Festival Literasi Central Celebes 2022 masih sepi pengunjung
Penulis: Mirza Rahmadani | Publikasi: 12 Oktober 2022 - 19:49
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Festival Literasi Central Celebes 2022 masih sepi pengunjung
Pengunjung Festival Literasi Central Celebes 2022 yang berlangsung di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Sulawesi Tengah sepi pengunjung (Foto: Mirza Rahmadani)

Rangkaian Festival Literasi Central Celebes 2022 yang dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusaka) Provinsi Sulawesi Tengah berlangsung sejak 28 September 2022. Festival tersebut dijadwalkan hingga 31 Desember 2022.

Saat Tutura.Id mengunjungi area utama penyelenggaraan festival di Gedung Dispusaka, Jalan Banteng, Birobuli Selatan, sejak Sabtu hingga Rabu (9-12/10/2022), tampak hanya ada segelintir orang di sana. Ada pegawai Dispusaka yang bergiliran berjaga di loket penerima tamu. Lalu beberapa murid sekolah melihat pameran lukisan di Area Gedung B Dispusaka.

Padahal acara Festival Literasi ini diselenggarakan untuk memperingati “Hari Kunjung Perpustakaan”, “Bulan Gemar Membaca”, sekaligus “peringatan empat tahun bencana Pasigala” yang semuanya terjadi pada September.

“Untuk bisa belajar kewaspadaan terhadap bencana, kita harus belajar dari masa lalu. Banyaknya korban dalam bencana karena kurangnya kesadaran pada kita,” ujar Kepala Arsip Nasional RI Imam Gunarto dalam sambutannya.

Kadispusaka Prov. Sulteng Drs. I Nyoman Sriadijaya, M.M. menyampaikan pula bahwa Festival Literasi ini merupakan salah satu cara yang bisa menggugah dan membangkitkan kembali minat baca masyarakat Sulteng. "Selain itu juga untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan literasi," tambahnya.

Selain itu, penyelenggaraan Festival Literasi Central Celebes 2022 diharapkan bisa menggerakkan masyarakat untuk mau membaca, menulis, hingga konsisten menghasilkan karya.

Pasalnya berdasarkan “Indeks Aktivitas Literasi Membaca 2019”, penyebab masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah karena kurangnya akses untuk membaca berupa fasilitas perpustakaan, terutama di daerah-daerah terpencil.

Merujuk data UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB), seperti termuat dalam laman kominfo.go.id, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu berarti dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Memprihatinkan.

Sementara berdasarkan hasil riset Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 bertajuk “World’s Most Literate Nations Ranked”, Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Padahal dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Menurut data BPS melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2018, minat baca di Sulteng hanya mencatat skor 39,11% yang menempatkannya di posisi ke 31 dari 34 provinsi di Indonesia.

Hasil-hasil riset tadi disinyalir jadi salah satu penyebab utama minimnya animo masyarakat untuk datang mengunjungi Festival Literasi Central Celebes. Sebab lain bisa karena promosi acara yang kurang gencar sehingga banyak orang tidak mengetahui penyelenggaraan acara ini.

Febriandy Yotomaruangi, salah satu seniman yang turut berpartisipasi, menyayangkan kurang antusiasnya masyarakat terhadap festival ini. “Pengunjungnya sedikit sekali,” ujar Febri yang mengisi Pameran Lukisan Nasional, bagian dari Festival Literasi Central Celebes, saat ditemui Tutura.Id di lokasi pameran (11/10).

Febri yang dikenal dengan konsep karya bertema “Manusia Kardus” memamerkan tiga karya lukisannya dalam festival ini. Sebelumnya ia sudah banyak mengikuti pameran seni berskala nasional dan internasional.

Hanya kali ini ia mengaku cukup kecewa lantaran meski acara sudah berlangsung sejak akhir September lalu, hingga kini pengunjung yang datang masih minim. Masih belum banyak orang yang datang meramaikan pameran lukisan nasional ini. “Rasanya apresiasi terhadap karya seni lukis dan literasi masih sangat kurang. Orang-orang masih sangat awam,” lanjut Febri. 

Selain itu, Febri merasa bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk mempromosikan acara ini masih belum maksimal. “Kami dari Art Literacy Exhibition (ALE) sudah berusaha mempromosikan acara ini melalui akun kami di Instagram. Hasilnya ternyata masih belum mengena di masyarakat kota Palu. Jadi, ya, memang mengecewakan,” demikian Febri menyambung.

Untuk meningkatkan animo dan apresiasi masyarakat Kota Palu terhadap seni lukis, Febri melayangkan pengharapan hendaknya pemerintah daerah dan kota memberikan lebih banyak ruang untuk para seniman. “Misalnya dengan bikin pameran berskala nasional minimal dua bulan sekali. Jangan hanya fokus pada konser-konser musik. Seni, kan, bukan hanya terbatas soal musik,” pungkasnya.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
1
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Museum Provinsi Sulawesi Tengah jangan ketinggalan zaman
Museum Provinsi Sulawesi Tengah jangan ketinggalan zaman
Derap zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat mengharuskan pengelola museum beradaptasi dan berinovasi. Agar fungsi…
TUTURA.ID - Melestarikan tradisi dan budaya di Balumpewa melalui Festival Literasi
Melestarikan tradisi dan budaya di Balumpewa melalui Festival Literasi
Untuk pertama kalinya Forum TBM Kab. Sigi menggelar kegiatan Festival Literasi di Desa Balumpewa, Dolo…
TUTURA.ID - Ruang baca inklusif untuk mengatrol minat baca
Ruang baca inklusif untuk mengatrol minat baca
Menghadirkan ruang baca yang mudah diakses warga jadi salah satu cara meningkatkan rendahnya minat baca.…
TUTURA.ID - Tingkat kegemaran membaca warga Sulteng
Tingkat kegemaran membaca warga Sulteng
Menurut survei Perpusnas RI, warga Sulteng rerata mengalokasikan waktu 1 jam, 27,7 menit per hari…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng