di Sulteng.
“Karena di sana itu (Sulteng, tepatnya Kabupaten Morowali) pembangunan kawasan-kawasan pusat industrialisasi untuk hilirisasi pada komoditas nikel. Ini yang sekarang betul-betul digenjot disana,” kata Menteri Investasi /Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, dalam konferensi pers secara hybrid di kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, akhir April silam.
Morowali memang masih tujuan investasi asing paling mentereng di Sulteng. Nilai investasi asing di Morowali senilai Rp26,88 triliun.
Pada posisi selanjutnya ada Morowali Utara (Rp2,17 triliun), Kota Palu (Rp337,85 miliar), Buol (Rp197,27 miliar), dan Banggai (Rp99,59 miliar).
Persoalan tenaga kerja yang menggantung
Meski merajai aspek realisasi investasi asing, Sulteng nampaknya belum maksimal merasakan dampaknya pada aspek penyerapan tenaga kerja.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng, pada kuartal pertama 2023, tenaga kerja di Sulteng masih didominasi oleh sektor informal yang mencapai 66,86 persen dari yang bekerja.
Nilai tersebut bahkan meningkat 0,27 persen poin dibanding Februari 2022, sementara sisanya bekerja pada sektor formal mencapai 33,14 persen.
Sektor pertanian masih menjadi lapangan kerja yang diminati dengan presentase 38,55 persen. Angka itu juga mengalami kenaikan 3,14 persen dari tahun sebelumnya.
Adapun sektor industri pengolahan (smelter) justru hanya menyerap 9,36 persen tenaga kerja; yang artinya beroleh penurunan 0,44 persen dibanding tahun lalu.
investasi investasi asing ekonomi sulteng sulteng modal asing pertumbuhan ekonomi morowali tambang nikel